Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Upacara Paskah & Aplikasi Pribadi – Bagian 4




eBahana.com – Kita belajar dari Wahyu 12:11 bagaimana caranya secara praktikal kita mengambil faedah dari darah Yesus. Dalam mempelajari lebih jauh mengenai bagaimana mengaplikasikan darah atas hidup kita, upacara Paskah memberi paralel untuk menolong pengertian kita.

Mari kembali pada Keluaran 12, karena pasal ini mencatat ordonansi Paskah. Kita ingat Paskah adalah pemeliharaan Allah atas pembebasan dan keselamatan bagi Israel di Mesir. Setiap keluarga harus mengambil domba [hanya bapa dan tidak ada seorang pun dalam keluarga bisa melakukannya] – bapa harus membunuh atau mengorbankan domba dan menampung darahnya dalam bejana tanah liat. Proses pengorbanan domba ini demonstrasi besar tanggungjawab bapa-bapa sebagai imam keluarga mereka. Setiap bapa harus bertindak sebagai imam-imam keluarga mereka.

Begitu domba sudah di bunuh dan darahnya sudah ditampung dalam bejana, ada langkah lain. Darah sangat berharga dan tidak boleh tumpah ke tanah. Namun darah “dalam bejana” tidak melindungi (memproteksi) keluarga-keluarga Israel. Bapa-bapa harus mengambil darah dari bejana dan membawa ke tempat “dimana mereka hidup.” Bagaimana bapa-bapa itu melakukannya? Nas berikut mengatakan pada kita apa yang mereka lakukan: “Lalu Musa memanggil semua tua-tua Israel serta berkata kepada mereka: “Pergilah, ambilah kambing domba untuk kaummu dan sembelihlah anak domba Paskah.

Kemudian kamu harus mengambil dalam darah yang ada dalam sebuah pasu [bejana tanah liat], dan darah itu kamu harus sapukan pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu; seorang pun dari kamu tidak boleh keluar pintu rumahnya sampai pagi.

Dan TUHAN akan menjalani Mesir untuk menulahinya; apabila Ia melihat darah pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu itu, maka TUHAN akan melewati pintu itu dan tidak membiarkan pemusnah masuk ke dalam rumahmu untuk menulahi” (Keluaran 12:21-23).

Ada dua peraturan penting dalam nas ini. Pertama, mereka harus mengambil darah dari bejana dan membawa ke mana mereka hidup. Hanya ada satu cara yang ditetapkan untuk melakukan itu, dan cara itu adalah “hisop.” Hisop tumbuhan yang sangat umum tumbuh di seluruh Timur Tengah, hampir seperti rumput-rumputan liar. Tidak ada masalah menemukan hisop. Bapa-bapa harus mengambil seikat hisop, mencelupkannya dalam darah, dan memukulkannya pada ambang pintu [atas dan dua sisi], namun tidak boleh di pintu masuk. Mereka tidak “boleh” berjalan di atas darah.

Begitu darah sudah di pindahkan dari bejana ke tempat dimana mereka hidup, mereka aman dengan syarat: Apa itu? “Mereka harus tinggal didalam rumah.” Kita melihat, ini sangat penting – darah “hanya” melindungi yang taat. Kita aman selama kita taat.

Kita harus menekankan pentingnya kesaksian kita. Kitab Ibrani mengokohkan poin ini: “Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus” (Ibrani 3:1).

Penulis Ibrani menyebut Yesus “Imam Besar yang kita akui.” “Pengakuan” berarti secara harfiah “mengatakan sama dengan.” Bagi kita orang-orang percaya dalam Alkitab dan dalam Yesus Kristus, pengakuan berarti kita berkata sama dengan mulut kita apa yang Allah katakan dalam Firman-Nya. Yesus adalah Imam Besar “yang kita akui.” Jika kita tidak memiliki pengakuan, maka kita tidak memiliki Imam Besar.

Tanpa kesepakatan intensional dan sadar dengan Firman Allah, Yesus tidak bisa merepresentasi kita dihadapan Allah. Ia hanya bisa menyokong mewakili kita ketika kita membuat pengakuan yang benar. Dalam Injil Matius, Yesus berkata, “Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum” (Matius 12:37). Kita menentukan tujuan hidup kita dengan kata-kata yang kita ucapkan.

Yakobus berkata lidah seperti kemudi kapal. Bagian sangat kecil dari kapal, namun menentukan kemana tepatnya kapal akan pergi (Yakobus 3:4). Begitupula, kita menentukan arah hidup kita dengan cara kita menggunakan lidah kita. Banyak orang Kristen sangat ceroboh dan jahat dalam cara mereka menggunakan lidah mereka: “Aku hampir mati melakukan itu.” “Aku malu sampai mau mati.” Umumnya, bijaksana tidak mengatakan apa pun tentang kita yang kita tidak ingin Yesus membuatnya terjadi.

Hati-hati untuk tidak memandang diri kita kurang, karena Allah menjunjung tinggi kita. Ia membayar darah Yesus untuk kita. Ketika kita menggunakan lidah kita mengkritik diri kita sendiri, apa yang kita sedang kerjakan adalah mengkritik pekerjaan tangan Allah. Dalam Efesus, Paulus berkata bahwa kita karya agung-Nya (lihat Efesus 2:10). Berbahaya gegabah mengkritik karya agung Allah.

Keangkuhan, tentunya, merajalela diantara orang-orang Kristen. Namun masalah lain yang sama besarnya adalah meremehkan diri kita sendiri.

Dalam 1 Petrus 1:1-2, kita membaca sambutan Petrus: “Kepada orang-orang pendatang.”

Kata Yunani adalah “diaspora.” Ditujukan pada orang-orang Yahudi diluar tanah Israel, yang mana masih cara normal orang-orang Yahudi menggambarkan diri mereka hari ini, “diaspora.”

“Yang tersebar di Pintus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya ”

Perhatikan, “ketaatan” datang sebelum “pemercikkan.” Darah “tidak” dipercikkan pada ketidaktaatan. Darah tidak melindungi mereka yang keluar dari rumah di Mesir. Hanya memproteksi mereka yang tinggal dilindungi olehnya.

Ini pertanyaan yang membakar bagi Israel dan kita. “Bagaimana kita mendapatkan darah yang dicurahkan – karena pengorbanannya selesai sempurna – pada tempat dimana kita hidup? Selama kita hanya melihat darah dalam bejana tanah liat, tidak akan mendatangkan kebaikan bagi kita. Darah tersedia, namun tidak mendatangkan apa-apa. Kita harus mengambil tanaman kecil sederhana yang disebut hisop, mencelupkannya dalam darah, dan memukulkannya di bagian luar rumah kita diatas pintu. Maka kita terlindungi.

Aplikasi lebih jauh dari pengajaran Paskah dan Hari Raya Roti Tidak Beragi bagi orang-orang disampaikan oleh Paulus dalam 1 Korintus 5:7: “Buanglah ragi yang lama itu   ”

Frasa itu mengacu pada Hari Raya Roti Tidak Beragi. Diwaktu perayaan itu, setiap keluarga Yahudi harus menyingkirkan khamir dari rumah mereka selama tujuh hari. Beberapa dari mereka masih melakukannya hari ini.

“…supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi………………………………………………. ”

Ayat 8 berlanjut: “Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.”

Itu aplikasi spiritual yang dikaitkan dengan Paskah. Namun kita perlu kembali pada akhir ayat 7 – kaitan penting yang tidak bisa ditiadakan: “Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus [atau Mesias].”

Apakah kita melihat hubungan jelas antara Paskah dengan pengorbanan Yesus di Salib? Petrus menjelaskan: “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat” (1 Petrus 1:18-19).

Tolong perhatikan penggunaan kata “domba” oleh Paulus. Ini membawa kita kembali pada Paskah. Kita akan melihat bagaimana kita bisa menggunakan apa yang kita pelajari tentang Paskah dan mengaplikasikannya dalam hidup kita sendiri.

Tanpa ragu, kita bisa katakan Domba Paskah dibunuh lebih dari dua puluh abad yang lalu. Darah Yesus sudah dikucurkan untuk kita, namun darah dalam bejana tidak memproteksi kita. Kita harus mentransfer darah dari bejana ke mana kita hidup.

Di bawah Perjanjian Lama, kita menggunakan “hisop” untuk mentransfer darah. Namun itu bukan apa yang kita gunakan dibawah Perjanjian Baru. Apa yang kita gunakan dibawah Perjanjian Baru? Jawabannya adalah “kesaksian kita.” Kesaksian pribadi kita yang mengambil darah dari bejana dan mengaplikasikannya pada hidup kita, pada situasi kita, pada keluarga kita, dan pada tempat dimana kita hidup.

Apakah kita ingat apa yang kita pelajari dari Wahyu 12:11 Kita bisa mem-parafrasanya dengan mengatakan: “Kita mengalahkan Satan ketika kita menggunakan hisop.” Apa hisop? Kesaksian pribadi kita.

“Kita mengalahkan Satan ketika kita bersaksi secara pribadi akan apa yang Firman Allah katakan darah lakukan untuk kita.” Tindakan itu mengambil darah dari bejana dan mempercikkannya diatas diri kita, diatas hidup kita, diatas situasi apa saja dimana absah mengaplikasikannya.

Mari kita melakukan ini secara pribadi. Kesempatan untuk mengambil untuk diri kita sendiri darah Yesus kedalam hidup kita. Dari semua kebenaran yang kita pelajari dari Alkitab, jika kita harus memilih satu yang paling berharga dan paling berkuasa, adalah ini. Kita lihat, kita tidak benar-benar menangani signifikans penuh pernyataan yang kita pelajari bahwa “Yesus mencurahkan jiwa-Nya kedalam kematian. “Didalam darah Yesus ada hidup Allah sendiri.

Hidup dari Satu yang menciptakan seluruh alam semesta – secara tak terbatas lebih berkuasa dari pada apa pun yang Ia ciptakan.

Dalam terang kebenaran ini tidak ada pikiran manusia bisa mengukur kuasa yang dilepaskan dalam darah Yesus.

“Ada kuasa lebih, dalam satu tetes darah Yesus dari pada ada dalam semua kerajaan Satan.”

Sayangnya, sudah menjadi kebiasaan, meremehkan darah Yesus – bahkan bagi orang-orang yang secara teoretikal percaya padanya. Beberapa orang Kristen cenderung tunduk pada prasangka akademik. Jika orang-orang ingin diperhitungkan berpengetahuan, mereka tidak berbicara terlalu banyak mengenai darah Yesus karena dianggap primitif.

Hal paling positif di alam semesta adalah kehidupan Allah, dan kehidupan itu dilepaskan melalui darah Yesus.

Kita bisa belajar bagaimana mendapatkan apa yang ada dalam darah Yesus, kehidupan Allah itu sendiri. Tidak ada yang kita butuhkan yang tidak ada didalamnya. Bagaimana kita mendapatkannya? Kita mengalahkan Satan ketika kita bersaksi secara pribadi akan apa yang Firman katakan darah Yesus lakukan untuk kita. Harus pribadi. Jika kita percaya kebenaran ini, katakan frasa ini dengan bersuara sekarang: “Kita mengalahkan Satan ketika kita bersaksi secara pribadi akan apa yang Firman katakan darah lakukan untuk kita.”

Puji Tuhan!

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply