Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Sepotong Tanah Kecil – Bagian 4




eBahana.com – Satu ciri luar biasa pewahyuan alkitabiah adalah keunggulan yang diberikan pada sebidang tanah kecil di ujung timur Mediterania, aslinya dikenal sebagai tanah Kanaan. Sebagian besar peristiwa yang dicatat dalam Alkitab sebagai sejarah, atau prediksi nubuat, berpusat pada tanah ini. Khususnya, fokus rentetan pernyataan yang dikandung dalam Mazmur 105:7-11. Nas ini dibuka dengan deklarasi otoritas tertinggi Allah atas seluruh bumi: “Dialah TUHAN, Allah kita, di seluruh bumi berlaku penghukuman-Nya” (ayat 7).

Allah Alkitab adalah Tuhan atas seluruh bumi. Penghakiman-penghakiman yang Ia ucapkan tidak berlaku hanya pada satu bangsa atau satu potong tanah kecil.

Otoritas-Nya meliputi semua bangsa dan seluruh bumi.

Meski demikian, Allah membuat komitmen unik khusus dengan satu keluarga manusia keturunan dari Abraham. Komitmen ini disimpulkan dalam ayat 8-10: “Ia ingat untuk selama-lamanya akan [perjanjian-Nya], [firman] yang [diperintahkan-Nya] kepada seribu angkatan, yang diikat-Nya dengan Abraham, dan akan [sumpah-Nya] kepada Ishak; diadakan-Nya hal itu menjadi [ketetapan] bagi Yakub, menjadi [perjanjian kekal] bagi Israel.”

Nas Kitab Suci yang luar biasa! Kombinasi begitu banyak kata-kata untuk mengekspresi komitmen Allah: “perjanjian,” “firman,” “perintah,” “sumpah,” “ketetapan,” “perjanjian kekal.” Tidak ada bahasa yang digunakan dalam Alkitab yang lebih kuat menekankan total komitmen Allah.

Setiap perjanjian Allah merepresentasi komitmen, lebih jauh ini digambarkan sebagai “perjanjian” kekal. Tetap berlaku selamanya. Tidak pernah bisa dibatalkan.

Diekspresikan tidak hanya melalui firman Allah; dikonfirmasi melalui sumpah-Nya. Penulis Ibrani mengatakan pada kita kenapa Allah memberi kita sumpah-Nya: “….supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah [tidak dapat diubah], tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita” ( Ibrani 6:18).

Pertama, Allah memberi firman-Nya yang tidak dapat diubah; kedua Allah memberi sumpah-Nya.

Pemazmur disini menggunakan penekanan untuk mengekspresikan komitmen Allah. “Apa pusat dari semua ini? Apa yang Allah begitu prihatin? Pada apa Ia bersusah payah mengekspresi total komitmen-Nya? Jawabannya diberikan dalam ayat-ayat berikut dari Mazmur 105, dimana Allah berkata, “Kepadamu akan Kuberikan [tanah Kanaan], sebagai milik pusaka yang ditentukan bagimu” (ayat 11).

Mengenai apa ini? Kita tidak pernah membaca nas ini tanpa terkagum-kagum bahwa Allah mahabesar, Pencipta alam semesta, Raja bumi, telah berjalan sejauh ini untuk menegaskan takdir sepotong kecil teritori di ujung timur Laut Mediterania. Allah menjadikannya jauh lebih penting daripada yang kita pikirkan!

Pribadi lain yang juga menjadikannya penting pada tanah itu adalah Satan. Ini kenapa di Timur Tengah terus menerus terjadi konflik besar.

Ayat-ayat Mazmur 105 yang baru saja kita baca merepresentasi akta hak milik atas tanah Kanaan. Seperti akta hak milik memperincikan identitas orang yang memegang hak milik, Allah juga menjamin dengan bahasa spesifik kepada siapa tanah ini diberikankan. Ia mengacu pada “perjanjian yang diikat-Nya dengan Abraham, dan akan sumpah-Nya kepada Ishak; diadakan-Nya hal itu menjadi ketetapan bagi Yakub, menjadi perjanjian kekal bagi Israel” (ayat 9-10). Jadi, perjanjian berlaku dari Abraham kepada Ishak (bukan melalui Ismail) dan kepada Yakub, yang namanya menjadi Israel.

Nas final yang mencatat sumpah Allah mengenai tanah Kanaan adalah Yehezkiel 47:14: “Tanah itu harus kamu bagi rata, yaitu tanah yang dengan sumpah Kujanjikan memberikannya kepada nenek moyangmu dan dengan demikian tanah itu menjadi milik pusakamu.”

Allah Alkitab, yang adalah Allah seluruh bumi, memiliki rencana dan tempat untuk setiap bangsa. Paulus mendeklarasi kepada orang-orang Athena dalam Kisah Para Rasul 17:26: “Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka.”

Jika Allah sudah menentukan tempat-tempat dimana bangsa-bangsa harus hidup dan waktu-waktu mereka harus hidup disana. Ia memiliki tempat bukan hanya untuk Israel, namun juga untuk setiap bangsa di bumi. Hanya ada satu hal penting untuk di camkan di pikiran: tempat yang Ia miliki untuk Israel tidak ditawarkan untuk bangsa lain manapun.

Meski demikian, Ini tidak berarti, orang-orang Arab atau warganegara lain dikecualikan dari teritori yang diberikan kepada Israel. Sebaliknya, sepanjang sejarah Israel sebagai bangsa, Allah selalu menyediakan pemeliharaan spesifik bagi orang-orang dari bangsa-bangsa lain untuk berdiam diantara mereka, menerima hak istimewa dan tanggung jawab yang diperlukan untuk melakukan hal-hal itu.

Dalam Yehezkiel 47:22-23, Allah mentahbiskan pembagian tanah Israel yang [masih di masa depan]. Dalam nas Kitab Suci ini, Ia menyediakan pemeliharaan spesifik bagi orang-orang dari bangsa-bangsa lain untuk hidup diantara orang-orang Israel dan berbagi semua hak istinewa mereka: “Dan kamu harus membagi-bagikannya menjadi milik pusaka di antara kamu dan di antara orang-orang asing yang tinggal di antara kamu, yang melahirkan anak di tengah-tengahmu dan mereka harus kamu anggap sama seperti orang Israel asli; bersama-sama kamu mereka harus mendapat bagian milik pusaka di tengah-tengah suku-suku Israel.

Jadi kalau di tengah-tengah sesuatu suku ada tinggal orang asing, di situlah kamu berikan milik pusakanya, demikianlah firman Tuhan ALLAH.”

Benar Allah sudah memberikan tanah melalui perjanjian dengan Israel yang tidak bisa dibatalkan, namun Ia membuka pintu untuk orang-orang asing dari semua bangsa-bangsa lain untuk membaginya dengan mereka, asalkan mereka memenuhi kewajiban-kewajiban mereka.

Sebagai tambahan pada pemeliharan untuk orang-orang asing ini, meski demikian, Allah juga memberi kepada orang-orang Arab tempat mereka sendiri. Saat ini, bangsa-bangsa Arab dari Atlantik sampai Teluk Persia berjumlah lebih dari 483 juta orang. Mereka memiliki daratan 14 juta kilometer persegi. Sedangkan Israel hanya mengendalikan 28 ribu kilometer persegi.

Pada 1917, Deklarasi Balfour menjanjikan orang-orang Yahudi area geografis termasuk seluruh Yordania yang sekarang. Lalu pada 1922, dengan coretan pena tanda tangan, Winston Churcil menciptakan dari area tersebut negara Arab bernama Transyordania (yang kemudian diberi nama Yordania). Dengan tindakkan itu, 78 persen dari total area yang ditetapkan untuk tanah air orang Yahudi diberikan kepada orang-orang Arab. Lebih jauh, orang-orang Yahudi tidak bebas hidup di Yordania, sementara orang-orang Arab bebas hidup di Israel.

Ini berarti sisa teritori barat Yordania hanya 22 persen dari warisan asli yang diberikan pada orang-orang Yahudi.

Bahkan di area ini, orang-orang Yahudi terus menerus mengalami tekanan dan gangguan, melalui agitasi politik dan tindakan agresi.

Allah sudah memperingatkan bangsa-bangsa dunia, meski demikian, bahwa suatu waktu akan datang ketika Ia akan memanggil mereka untuk mem-pertanggung-jawabkan tindakan sewenang-wenang mereka dalam hal tanah Israel. Dalam Yoel 3:2, Ia mendeklarasi: “Aku akan mengumpulkan segala bangsa dan akan membawa mereka turun ke lembah Yosafat; Aku akan berpekara dengan mereka disana mengenai umat-Ku dan milik-Ku sendiri, Israel, oleh karena mereka mencerai-beraikannya ke antara bangsa-bangsa dan membagi-bagikan tanah-Ku.”

Pada masa kini, “membagi tanah” disebut “partisi”. Ini apa yang dilakukan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 29 Nopember 1947, ketika mereka memberikan suara untuk membagi Palestina menjadi dua negara, satu untuk orang-orang Yahudi dan satunya untuk orang-orang Arab.

Pemerintah Inggris dan Amerika pada waktu itu berusaha untuk mempengaruhi pembagian tanah Israel. Ini juga subyek berbagai resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Tidak ada pemerintahan manusia, meski demikian, memiliki kata terakhir atas masalah ini. Akhirnya, pada waktu yang ditetapkan, setiap bangsa di bumi menduduki tempat yang Allah sudah tetapkan untuknya.

Abad ke dua puluh menyaksikan banyak perkembangan-perkembangan signifikan yang berhubungan dengan kerja tujuan Allah untuk merelokasi bangsa-bangsa didalam batas-batas yang Ia tetapkan untuk mereka. Pada awal abad, keputusan Allah datang bagi orang-orang Yahudi untuk kembali ke tanah mereka.

Panggung ditetapkan untuk ini melalui konferensi dunia Zionis yang dilaksanakan pada 1897.

Lalu, pada 1917, satu dari tahun-tahun paling signifikan dalam sejarah dunia, Yerusalem dibebaskan oleh jenderal Inggris Edmund Allenby dari empat ratus tahun dominasi Turki, Deklarasi Balfour di tanda tangani oleh pemerintah Inggris, dan tampil negara ateis resmi pertama – Uni Soviet. Semua peristiwa-peristiwa ini bagian dari program Allah untuk menutup zaman sekarang ini.

Sementara kita melihat sejarah, meski demikian, jelas bahwa, sebagian besar, orang-orang Yahudi tidak ingin kembali ke Palestina. Hanya minoritas yang penuh semangat. Seandainya diserahkan pada orang-orang Yahudi sendiri, sedikit yang kembali. Seolah-olah tujuan Allah gagal.

Lalu terjadi Holokaus! Pikiran kita membayangkan kengerian dan penderitaan, namun pada akhirnya memenuhi tujuan Allah. Tidak ada yang mampu memindahkan komunitas-komunitas Yahudi dari Eropa, dimana mereka sudah tinggal dan hidup selama ratusan tahun. Namun tekanan Holokaus mendorong mereka sekali lagi untuk menoleh pada tanah mereka sendiri.

Peristiwa-peristiwa ini mengilustrasi dua sisi karakter Allah yang berlawanan. Ia betul-betul setia dalam kasih-Nya dan namun, jika perlu, kejam dalam melaksanakan tujuan-tujuan predeterminasi-Nya. Dalam Yeremia 31:3, Allah berbicara kepada Israel dan berkata, “Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal….” Kasih ini membalikkan kejahatan manusia dari Holokaus menjadi kesempatan untuk kelahiran kembali Israel sebagai negara. Allah memenuhi janji-Nya dalam Hosea 2:14: “Aku akan memberikan kepadanya [Israel]….lembah Akhor [masalah] menjadi pintu pengharapan.”

Oleh LOKA MANYA PRAWIRO.



Leave a Reply