Tanggung Jawab Kita & Klimaksnya – Bagian 8
eBahana.com – Satu dari persenjataan spiritual paling efektif yang Allah berikan pada umat-Nya adalah mem-proklamasikan Firman-Nya. Firman Allah yang diproklamasikan adalah untuk kita hari ini seperti tongkat Musa dalam generasinya.
Dengan mengulurkan tongkatnya, Musa mengalahkan ahli-ahli sihir Mesir, melucuti Firaun dari kuasanya, mempermalukan dewa-dewa Mesir, dan membawa Israel keluar dari perbudakkan menuju kebebasan.
Kita harus belajar menggunakan Firman Allah seperti Musa menggunakan tongkatnya.
Sementara kita memegang Kitab Suci dan mem-proklamasikannya dengan iman, kita bisa menerapkan otoritas Allah kedalam situasi dimana Satan melawan umat dan tujuan-tujuan Allah.
Ini berlaku khususnya pada situasi masa kini di Timur Tengah. Banyak kekuatan melawan tujuan-tujuan Allah yang diungkapkan, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan restorasi Israel. Allah tidak menginginkan umat percaya-Nya berdiri sebagai penonton pasif. Ia mengharapkan kita mengangkat tongkat Firman Allah dan mengulurkannya keluar dengan proklamasi melawan setiap kekuatan dan setiap situasi yang melawan tujuan-tujuan-Nya.
Dalam Yeremia 31:10, Allah memberi kita firman spesifik untuk diproklamasikan kepada seluruh bangsa-bangsa: “Dengarlah firman TUHAN, hai bangsa-bangsa, beritahukanlah itu di tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel akan mengumpulkannya kembali, dan menjaganya seperti gembala terhadap kawanan dombanya!”
Firman ini untuk diproklamasikan kepada bangsa-bangsa non-Yahudi, bahkan di bagian paling ujung bumi. Semua penduduk bumi harus di konfrontasi dengan tujuan Allah mengenai Israel.
Pesannya sendiri sederhana. Bisa di formulasikan dalam tiga pernyataan berturut-turut. Pertama, Allah menyerakkan Israel dari tanah mereka. Kedua, Allah yang sama yang menyerakkan Israel sekarang mengumpulkan mereka; Ia akan menjaga juga – memproteksi mereka. Jadi, keamanan akhir Israel dijamin oleh Allah.
Kata-kata Yeremia 31:10 dalam bahasa asli Ibrani memiliki cara unik menyingkatkan. Pernyataan “Dia yang telah menyerakkan Israel akan mengumpulkannya kembali” diekspresikan dalam hanya tiga kata: “Mzareh Yisrael yekabbetzenu.”
“Mzareh”: “Dia yang menyerakkan.” “Yisrael”: “Israel.”
“yekabbetzenu”: “akan mengumpulkannya kembali.”
Menariknya, kata kerja “yekabbetz” berhubungan dengan kata “kibbutz.” Seolah-olah Allah berkata, “Ketika Aku mengumpulkannya kembali, Aku akan mengumpulkannya dalam “kibbutzim.”
Israel dalam situasi putus asa, namun kita tidak perlu takut nasib mereka sebagai bangsa, karena Allah yang sama yang mengumpulkan Israel, juga akan menjaga mereka.
Mari kita proklamasikan – dengan berani dan terus menerus.
Nas ini dalam Yeremia 31:10, hanya satu dari banyak yang bisa digunakan dalam proklamasi mengenai Timur Tengah.
Ada tiga contoh lain yang kita bisa proklamasikan secara reguler.
“Semua orang yang membenci Sion akan mendapat malu dan akan mundur.
Mereka seperti rumput di atas sotoh, yang menjadi layu, sebelum dicabut (Mazmur 129:5-6).
“Mereka yang membenci Sion” deskripsi komprehensif namun singkat mengenai berbagai kekuatan masa kini yang melawan Israel.
“Tongkat kerajaan orang fasik tidak akan tinggal tetap di atas tanah yang diundikan kepada orang-orang benar, supaya orang-orang benar tidak mengulurkan tangannya kepada kejahatan” (Mazmur 125:3).
“Tongkat kerajaan orang fasik ” adalah deskripsi akurat “saudara” kita.
Terakhir, ada nas dalam Mazmur yang lebih panjang namun tepat untuk situasi masa kini di dunia dan khususnya di Timur Tengah.
“Biarlah segenap bumi takut kepada TUHAN, biarlah semua penduduk dunia gentar terhadap Dia!
Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada.
TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun temurun.
Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah TUHAN, suku bangsa yang dipilih-Nya menjadi milik-Nya sendiri!” (Mazmur 33:8-12).
Ini deklarasi tegas firman Allah yang menciptakan dunia menjadi ada, dan firman sama yang mengarahkan arah sejarah. Bangsa-bangsa dan pemerintah-pemerintah mereka boleh berpegang pada dewan majelis mereka dan menerbitkan dekrit mereka, namun ketika ini berlawanan dengan Firman profetik Allah, mereka tidak akan menghasilkan apa-apa. Allah akan menggenapi semua nasihat-Nya dan janji-janji-Nya mengenai Israel, umat yang Ia sudah pilih sebagai warisan-Nya sendiri.
Senjata spiritual kedua yang memiliki kuasa tak terbatas adalah menaikkan pujian. Dalam Mazmur 8:3, Daud berkata kepada Tuhan: “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam.”
Apa yang keluar dari mulut “Kauletakkan dasar kekuatan” umat Allah? Yesus Sendiri menjawab pertanyaan ini dalam Matius 21:15-16. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat terganggu oleh anak-anak menangis di bait, “Hosana bagi Anak Daud” – hati mereka sangat jengkel dan mereka ingin Yesus membungkam mereka. Namun Yesus menjawab dengan mengacu pada Mazmur 8:3: “…belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian?: Dalam kutipan ini, Yesus membuat satu perubahan signifikan. Ditempat kata-kata “Kau letakkan dasar kekuatan,” Ia menggantinya dengan “menyediakan puji-pujian.” Penjelasan ilahi ini mengungkapkan bahwa pentahbisan kekuatan umat Allah adalah pujian. Ketika kekuatan ini dilepaskan melalui mulut-mulut bahkan mereka yang kodratnya paling lemah – bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu – efeknya akan “membungkam musuh dan pendendam.” Frasa terakhir ini, tentunya, deskripsi musuh besar Allah dan manusia: Satan.
Betapa penting bagi kita berpegang pada kebenaran ini! Kita tidak boleh pasif terhadap kebohongan mereka yang Satan gunakan sebagai saluran-saluran racunnya. Allah sudah memberi kita kuasa untuk menelanjangi mereka.
Senjata yang diacu dalam Yeremia 31:7 adalah senjata bernyanyi dan berteriak, senjata pujian yang keras dan terus menerus dinaikan dari hati-hati yang percaya melalui bibir yang dikuduskan. Ketika kita, sebagai umat Allah, membuat respons ini, Ia akan mengintervensi mewakili kita dengan cara-cara yang mencengangkan.
Dalam 2 Tawarikh 20, kita dikonfrontasi oleh demonstrasi dramatis kuasa pujian. Yosafat, raja Yehuda, mengetahui kerajaannya sedang di invasi dari timur oleh pasukan tentara besar. Ia tahu bahwa ia tidak memiliki orang-orang dan sumber daya untuk menghadapi kekuatan itu.
Karenanya ia memilih membuat respons spiritual; ia memanggil rakyatnya untuk berpuasa dan berdoa.
Sementara rakyatnya berdoa, seorang Lewi mengucapkan kata-kata profetik: “Janganlah kamu takut dan terkejut karena laskar yang besar ini, sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah…..dalam peperangan ini tidak usah kamu bertempur. Hai Yehuda dan Yerusalem, tinggalah berdiri di tempatmu, dan lihatlah bagaimana TUHAN memberikan kemenangan kepadamu. Janganlah kamu takut dan terkejut. Majulah besok menghadapi mereka, TUHAN akan menyertai kamu” (2 Tawarikh 20:15,17).
Lalu berlututlah Yosafat dengan mukanya ke tanah. Seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem pun sujud di hadapan TUHAN dan menyembah kepada-Nya (ayat 18). Keesokan harinya, “Ia mengangkat orang-orang yang akan menyanyi nyanyian untuk TUHAN dan memuji TUHAN dalam pakaian kudus yang semarak pada waktu mereka keluar di muka orang-orang bersenjata, sambil berkata: “Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi TUHAN, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!” (2 Tawarikh 20:21).
Di titik ini, tidak ada perubahan dalam situasi militer. Umat Allah masih kalah jumlahnya. Untuk menaikkan pujian dalam keadaan seperti itu semata-mata respons iman, berdasarkan firman profetik yang mereka terima dari Allah. Namun catatan melanjutkan: “Ketika mereka mulai bersorak sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat TUHANlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah.
Lalu bani Amon dan Moab berdiri menentang penduduk pegunungan Seir hendak menumpas dan memusnahkan mereka. Segera sesudah mereka membinasakan penduduk Seir, mereka saling bunuh-membunuh.
Ketika orang Yehuda tiba di tempat peninjauan di padang gurun, mereka menengok ke tempat laskar itu. Tampaklah semua telah menjadi bangkai berhantaran di tanah, tidak ada yang terluput.
Lalu Yosafat dan orang-orangnya turun untuk menjarah barang-barang mereka. Mereka menemukan banyak ternak, harta milik, pakaian dan barang-barang berharga. Yang mereka rampas itu lebih banyak dari pada yang dapat dibawa. Tiga hari lamanya mereka menjarah barang-barang itu, karena begitu banyaknya” (2 Tawarikh 20:22-25).
Respons yang sama dengan firman profetik Allah masih bisa meminta intervensi supernatural-Nya mewakili Israel hari ini.
Setelah proklamasi dan pujian, Allah mensyaratksn respons ke tiga sementara Ia mengumpulkan Israel: berdoa. Yeremia 31:7 mengandung contoh bagus bagaimana kita bisa berdoa: “TUHAN telah menyelamatkan umat-Nya, yakni sisa-sisa Israel!”
Sudah jelas ini berarti berdoa untuk keselamatan Israel. Allah tepat dalam apa yang Ia syaratkan. Ia tidak hanya berkata, “Berdoa untuk Israel” namun secara spesifik berkata, “Berdoa untuk keselamatan mereka.”
Dalam Yehezkiel 36:37, kita menemukan contoh doa lain dimana Allah Sendiri mengungkapkan apa yang Ia syaratkan umat-Nya berdoa untuk apa: “Beginilah firman Tuhan Allah: Dalam hal ini juga Aku menginginkan, supaya kaum Israel meminta dari pada-Ku apa yang hendak Kulakukan bagi mereka, yaitu membuat mereka banyak seperti lautan manusia.”
Kita membaca dalam Yehezkiel 36:23-37, Allah berkata delapan belas kali berturut-turut, “Aku akan…” Tidak sekali Ia mengatakan tindakan-tindakan-Nya dalam merestorasi Israel keluar dari kehendak-Nya sendiri.
Namun dalam ayat 37 – ayat penutupan dari bagian itu – menunjukkan keseimbangan antara tujuan predeterminasi Allah dan respons manusia. Allah berkata, “Meskipun apa yang Aku akan lakukan selesai, Aku tidak akan melakukannya sampai kaum Israel meminta daripada-Ku apa yang hendak Kulakukan bagi mereka.”
Ini menggarisbawahi tujuan tertinggi dari doa. Bukan kita harus meminta Allah melakukan apa yang kita mau.
Melainkan agar kita bisa menjadi instrumen-instrumen yang melaluinya Allah bisa melakukan apa yang Ia inginkan. Yehezkiel 36:37 contoh sempurna. Israel tidak diminta mengimprovisasi doa atau membuat pilihannya sendiri. Allah sudah mendeklarasikan apa yang Ia akan lakukan. Ia menunggu Israel untuk datang kedalam perjanjian sesuai kehendak-Nya dan meminta-Nya untuk melakukan apa yang Ia sudah komitmenkan Sendiri untuk lakukan.
Dalam jam-jam yang kritis ini, Roh Kudus meletakkan penekanan baru atas hutang yang kita semua orang-orang Kristen berhutang pada orang-orang Yahudi.
Dalam Yohanes 4:22, Yesus menyatakan kebenaran sederhana yang penting: “Keselamatan dari orang-orang Yahudi.” Pernyataan ini meng-ekspresikan fakta-fakta obyektif historikal. Tanpa orang-orang Yahudi, tidak akan ada patriark, tidak akan ada nabi-nabi, tidak akan ada rasul-rasul, tidak akan ada Alkitab, dan – diatas semua – tidak akan ada Juruselamat. Keselamatan – dan setiap berkat spiritual yang menyertainya – datang atas orang-orang non-Yahudi melalui satu dan saluran yang sama: orang-orang Yahudi.
Sebagai orang-orang non-Yahudi, kita tidak memiliki cara untuk membayar hutang ini. Meski demikian, kita memiliki beberapa cara dimana kita bisa sedikitnya mengakuinya. Satu dari yang paling penting adalah melalui berdoa syafaat dengan tulus untuk Israel, berdasarkan pada ayat-ayat Kitab Suci profetik. Dengan cara ini, kita bisa masuk kedalam pengalaman indah menjadi pekerja-pekerja Allah untuk restorasi final Israel.
Sampai titik ini, kita berpikir Israel dan gereja seolah-olah dua entitas terpisah. Namun ini tidak demikian. Ketika gereja pertama kali ada, keanggotaannya secara eksklusif orang-orang Israel. Sebenarnya, ketika orang-orang non-Yahudi mulai meminta keanggotaan di gereja, terjadi krisis. Orang-orang percaya Yahudi harus memutuskan apakah orang-orang non-Yahudi bisa diterima oleh gereja, dan jika demikian, berdasarkan syarat-syarat apa.
Kesimpulan-kesimpulan mereka dicatat dalam Kisah Para Rasul 15:22-29: orang-orang non-Yahudi yang memenuhi syarat-syarat sederhana tertentu bisa menjadi anggota – bersama dengan orang-orang percaya Yahudi – dalam satu tubuh, gereja.
Awal abad kedua, meski demikian, mayoritas orang-orang Yahudi setelah menolak klaim Yesus sebagai Mesias, sepenuhnya memisahkan diri mereka dari gereja.
Akibatnya, karakter gereja secara progresif menjadi lebih dan lebih non-Yahudi. Meski demikian, sepanjang abad-abad berikutnya, jumlah orang Yahudi yang mengakui Yesus sebagai Mesias mereka bertambah secara signifikan dan mengambil tempat mereka sebagai anggota-anggota gereja.
Di akhir abad ke dua puluh, ada peningkatan dramatik dalam jumlah orang Yahudi yang mengakui Yesus sebagai Mesias mereka. Banyak dari mereka, meski demikian, dengan hati-hati mempertahankan identitas historis mereka sebagai orang Yahudi. Karenanya, seperti disebut sebelumnya, kelompok orang-orang beriman ini, dicirikan sebagai “Yahudi Mesianik,” yang tumbuh diseluruh tubuh gereja.
Dalam Roma 11:25-27, Paulus berbicara terutama kepada orang-orang Kristen non-Yahudi, dan ia berbagi dengan mereka “misteri” – tujuan Allah yang dirahasiakan namun sekarang diungkapkan kepada orang-orang percaya: “Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui “rahasia” ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk.
Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada tertulis: “Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub.
Dan inilah perjanjian-Ku dengan mereka, apabila Aku menghapuskan dosa mereka.”
Nas ini mengungkapkan dua tahap dalam rencana Allah untuk membawa zaman sekarang ke penutupan.
Pertama, kata-kata Yesus dalam Matius 24:14 harus digenapi: “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.”
Kedua, ketika jumlah lengkap orang non-Yahudi sudah dibawa masuk kedalam gereja, maka Allah akan sekali lagi berbalik sepenuhnya kepada sisa Israel yang dilestarikan dan akan mengungkapkan diri-Nya kepada mereka dalam belas kasih dan kasih karunia penyelamatkan.
Transisi dari penekanan pada orang-orang non-Yahudi ke penekanan pada orang-orang Yahudi tidak akan terjadi seketika dalam satu peristiwa, melainkan akan bertahap dan progresif. Sekarang kita sudah berada dalam tahap-tahap awal transisi ini.
Titik kritis pewahyuan Tuhan kepada Israel secara profetik digambarkan dalam Zakharia 12:10: “Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung.”
Di titik ini, untuk pertama kali, Israel sebagai bangsa akan menerima pewahyuan supernatural identitas Mesias yang sudah tertusuk dengan paku penyaliban.
Dua pasal lebih jauh, Zakharia menggambarkan kembalinya Mesias secara langsung: “Pada waktu itu kaki-Nya akan berjejak di bukit Zaitun yang terletak di depan Yerusalem di sebelah timur. Bukit Zaitun itu akan terbelah dua dari timur ke barat, sehingga terjadi suatu lembah yang sangat besar; setengah dari bukit itu akan bergeser ke utara dan setengah lagi keselatan……
Lalu TUHAN, Allahku, akan datang, dan semua orang kudus bersama-sama Dia” (Zakharia 14:4-5).
Dalam pemandangan ini, semua orang dalam drama mendirikan Kerajaan Allah di bumi dibawa ke panggung. Panggung yang sama dimana setiap krisis sebelumnya dari drama yang sama sudah ditetapkan: Yerusalem dan gunung-gunung yang mengelilinginya. Malaikat-malaikat, orang-orang kudus yang dimuliakan dan sisa Israel yang dilestarikan mengambil tempat mereka masing-masing.
Namun figur sentral, lebih cemerlang dari yang lain, menarik mereka disekitar diri-Nya, yang adalah Mesias, Raja.
Maka surga akan membenarkan pengakuan setiap Yahudi ortodoks sepanjang abad-abad – bahkan dalam perjalanannya ke kamar gas beracun.
Maka surga akan menjawab doa rasul Yohanes di pulau Patmos – doanya yang digemakan oleh setiap orang Kristen sejati sementara ia menutup Perjanjian Baru.
Amin. Datanglah, Tuhan Yesus.
Analisis pendahuluan takdir Israel dan gereja, seperti diungkapkan dalam Kitab Suci, memimpin kita kepada kesimpulan-kesimpulan penting.
Pertama, satu-satunya sumber terang yang dapat dipercaya atas situasi masa kini di Timur Tengah diberikan oleh Firman profetik Allah. Jika kita tidak mencari terang yang datang dari sumber ini, kita akan pada akhirnya berada dalam kegelapan, kebingungan dan penipuan.
Kedua, takdir Israel dan gereja sudah ditetapkan oleh Allah dalam kekekalan berdasarkan pengetahuan-Nya sebelumnya. Bekerjanya dalam waktu dijamin oleh perjanjian-perjanjian yang tidak bisa dibatalkan sesuai dengan yang Allah sudah tetapkan dengan setiap dari mereka.
Ketiga, untuk semua berkat yang Allah sudah janjikan kepada Israel dan gereja, bergantung pada kasih karunia Allah, yang bisa diperoleh hanya dengan iman.
Keempat, ujian-ujian dan tekanan-tekanan besar terbentang di depan Israel dan gereja, namun mereka yang dengan iman bertahan akan mendapat hak istimewa untuk berbagi dalam kerajaan Allah dengan-Nya sepanjang kekekalan.
Kelima, orang-orang dari latarbelakang non-Yahudi berhutang seluruh warisan spiritual mereka kepada Israel. Satu cara bagi mereka untuk mengakui hutang mereka adalah berdiri di samping Israel di tengah tekanan-tekanan mereka masa kini dan menguatkan mereka dengan doa syafaat.
Keenam, penduduk-penduduk Timur Tengah tidak akan pernah tahu keadilan sejati atau perdamaian abadi sampai mereka diserahkan pada pemimpin yang ditetapkan Allah, Tuhan Yesus Kristus.
Oleh Loka Manya Prawiro.