Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

HUT ke-11, SOS Singapore Gelar Training Chaplaincy, Akademik dan TFT




Singapore, eBahana

(Catatan: Joanny F. M. Pesulima-Jurnalis Freelance)

Sahabat Orang Sakit (SOS) Singapore tahun ini memasuki tahun ke-11, dan untuk menyukseskan kegiatan HUT, SOS memperlengkapi anggotanya dengan mengadakan Hospital Chaplaincy Training Course bekerjasama dengan Chaplaincy Ministries of the Assembles of God, Springfield, Missouri USA, selama 2 hari, dilanjutkan dengan akademi angkatan 133, 134, selama 8 hari untuk 2 angkatan dan Training for Trainer untuk pengajar Training Lokal selama 2 hari. HUT SOS pun dibuat dalam rangkaian syukur ibadah Minggu di Gereja Mandarin Hotel.

Hal ini disampaikan Ketua Panitia Pelaksana kegiatan HUT, Priscillia Kurniawan kepada eBahana di lokasi kegiatan, Salvation Army Singapore (15/09/19). “Paket kegiatan dalam rangka HUT ke-11 SOS ini, memang dibuat spesial, dalam rangka memperkuat tim SOS yang berada di Indonesia terutama kota-kota dan area yang sudah terbentuk jejaring SOS,” jelasnya.

Tema HUT kali ini kata Kurniawan adalah Made for More dikutip dari 1 Korintus 2:9, Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia, semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia. “Tema ini bertujuan bagaimana kita mengasihi Tuhan dan mengizinkan Tuhan memakai hidup kita lebih lagi sehingga SOS bisa menjadi berkat bagi kota dan bangsa, nama Tuhan dipermuliakan,” ujarnya.

Dari kegiatan ini, lanjut Kurniawan, diharapkan setiap tim SOS bisa lebih maksimal dan efektif dalam melayani pasien yang sakit dan diberi kemudahan untuk bekerjasama dengan rumah sakit dalam memberi pelayanan bagi pasien. Dijelaskan, peserta yang hadir, berjumlah 92 orang berasal dari 18 kota di wilayah Indonesia Barat, Tengah, Timur, ditambah dengan Penang, Malaka, Singapore dan Timor Leste.

Di sela-sela kegiatan, Yasin E. Boernardi, Ketua SOS Makasar yang juga menjadi peserta saat dimintai tanggapannya soal kegiatan training, sangat berkesan, dengan padatnya setiap sesi, materi yang diberikan sangatlah memperlengkapi para peserta yang sudah mengikuti training SOS lokal maupun akademik SOS. “Saya senang dapat berkesempatan mengikuti training ini, karena membawa kita mengenal bagaimana pelayanan itu sesungguhnya, karena sering di saat kunjungan, ada banyak hal yang keliru dilakukan, seperti sesi mendengar, berdiam diri, dan patuh pada perintah, itu yang sering salah dibuat oleh pelayan SOS,” ungkapnya. Melalui training ini Lanjut Boernardi, kita dilatih untuk bersabar mengerti apa yang Tuhan mau untuk kita lakukan.

Di saat yang bersamaan, salah satu alumni akademik SOS yang sekarang mengalami sakit tapi berkesempatan sebagai peserta training itu, Cik Ling Fang kepada media ini mengatakan, kalau ia sendiri sebagai seorang alumni akademik dan dalam keadaan sakit merasa dikuatkan dengan training ini. Kegiatan-kegiatan seperti ini harus sering dilakukan untuk membakar semangat pasukan SOS yang ada di setiap daerah, sehingga semua orang sakit dapat tersentuh dan dilayani, semua kota dapat terjangkau pelayanannya. Ambil misal, melayani pasien pun harus tahu cara berkomunikasi, karena kalau salah menyampaikan sesuatu ke pasien, pasien bisa marah.

“Yang dibutuhkan adalah semangat dan bekal ilmu untuk dapat menjangkau pasien, harus mengerti situasi yang ada, pengalaman saya sekarang ini menjadikan saya lebih kuat lagi menghadapi semua yang terjadi dalam diri saya,” paparnya.

Sementara itu, Founder SOS sementara itu, Ps. Stevanus Wijaya, saat ditanya seputar perkembangan SOS saat ini, menjelaskan kalau SOS baru saja mengadakan Training Chaplaincy dengan maksud memperkuat para pelayan dan pengajar di SOS. “Jaringan SOS sudah ada di 104 kota di Indonesia dan World Wide, untuk Asia 21 kota, Australia 1 kota, Eropa 15 kota, dan Amerika 3 kota, khusus untuk akademik ada 134 angkatan dan enam angkatan TFT,” tuturnya.

Ke depan, Wijaya berharap bisa bekerjasama dengan gereja-gereja di berbagai daerah untuk melayani orang sakit, saling melengkapi. “Saya berharap banyak hal yang bisa dilakukan nanti, termasuk di dalamnya bekerja sama dengan semua gereja di daerah, supaya pelayan SOS dapat bersama menguatkan orang sakit, memuridkan dan mengutus orang sakit untuk menjadi berkat bagi kotanya masing-masing, mendorong orang sakit untuk juga mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang sakit, bukan hanya sekadar mengunjungi saja tapi memuridkan pasien untuk melayani orang sakit yang lain,” demikian harap Wijaya. JFMP