Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

KUTNÁ HORA, Kisah Gereja Tengkorak dan Lain-lain




eBahana.com – Catatan perjalanan ini saya torehkan ketika saya transit di Dubai Airport. Menanti penerbangan subuh untuk kembali ke Jakarta.

Setelah lulus dari jurusan Hubungan Internasional, UPN Veteran Yogyakarta, akhir Desember 2010, saya kembalimendapat “hadiah” perjalanan ke Republik Ceko selama satu bulan. Namun, saya bukan lagi exchange student, melainkan sebagai turis asing asal Indonesia yang berlibur sembari sedikit belajar bahasa. Kutna Hora, menjadi salah satu kota pilihan untuk saya kunjungi.

Sekitar 70 km arah timur dari Praha, Ibukota Ceko, di sanalah Kutna Hora berada. Kami harus menempuh sekitar satu jam dengan kereta api untuk ke kota tersebut dengan harga 136 Kc pp (sekitar Rp. 80.000,-).

Ditemani seorang teman dari Indonesia yang berkewarganegaraan Perancis, kami berangkat sekitar pukul 8 pagi dari Hlavní nádraží (stasiun utama). Lengkap sudah perjalanan ini. Ada kamera, ada sarapan Pribinacek – semacam yogurt, Párek v rohlíku – hotdog, dan sebotol Perlivá voda – sparkling water.

GEREJA TENGKORAK
Sekitar pukul 10 kami tiba di Kutna Hora bersama sejumlah turis lain dari berbagai negara. Sepertinya kami sepakat kembali ke Praha petang hari. Kira-kira seperti itulah yang saya tangkap dari percakapan sepasang turis asal Inggris.

Dengan berjalan kaki, kami menempuh 1 km menuju dua gereja yang cukup bersejarah. Arsitektur Cathedral of Our Lady memang memukau. Ramping tapi megah. Dalam bahasa Ceko gereja itu disebut Katedrála Nanebevzetí Panny Marie. Keunikan salah satu bangunan bersejarah yang masuk dalam daftar UNESCO World Heritage ini adalah pemandangan ketika kita kali pertama masuk altarnya. Menurut ibu penjaga gereja, altar yang beratap tinggi ini akan semakin menarik pada musim semi dan gugur. Pantulan cahaya matahari seolah menyiram altar hingga begitu terang dan terfokus daripada sisi sekitarnya.

Kami langsung mengarah ke Kostnice, Sedlec. Nampak kumpulan tengkorak manusia yang sengaja rapi disusun di bawah gereja. Letaknya di tengah lahan pemakaman keluarga dari masa lampau. Memang belum dapat dipastikan kapan Kostnice, Sedlec ini dibangun, tapi data yang saya peroleh, tengkorak itu merupakan tengkorak para prajurit pada masa Perang Hussite tahun 1421-1424. Terdapat bekas pedang, cambuk, tongkat dan panah pada sejumlah tengkorak. Hussite sendiri merupakan perang yang diawali pemikiran seorang Jan Hus yang menentang beberapa keabsolutan Gereja Khatolik, seperti pengampunan dosa dengan cara membayar uang. Mirip dengan kisah Martin Luther. “Mengapa tengkorak ini perlu dipajang mirip pameran?” tanya saya penasaran. “Ini menunjukkan bahwa sekuat dan sehebat apapun manusia toh harus menghadapi kematian,” jawab si pemandu. Tengkorak ini mengingatkan kita bahwa hidup kita bergantung kepada Tuhan. Tentu saja ini bertentangan. Melihat kenyataan saat ini bahwa mayoritas penduduk Ceko adalah Atheis.

Kami melanjutkan perjalanan ke Centrum, pusat kota yang cukup jauh. Kami bertanya ke Info Center sekitar Kostnice. Ia memberikan peta dan menunjukkan jalan kepada kami dengan sangat ramah, tidak seperti orang Ceko pada umumnya. Malahan saya mendapat hadiah DVD dengan berbagai bahasa di dunia, termasuk Indonesia, yang mengisahkan permulaan dunia sampai kebangkitan Yesus dari kematian. Sebenarnya orang
itu tidak mengetahui bahwa saya orang Kristen, tapi dengan berani ia menyatakan bahwa Yesuslah satu-satunya Juru Selamat manusia untuk memperoleh hidup kekal. Kembali saya terhenyak akan hal ini. Saya tidak pernah menemui kesaksian yang berani seperti ini dari lidah orang Ceko.

SIANG DI SANTA BARBARA
Kami langsung menumpang bus kota tujuan pusat kota Kutna Hora. Sebelum melangkah lebih jauh, kami berhenti di Restaurant Mincovna di Hotel Opat tanpa mengetahui referensi apapun tentang makanan di sana. Restoran yang cukup nyaman untuk makan siang tanpa ada pengunjung lain selain kami berdua. Saya memesan Topinkové hranolky s česnekem (roti tawar yang digoreng dengan olive oil dan bawang putih), sepiring Chicken grill with blue cheese cream dan secangkir teh hangat. Jujur, bentuknya memang kurang menarik tetapi rasanya enak luar biasa! Bahkan saya masih ingat rasanya kalau melihat foto-foto di Kutna Hora. Harganya pun tidak terlalu mahal untuk ukuran negara-negara Eropa. It was the best lunch I’ve ever had!

Kami pun menuju Jesuit College, melewati Kamenná kašna (semacam tugu di perempatan jalan), České muzeum stříbra-Hrádek (Museum perak megah yang kebetulan sedang tutup) dan toko barang antik (Antikvariat) untuk membeli sejumlah kartu pos kuno. Kebetulan saya kolektor kartu pos karena selain murah, gambar yang disajikan begitu indah dan cukup sulit didapatkan dengan menggunakan kamera biasa.

Tibalah kami di samping Jesuit College (Jezuitska Kolej) yang dibangun dengan arsitektur gaya Baroque setelah kedatangan kaum Jesuit yang cukup membawa perubahan di kota tersebut pada tahun 1626.

Di depan Jesuit College, mata kami tak berkedip menyaksikan keindahan Gereja Katedral St. Barbara (Velechrám sv.Panny Barbory). Gereja dengan banyak tower mungil yang mengelilingi atap gereja. Biaya masuk untuk menikmati kemegahan gereja tersebut senilai 85 Kc (Rp. 40.000,-) .

Gereja ini dibangun sejumlah arsitek yang berbeda abad. Pembangunan pertama dimulai tahun 1388 oleh Jan
Parler dengan hanya satu bagian yaitu The Presbytery. Kemudian berkembang hingga tahun 1773 menjadi 13 bagian kapel di sekeliling ruang jemaat. Penjaga gereja bercerita, gereja ini dibangun oleh para penambang perak yang datang pada tahun 1142 setelah melepaskan diri dari pengaruh kaum Cistercian yang berpusat di gereja sebelumnya, Cathedral of Our Lady. Tidak heran jika di bagian tengah kursi jemaat terdapat patung penambang yang cukup besar. Hal yang membuat saya kagum adalah panjangnya rentang waktu dalam proses pembangunan dan penyempurnaan gereja tersebut disertai kesetiaan jemaatnya pada masa itu.

Tanpa terasa kami hampir tiba di persimpangan hari. Kami langsung mengambil jalan menuju halte bus terdekat untuk kembali ke stasiun lalu naik kereta pukul 5 sore tujuan Praha.

Dalam perjalanan pulang, saya sejenak berdoa dan merenungkan kebaikan Tuhan. Saya lahir-besar di Indonesia. Kepercayaan saya bukanlah kepercayaan mayoritas. Saya memang patut bersyukur karena setiap tantangan yang ada dan kualami membuat saya semakin kuat menjalani proses yang Tuhan berikan.

Pada suatu masa, Republik Ceko merupakan kekuatan yang besar dalam perkembangan kekristenan, seperti sejumlah kawasan di Eropa. Namun, sejarah berbicara lain. Atheisme berkembang pesat. Saya tidak mengatakan bahwa orang atheis tidak baik atau tidak bermoral. Mereka justru mungkin lebih baik dari sebagian kita yang beragama. Namun, ke mana mereka akan pergi setelah kehidupan di dunia ini? Firman Tuhan mengatakan, Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” (Yeremia 29:17).

Oleh Raka Tantra Pamungkas.



Leave a Reply