Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

POLA PERJANJIAN LAMA UNTUK KESELAMATAN PERJANJIAN BARU




eBahana.com – Dalam seluruh pembahasan sejauh ini, kita sudah berbicara mengenai doktrin yang disebut “doktrin pelbagai pembaptisan” – jamak – (Ibrani 6:2). Perjanjian Baru sebenarnya mengacu pada empat tipe baptisan: pertama, baptisan Yohanes Pembaptis. Kedua, baptisan Kristen dalam air. Ketiga, baptisan kesengsaraan. Keempat, baptisan dalam Roh Kudus.

Dari empat tipe baptisan ini, dua yang paling langsung berhubungan dengan pengalaman semua orang percaya Kristen dalam dispensasi masa kini (periode sekarang) adalah yang kedua dan keempat – yakni, baptisan Kristen dalam air dan baptisan dalam Roh Kudus.
Untuk alasan ini kita sudah mengkonsentrasikan perhatian kita pada dua bentuk baptisan ini.

Sudah tiba waktunya kita melihat bagaimana keduanya berhubungan satu sama lain dan dengan bagian-bagian lain dari rencana dan pemeliharaan Allah bagi orang-orang Kristen. Kita bisa mengajukan pertanyaan: Apa bagian yang diperankan baptisan dalam air dan baptisan dalam Roh Kudus dalam rencana keseluruhan Allah bagi semua orang percaya Perjanjian Baru?

Kita akan melakukan pendekatan pada pertanyaan ini seperti yang sering digunakan oleh penulis-penulis Perjanjian Baru. Kita akan melihat pembebasan Allah atas Israel keluar dari Mesir sebagai pola pembebasan dari perbudakkan dosa dan Satan yang

ditawarkan kepada seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus. Kita akan fokus pada tiga ciri spesifik pembebasan Israel keluar dari Mesir dan menggunakan ini untuk mengilustrasikan tiga elemen utama dalam keselamatan yang disediakan bagi semua orang melalui Kristus.

Pertama, Allah mengutus Musa seorang pembebas yang Ia tetapkan, kepada Israel dimana mereka berada, dalam kesengsaraan dan perbudakkan di Mesir. Disana Ia menyelamatkan dari murka dan penghakiman melalui iman mereka dalam darah korban, yang Ia sudah tetapkan – domba Paskah.

Dalam Perjanjian Baru Yohanes Pembaptis – pendahulu yang diutus untuk mempersiapkan jalan bagi Kristus – memperkenalkan Dia dengan kata-kata: “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29). Jadi ia memproklamirkan Yesus sebagai Juruselamat yang ditetapkan, yang melalui pengorbanan kematian dan pencurahan darah-Nya menggenapi semua yang sudah dinubuatkan sebagai domba Paskah.

Melihat kembali pada kematian dan kebangkitan Kristus, Paulus berkata: “Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus” (1 Korintus 5:7).

Domba Paskah memberi pembebasan sementara bagi Israel dari perbudakan fisikal. Pengorbanan Yesus Kristus memberi keselamatan kekal bagi semua yang menaruh iman mereka dalam curahan darah-Nya sebagai perdamaian untuk dosa-dosa mereka.

Bukan tujuan Allah bagi Israel untuk tinggal lebih lama lagi di Mesir. Pada malam yang sama Paskah dikorbankan, Israel mulai keluar, bukan lagi sebagai budak rakyat jelata namun tentara dengan urutan pangkat. Ada urgensi dalam semua yang mereka lakukan.
Mereka mengambil roti tidak beragi mereka. Mereka berbaris dengan tergesa-gesa, pinggang diikat dan tongkat ditangan mereka.

Dengan cara yang sama, Allah menemui orang berdosa di dunia dan menyelamatkannya dari perbudakkan. Namun Allah tidak meninggalkan orang berdosa disana. Ia memanggilnya keluar kedalam cara hidup baru – kehidupan terpisah dalam kekudusan.

Paulus menggambarkan dua tahap berikut dalam pembebasan Israel dari Mesir. “Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut.

Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut.

Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus” (1 Korintus 10:1-4).

Sedikit lebih jauh dalam pasal yang sama Paulus menghubungkan pengalaman Israel ini dalam Perjanjian Lama dengan pengalaman orang Kristen dalam Perjanjian Baru. “Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita” (1 Korintus 10:6).

“Semua ini telah menimpa mereka sebagai contoh (pola perilaku), dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba – dispensasi zaman sekarang” (1 Korintus 10:11).

Dengan kata lain, Paulus berkata pengalaman Israel dalam Perjanjian Lama ini bukan hanya peristiwa sejarah menarik di masa lalu, namun juga mengandung pesan mendesak dan penting bagi kita sebagai orang Kristen pada zaman sekarang. Secara khusus dicatat melalui pengarahan ilahi, sebagai pola perilaku yang Allah ingin secara hati-hati dilakukan oleh semua orang percaya Kristen pada masa kini (dispensasi zaman sekarang).

Dengan pemikiran ini, mari kita membahas dengan hati-hati contoh atau pelajaran apa yang Paulus letakkan dihadapan kita dalam empat ayat pertama dalam pasal 10.

Pertama kita melihat satu kata sangat pendek “semua” namun penting, digunakan lima kali. Paulus berkata: “Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita ‘semua’ berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka ‘semua’ telah melintasi laut.

Untuk menjadi pengikut Musa mereka ‘semua’ telah dibaptis dalam awan dan dalam laut.

Mereka ‘semua’ makan makanan rohani yang sama dan mereka ‘semua’ minum minuman yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus” (1 Korintus 10:1-4).

Secara jelas, Paulus menekankan agar semua contoh atau pola ini diikuti oleh semua orang percaya Allah. Allah tidak meninggalkan ruang untuk pengecualian. Hal-hal ini adalah untuk semua umat- Nya.

Apa pola khusus yang kepadanya Paulus mengacu? Ada empat pengalaman: pertama, semua berada dibawah perlindungan awan; kedua, semua telah melintasi laut; ketiga, mereka semua makan makanan rohani yang sama; keempat, mereka semua minum minuman rohani yang sama.

Empat pengalaman ini juga diikuti oleh umat Allah hari ini:

Pertama, berada dibawah perlindungan awan; kedua, melintasi laut; ketiga, makan makanan rohani yang sama; keempat, minum minuman rohani yang sama.

Bagaimana empat pola ini berhubungan dengan pengalaman orang- orang percaya pada masa kini (dispensasi sekarang)? Apa pelajaran dari mereka untuk kita sebagai orang Kristen hari ini?

Kita perhatikan, pertama bahwa empat pengalaman ini secara alamiah masuk kedalam dua pasangan yang berbeda. Dua pertama – dibawah perlindungan awan dan melintasi laut – adalah satu pengalaman yang terjadi hanya sekali. Dua pasangan kedua – makan dan minum makanan dan minuman rohani – adalah pengalaman yang berlangsung terus menerus dan diulang secara reguler sepanjang waktu.

Mari kita mulai dengan pasangan pengalaman pertama – yang terjadi hanya sekali: berada dibawah perlindungan awan dan melintasi laut. Kunci untuk mengerti ini diberikan melalui frasa berbeda yang Paulus gunakan dalam hubungannya dengan mereka. Ia berkata: “Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut” (ayat 2). Dengan jelas, karenanya, dua pengalaman ini sesuai dengan dua bentuk baptisan, yang Allah telah tahbiskan bagi semua orang Kristen masa kini (dispensasi sekarang).

Apa dua bentuk baptisan yang direpresentasikan oleh dua pengalaman ini? Dalam terang pembelajaran kita sebelumnya, mudah bagi kita memberi jawabannya. Baptisan dalam awan bagi Israel berhubungan dengan baptisan dalam Roh Kudus bagi orang Kristen. Baptisan dalam laut bagi Israel berhubungan dengan baptisan dalam air bagi orang Kristen.

Jika kita sekarang mempelajari detail dari dua pengalaman Israel ini, kita akan melihat bagaimana cocoknya setiap pengalaman itu sebagai pola pengalaman bagi orang Kristen hari ini.

Catatan historis Israel berada dibawah perlindungan awan dan melintasi laut digambarkan dalam Kitab Keluaran. Setelah pengorbanan domba Paskah di Mesir, orang-orang Israel mulai keluar dari Mesir pada malam yang sama. Ketika mereka sampai di Laut Merah, mereka secara mujizat melewatinya, seperti di tanah kering.

Yang pertama disebutkan mereka melintasi dibawah perlindungan awan ditemukan dalam Keluaran 13:20-21. “Demikianlah mereka berangkat dari Sukot dan berkemah di Etam, di tepi padang gurun.

TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam.”

Paulus berkata, “Semua nenek moyang kita berada dibawah perlindungan awan” (1 Korintus 10:1). Ini mengarahkan kita untuk mengerti bahwa pada titik tertentu perjalanan Israel keluar dari Mesir, awan supernatural unik ini, turun ke atas mereka dari atas dan tinggal terus di atas mereka.

Dengan jelas awan ini terlihat bagi Israel, dan dalam dua bentuk. Pada siang hari awan, memberi bayangan dari panas matahari. Pada malam hari tiang api, memberi terang dan kehangatan dalam gelap dan dingin malam. Pada siang dan malam, memelihara Israel dengan pengarahan dan tuntunan ilahi.

Ada dua fakta lebih jauh diungkapkan mengenai awan ini. Pertama Allah Sendiri – Yahweh – secara pribadi hadir didalam awan. Kedua, awan ini berguna untuk memisahkan dan melindungi Israel dari orang-orang Mesir. “Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka.

Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang Mesir dan tentara orang Israel; dan oleh karena awan itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu” (Keluaran 14:19-20).

“Dan pada waktu jaga pagi, TUHAN yang di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan- Nya tentara orang Mesir itu” (Keluaran 14:24).

Dari peristiwa ini kita melihat bahwa Allah Sendiri – Yahweh – Malaikat Allah – dalam awan dan bergerak dalam awan. Dalam awan Ia bergerak diatas Israel dari depan mereka ke belakang mereka dan dalam awan Ia menjadi perantara hadirat-Nya diantara Israel dan orang-orang Mesir, untuk memisahkan dan melindungi umat-Nya dari musuh mereka.

Awan memiliki arti dan efek yang sangat berbeda bagi orang-orang Mesir. Bagi orang-orang Mesir, “awan dan kegelapan,” namun bagi Israel “memberi terang pada malam hari” (Keluaran 19:20). Awan ini kegelapan bagi Mesir, manusia dari dunia ini, namun terang bagi Israel, umat Allah.

Lebih jauh, ketika siang hari tiba, awan bahkan lebih menakutkan bagi orang-orang Mesir. Seperti kita baca sebelumnya: “TUHAN yang di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya tentara orang Mesir itu” (Keluaran 14:24).

Kita sudah mengatakan bahwa awan ini adalah gambaran baptisan dalam Roh Kudus. Mari kita sekarang mengemukakan secara singkat, dalam urutan, fakta-fakta yang kita tahu mengenai awan ini dan melihat betapa sempurnanya setiap dari itu diaplikasikan pada baptisan dalam Roh Kudus.

Awan ini turun ke atas umat Allah dari atas, keluar dari surga.

Bukan hanya pengaruh yang tidak bisa dilihat (invisible), namun terlihat jelas.

Memberi bayangan atau perlindungan dari panas pada siang hari dan terang dan kehangatan pada malam hari.

Memberi umat Allah arah dan tuntunan ilahi sepanjang perjalanan mereka.

Didalam awan ada hadirat Tuhan Yahweh Sendiri, dan dalam awan Tuhan datang secara pribadi untuk menyelamatkan umat-Nya dari musuh-musuh mereka.

Awan memberi terang kepada umat Allah, namun bagi musuh- musuh mereka awan yang sama sesuatu yang gelap dan menakutkan.

Awan datang diantara umat Allah dan musuh-musuh mereka, memisahkan dan melindungi mereka.

Mari kita sekarang melihat bagaimana sempurnanya setiap fakta- fakta ini berhubungan dengan baptisan dalam Roh Kudus dan apa arti pengalaman ini bagi umat Allah pada masa kini (dispensasi sekarang).

Baptisan dalam Roh Kudus adalah hadirat Allah Sendiri turun atas umat-Nya dari surga, membungkus dan membenamkan mereka.

Baptisan dalam Roh Kudus terlihat jelas, dan efeknya yang dihasilkan bisa dilihat dan didengar.

Roh Kudus yang datang dengan cara ini, adalah Penghibur yang diutus untuk umat-Nya. Ia menyediakan bayangan dari panas, terang dan kehangatan di tengah kegelapan dan dingin.

Roh Kudus menyediakan umat-Nya dengan pengarahan dan tuntunan ilahi sepanjang ziarah duniawi mereka.

Didalam pengalaman ini terkandung hadirat Tuhan Sendiri yang sesungguhnya, karena Yesus berkata: “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku (Sendiri secara pribadi) datang kembali kepadamu” (Yohanes 14:18).

Baptisan dalam Roh Kudus membawa terang surgawi kepada umat Allah, namun kepada orang-orang dari dunia ini, pengalaman supernatural ini tetap gelap, tidak bisa dimengerti, bahkan menakutkan. Seperti Paulus berkata: “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani” (1 Korintus 2:14).

Baptisan dalam Roh Kudus, sebagai pengalaman spiritual, menandai pemisahan yang menentukan antara umat Allah dan orang-orang dari dunia ini. Keduanya memisahkan dan melindungi umat-Nya dari pengaruh dosa dan korup dari dunia ini.

Mari kita sekarang kembali ke baptisan dalam laut. “Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu TUHAN menguatkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu.

Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka” (Keluaran 14:21-22).

Setelah ini kita membaca bagaimana orang-orang Mesir mencoba mengikuti Israel melalui Laut Merah. “Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir lari menuju air itu; demikianlah TUHAN mencampakkan orang Mesir ke tengah-tengah laut” (Keluaran 14:27).

Berdampingan dengan peristiwa dalam Keluaran ini, kita harus juga membaca komentar atas peristiwa ini dalam Perjanjian Baru. “Karena ‘iman’ maka mereka (Israel) telah melintasi Laut Merah sama seperti melintasi tanah kering, sedangkan orang-orang Mesir tenggelam, ketika mereka mencobanya juga” (Ibrani 11:29).

Dalam terang nas-nas ini kita sekarang bisa mendaftar fakta-fakta utama yang diungkapkan mengenai melintasinya Israel melalui Laut Merah dan melihat bagaimana sempurnanya setiap dari itu diaplikasikan dalam baptisan Kristen dalam air.

Melintasinya Israel melalui Laut Merah dimungkinkan hanya melalui perlindungan supernatural kuasa Allah.

Orang-orang Israel bisa memperoleh perlindungan ini hanya melalui iman mereka. Pertama air laut terbuka dan lalu tertutup melalui tindakkan iman dipihak Musa, dan seluruh Israel bisa melintasi hanya melalui iman.

Orang-orang Mesir, mencoba melakukan hal yang sama, namun tanpa iman, tidak diselamatkan melainkan musnah.

Israel masuk kedalam air laut, melintasi air, dan keluar lagi dari air.

Dengan melintasi air laut, Israel akhirnya dipisahkan dari Mesir dan dari ancaman kekuasaan Mesir atas mereka.

Israel keluar dari air mengikuti pemimpin baru, untuk hidup berdasarkan hukum baru, dan untuk berbaris menuju tujuan yang baru.

Mari kita sekarang melihat bagaimana sempurnanya setiap dari fakta-fakta ini sesuai dengan baptisan Kristen dalam air dan apa arti pengalaman ini bagi umat Allah pada masa kini (dispensasi sekarang).

Baptisan Kristen dalam air dimungkinkan bagi orang percaya hanya melalui kematian dan kebangkitan supernatural Yesus Kristus.

Baptisan Kristen efektual hanya melalui iman pribadi di pihak orang percaya: “barangsiapa percaya dan dibaptis akan diselamatkan.”

Mereka yang melakukan ketetapan atau ordonansi ini tanpa iman pribadi seperti orang-orang Mesir memasuki Laut Merah: tindakkan mereka tidak menyelamatkan mereka; memusnahkan mereka.

Dalam setiap kasus dimana baptisan dalam air digambarkan dalam Perjanjian Baru, orang yang dibaptis masuk kedalam air, melintasi air, dan keluar lagi dari air.

Baptisan dalam air dimaksudkan oleh Allah untuk memisahkan orang percaya dari dunia dan dari kekuasaan dunia atasnya.

Setelah baptisan, orang percaya diarahkan oleh Allah kedalam hidup baru dengan pemimpin baru, hukum-hukum baru, dan tujuan baru. “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Roma 6:4).

Kita sudah melihat bahwa dalam pembebasan mereka dari Mesir, umat Allah dibawah Perjanjian Lama dibagi dalam dua pengalaman: mereka semua melintasi dibawah perlindungan awan dan melalui laut, dan mereka semua dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mari kita membahas dengan singkat dua pengalaman ini dalam rencana total keselamatan Allah bagi umat-Nya.

Allah membebaskan umat-Nya di Mesir, melalui iman mereka dalam darah pengorbanan Paskah. Namun, begitu Allah sudah menyelamatkan umat-Nya di Mesir, Ia tidak lagi membiarkan mereka tinggal disana. Sebaliknya, Ia memanggil mereka berbaris keluar pada malam yang sama mereka dibebaskan dengan
tergopoh-gopoh, dengan pinggang mereka diikat, bukan lagi budak rakyat jelata namun sekarang pasukan tentara siap untuk perang.

Ketika orang-orang Mesir berbaris mengejar orang-orang Israel, dengan maksud membawa mereka kembali kedalam belenggu, dua tahap pembebasan Allah bagi umat-Nya – mereka melewati dibawah perlindungan awan dan melalui laut. Dengan dua pengalaman ini Allah mencapai dua tujuan utama bagi umat-Nya: pertama, Ia menuntaskan pembebasan mereka keluar dari belenggu Mesir;

kedua, Ia membuat persiapan yang diperlukan untuk kehidupan baru kemana Ia memimpin mereka.

Semua ini adalah pola rencana pembebasan Allah atau keselamatan untuk umat-Nya pada masa kini (dispensasi sekarang). Setelah pengalaman keselamatan, hari ini Allah masih memanggil orang berdosa keluar dari hidup lamanya, kebiasaan lamanya, dan hubungan-hubungan lamanya. Panggilan untuk keluar dan dipisahkan ini seperti panggilan Allah kepada Israel untuk keluar dari Mesir, karena Paulus berkata kepada orang-orang Kristen: “Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu.

Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak- Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa.” (2 Korintus 6:17-18).

Hari ini Satan, allah dari dunia ini, masih sama seperti yang dilakukan Firaun – mengejar dan memburu umat Allah sementara mereka keluar dari kekuasaannya dan membawa mereka kembali kebawah belenggu dan perbudakkannya.

Karena ini Allah membuat bagi umat percaya-Nya hari ini, dua kali lipat pemeliharaan sesuai dengan dua kali lipat baptisan Israel dalam awan dan dalam laut. Allah mentahbiskan bahwa, setelah keselamatan, semua umat percaya-Nya harus dibaptis dalam air dan dalam Roh Kudus.

Dengan dua kali lipat baptisan ini maksud Allah agar umat-Nya pada akhirnya di bebaskan dari hubungan dan kekuasaan dunia ini dan agar jalan kembali kedalam hidup lama selama-lamanya ditutup dibelakang mereka. Pada waktu yang sama, Allah juga menyediakan pemeliharaan yang diperlukan untuk kehidupan baru yang Ia ingin memimpin umat-Nya masuk kedalamnya.

Mari kita sekarang membahas secara singkat dua pengalaman lain yang Allah tahbiskan bagi semua umat-Nya dibawah Perjanjian Lama – makan makanan rohani yang sama dan minum minuman rohani yang sama. Tidak seperti baptisan, yang tidak pernah diulang, makanan dan minuman merepresentasikan pemeliharaan Allah terus menerus, dari “mana” umat-Nya mengambil bagian secara reguler setiap hari sampai mereka menyelesaikan perjalanan ziarah mereka empat puluh tahun di padang belantara.

Makanan rohani yang Allah tahbiskan bagi Israel adalah “mana” yang turun kepada mereka setiap pagi. Israel hidup dengan makanan supernatural ini sepanjang empat puluh tahun ziarah mereka melalui padang belantara.

Berbicara mengenai ini dalam Perjanjian Baru, Paulus menggambarkannya sebagai makanan rohani. Dengan kata lain, Paulus mengindikasikan bahwa bagi kita sebagai orang Kristen “mana” ini bukan makanan alamiah yang kita harus beri makan tubuh kita, namun spiritual, makanan supernatural yang dengannya kita memberi makan jiwa kita.

Lalu apa makanan spiritual, supernatural orang Kristen? Kristus memberi kita jawabannya: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah
” (Matius 4:4). Makanan rohani yang ditetapkan oleh Allah bagi semua orang percaya pada masa kini (dispensasi sekarang) adalah Firman Allah.

Sementara kita memberi makan Firman tertulis Allah melalui iman, kita menerima didalam tubuh kita kehidupan ilahi dari Firman pribadi, yaitu, Yesus Kristus Sendiri. Karena Yesus berkata: “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga” (Yohanes 6:51).

Jadi, melalui Firman tertulis Firman pribadi, roti hidup dari surga, turun untuk memberi makan jiwa orang percaya.

Ordonansi atau ketetapan untuk mengumpulkan “mana” oleh Israel dinyatakan dalam Keluaran 16. Ada tiga poin utama: pertama, dikumpulkan secara reguler; kedua, dikumpulkan secara individual; ketiga, dikumpulkan di pagi hari.

Tiga prinsip yang sama diaplikasikan kepada orang percaya pada masa kini (dispensasi sekarang). Setiap orang Kristen butuh memberi makan dari Firman Allah secara reguler, secara individual, dan di pagi hari.

Terakhir, ada minuman rohani umat Allah yang ditetapkan. Bagi Israel dalam Perjanjian Baru minuman ini adalah sungai yang mengalir keluar dari batu karang, dan Paulus mengatakan pada kita “Batu karang itu adalah Yesus Kristus” (1 Korintus 10:4).

Bagi orang Kristen, minuman yang secara ilahi ditetapkan adalah sungai Roh Kudus, mengalir dari dalam dirinya terdalam. Karena Kristus berkata mengenai Roh Kudus: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup” (Yohanes 7:37-38)

Bagi Israel sungai ini mengalir keluar dari batu karang yang dipukul; bagi orang Kristen hari ini sungai ini mengalir keluar dari Juruselamat yang dipukul, karena kematian penebusan-Nya di kayu salib yang membeli bagi semua orang percaya kepenuhan Roh Kudus yang mendiami.

Baptisan awal dalam Roh Kudus adalah pengalaman sekali untuk selama-lamanya yang tidak perlu diulang. Namun minum dari sungai Roh yang sekarang mengalir dari dalam adalah yang setiap orang percaya perlu lakukan secara reguler seperti Israel minum dari batu karang di padang pasir.

Untuk alasan ini Paulus menggunakan “continuing tense”, suatu aksi yang sedang berlangsung, ketika ia berkata “tetapi (terus menerus) hendaklah kamu penuh (dan dipenuhi) dengan Roh” (Efesus 5:18).

Memberi makan Firman Allah terus menerus dan minum Roh Allah esensial bagi hidup berkemenangan dan keberhasilan. Israel sudah punah di padang belantara tanpa “mana” setiap hari mereka dari surga dan air kehidupan dari batu karang. Orang percaya hari ini tidak lebih kurang bergantung pada mana Firman Allah setiap hari dan kepenuhan setiap hari, dan dipenuhi ulang Roh Allah.

Mari kita sekarang mengaplikasikan pola lengkap ke pengalaman orang Kristen masa kini (dispensasi sekarang).

Allah sudah mentahbiskan bagi setiap orang percaya hari ini lima pengalaman, setiap dari itu menjadi contoh pengalaman Israel dalam Perjanjian Baru: pertama, keselamatan melalui iman dalam darah Yesus Kristus; kedua, baptisan dalam Roh Kudus; ketiga, baptisan dalam air; keempat memberi makan Firman Allah setiap hari; kelima minum Roh Allah dari dalam setiap hari.

Dari lima pengalaman ini, tiga pertama – keselamatan, baptisan dalam air, dan baptisan dalam Roh – terjadi hanya sekali dan tidak perlu diulang. Dua terakhir – memberi makan dengan Firman Allah dan minum Roh Allah – adalah pengalaman yang orang percaya harus terus menerus praktikkan secara reguler setiap hari sepanjang ziarah duniawinya.

 

OLEH LOKA MANYA PRAWIRO.



Leave a Reply