Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Jembatan Generasi




Bogor Jawa Barat, eBahana

Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Sedunia (World Evangelical Alliance/WEA) menggelar Sidang Umum di Indonesia pada tanggal 7-13 November 2019 di SICC (Sentul International Conference Center), Bogor, Jawa Barat. Sesi IX yang digelar pada 11 Oktober 2019 diisi oleh Ps. Tan Seow How dari Heart of God Church, Singapura.

Ps. How, demikian ia biasa disapa, memulai pelayanannya sejak dua dekade silam. Bermula dari sebuah persekutuan kecil beranggotakan lima orang, kini telah bertransformasi menjadi salah satu gereja terbesar di Singapura dengan jumlah jemaat lebih dari 4.000 orang.

“Yang istimewa dari jumlah itu adalah 80% di antaranya terlibat aktif dalam pelayanan. Secara keseluruhan, usia anggota jemaat kami rata-rata 22 tahun. Ini artinya, kami melayani segmen kaum muda. Pertanyaannya, mengapa kami fokus ke kaum muda? Terlebih selama ini kaum muda identik dengan kaum yang masih miskin pengalaman, tidak punya uang, memiliki pola pikir yang cenderung amat berbeda dengan generasi tua,” ujarnya.

Sebagai jawabannya, Ps. How menjelaskan tentang sosok Ishak. Dalam silsilah disebutkan bahwa Ishak adalah putra Abraham yang digelari Bapa orang beriman dan Yakub yang digelari bapa suatu bangsa. Namun demikian, Ishak sendiri tidak punya gelar apapun. Itu sebabnya banyak orang menganggap Ishak sebagai tokoh yang tidak terlalu penting.

Pada kenyataannya, Ishak bukan hanya sosok yang dibesarkan oleh Abraham, tetapi juga merupakan anak rohani Abraham. Karena Abraham berhasil menjalankan fungsinya sebagai bapak, maka Ishak pun berhasil menjadi seorang bapak. Keberhasilan Ishak dibuktikan dengan keberhasilannya menjadi bapak dari seorang tokoh besar, yaitu Yakub.

Kalau domba mereproduksi domba, kuda mereproduksi kuda, dan ayam mereproduksi ayam, berarti pemimpin seharusnya mereproduksi pemimpin (bukan pengikut). Maka seorang ayah harus mereproduksi ayah juga (Ams. 13:22). Para pemimpin Kristen jangan hanya berpikir bagaimana memiliki anak rohani, melainkan harus berpikir bagaimana anak rohaninya kelak bisa menjadi ayah rohani juga.

Sekarang renungkan hal ini. Mana yang anda pilih? (1) Saat anda pensiun, gereja anda punya jemaat 10.000. Sepuluh tahun kemudian gereja itu hanya punya 1.00 orang; atau (2) Saat anda pensiun, gereja punya jemaat 1.000. Sepuluh tahun kemudian gereja itu punya jemaat 10.000.

Sejujurnya, banyak orang lebih memilih skenario pertama. Padahal seharusnya skenario kedua yang harus dipilih.

“Beberapa tahun ini, gereja kami menerima visi untuk menurunkan usia rata-rata jemaat dari 22 menjadi 21. Kenapa demikian? Tuhan mau agar gereja tetap muda agar selalu mampu menjawab tantangan zaman dan memiliki kekuatan untuk melakukan gerakan (movement). Kami harus merangkul kaum muda, memuridkan mereka, dan memperlengkapi mereka untuk bisa menjadi pemimpin sesuai panggilannya masing-masing.

Pemimpin Kristen jangan terjebak pada dualisme pemikiran lokal atau global. Pikirkanlah lintas generasi.

Saat Joseph Schooling (atlet renang asal Singapura yang mendapat medali emas di Olimpiade 2016), pemerintah Singapura berusaha mereproduksi Joseph Schooling. Jangan fokus ke reward, fokuslah ke investasi. Kaum muda merupakan calon juara. Mereka menunggu kita berinvestasi (waktu, dana, perhatian, dll) dalam hidup mereka. Sayangnya banyak orang memperlakukan kaum muda terus menerus seperti anak kecil. Lebih buruk lagi, tidak mau berinvestasi apapun, tetapi setelah mereka menjadi dewasa dan berprestasi ingin memanggil mereka menjadi bagian dari tim kita. Generation are not replacements, but generation are reinforcements. Jangan hanya bicara soal gereja, bicaralah soal bagaimana menjangkau dan mengembangkan setiap generasi di bangsamu,” tambahnya.

Lebih lanjut, Ps. How mengingatkan agar gereja dan pemimpin Kristen berhenti membuat kaum muda terkesan dengan lagu, music, pelayanan, atau hal-hal lain. Semua hanya akan membuat kaum muda terkesan, tapi tidak benar-benar terkesan. Satu-satunya cara membuat kaum muda terkesan adalah dengan melibatkan mereka di dalamnya. Proses pelibatan inilah yang disebut sebagai investasi. Hasilnya memang tidak akan  nampak dalam waktu singkat. Meski begitu, investasi yang baik tidak akan pernah sia-sia.

“Secara tradisional kita diajarkan untuk percaya, menjadi, da memiliki. Hari ini semua harus diubah menjadi memiliki, percaya, menjadi. Itu kunci menjangklau kaum muda,” tutupnya. Robby Go



Leave a Reply