Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Pembunuh dan Pemberi Hidup & Ukuran Kasih Allah – Bagian 1




eBahana.com – Kita akan membahas topik bagaimana “Mengaplikasikan Darah,” dengan fokus pada Yesus sebagai Pemberi Hidup. Alkitab, dalam Injil Yohanes, dengan jelas menggambarkan dua pribadi yang berlawanan. Satu pembunuh dan satunya Pemberi Hidup. Kita perlu bisa mengidentifikasi keduanya – untuk tahu bagaimana melawan kerja pembunuh dan menerima hadirat dan kuasa Pemberi Hidup.

Mari kita mulai pembelajaran konsep ini dengan mempelajari kata- kata yang Yesus ucapkan dalam Yohanes 10:10: “Pencuri datang hanya untuk mencuri, membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”

Ayat ini dengan jelas mengungkapkan dua pribadi yang sedang bekerja berlawanan di dunia – pencuri yang hanya datang untuk mencuri, membunuh dan membinasakan; dan Yesus, yang datang untuk memberi hidup dalam segala kelimpahan.

Siapa pencuri itu? Ia pribadi yang Yesus sering bicarakan dan ajarkan – makhluk yang secara intensif jahat – disebut Satan. Ia “pembunuh.” Penting bagi kita mengenal Satan sebagai pribadi yang riil – bukan fiksi keagamaan atau tradisi, melainkan makhluk spiritual riil.

Satan datang untuk “mencuri” – ia ingin mengambil yang sudah diberikan Allah kepada kita. Tujuan-nya mencuri setiap hal baik yang Allah ingin kita miliki. Apa hal-hal itu? Keadaan tidak berdosa kita, integritas kita, kedamaian pikiran kita, kesehatan kita, dan kebahagiaan rumah kita dan keluarga kita. Ketika Satan datang, ia datang dengan tujuan mencuri semua itu.

Apakah kita orang yang sudah banyak dicuri musuh? Mungkin sementara kita merenungkan pertanyaan ini, kita menyadari bahwa kita tidak memiliki kedamaian pikiran dan tidak memiliki identitas diri. Kita merasa tidak aman. Mungkin kita mengalami penderitaan perpecahan keluarga. Mungkin kita tidak pernah tahu siapa yang harus dipersalahkan. Satu yang bertanggung jawab atas kehilangan- kehilangan kita adalah Satan – si pencuri.

Satan tidak hanya datang untuk mencuri; ia datang untuk membunuh. Ia pembunuh. Ia datang untuk menghancurkan kita secara fisikal. Banyak orang mati sebelum waktu yang di tentukan Allah, dibinasakan oleh Satan. Alkohol dan narkoba dua cara Satan membunuh orang sebelum waktu mereka. Pecandu alkohol dan obat bius jarang hidup sepenuh rentang waktu hidup mereka. Cara lain Satan membunuh orang adalah dengan nikotin. Fakta medikal orang-orang yang merokok akan hidup – lebih pendek daripada orang-orang yang tidak merokok. Perokok secara ekstrim cenderung mengalami penyakit-penyakit mematikan – serangan jantung, kanker paru-paru, dan penyakit-penyakit serupa yang lain.

Kita perlu tahu bahwa kita selalu berhadapan dengan pembunuh. Ia membunuh orang-orang secara psikologikal – dengan siksaan penyakit jiwa, ketakutan, kebencian, kepahitan, dan sikap tidak memaafkan.

Semua itu pembunuh. Hampir tidak bisa dihindari, orang-orang yang menjadi mangsa serangan-serangan psikologikal ini tidak akan hidup sepenuh rentang waktu hidup mereka.

Satu syarat penting untuk memiliki kesehatan adalah rasa aman dan kedamaian pikiran. Ketika kita kehilangan kualitas-kualitas itu, kita sedang mengarah pada kehilangan kesehatan kita, bahkan jika kita belum kehilangan. Ini fakta-fakta sederhana. Bukan fakta-fakta agamawi, melainkan fakta-fakta medikal, ilmiah. Fakta-fakta pengalaman. Kecuali kita mendengarkan peringatan Yesus, kita tidak akan mengerti identitas pribadi dibelakang serangan-serangan fisikal dan psikologikal ini. Pembunuh hidup.

Yesus berkata bahwa Satan bukan hanya datang untuk mencuri dan membunuh, namun juga untuk “membinasakan.” Dalam terang firman Perjanjian Baru, membinasakan yang di ucapkan Yesus melampaui rentang waktu hidup sekarang. Alkitab berkata dalam Matius 10:28 bahwa Allah memiliki otoritas untuk membinasakan jiwa dan tubuh di tempat yang disebut Gehenna. Tempat penyiksaan, tempat api, tempat penderitaan tanpa akhir – dan itu tujuan akhir Satan untuk setiap orang yang ia masuki hidupnya.

Maksud Satan bukan hanya membinasakan kita secara fisikal, emosional, dan finansial dalam hidup ini. Bukan hanya membawa kita ke liang kubur sebelum waktunya. Tujuannya agar kita dibinasakan selama-lamanya – diusir dari hadirat Allah ke “neraka” tempat yang paling sering Yesus bicarakan dalam Alkitab. Yesus berkata dalam Matius 10:28: “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.”

Kitab Suci mengatakan pada kita Satan datang sebagai pencuri. Biasanya pencuri tidak mengumumkan siapa dia atau kenapa ia datang. Ia tidak datang di terang hari, mengetok pintu, dan ketika kita membuka pintu mengatakan, “aku pencuri. Aku datang untuk mengambil semua yang kita miliki.” Pencuri mana pun tidak akan berhasil dengan cara itu. Satan sudah pasti tidak akan mengambil pendekatan itu. Ia tidak mengatakan pada kita siapa dia atau kenapa ia datang.

Begitu pula, pencuri biasanya datang dalam kegelapan malam agar korbannya tidak sadar ia datang. Sering sekali, korban pencuri, yang didatangi malam hari, bangun pagi menemukan harta paling berharga yang mereka miliki diambil ketika mereka tidur.

Mereka bahkan tidak menyadari Satan mengambil harta berharga dari mereka sampai semuanya hilang. Pencuri datang dan pergi.

Mereka tidak pernah melihatnya dan bahkan tidak pernah tahu siapa dia.

Cara lain pencuri-pencuri beroperasi melalui “penipuan.” Pencuri- pencuri ini disebut penipu. Mereka datang pada korban mereka dengan cerita-cerita yang di rekayasa.

Satan beroperasi seperti itu. Ia datang kedalam hidup kita dan berkata ia akan memberi kita pengalaman yang mengagumkan – kita benar-benar akan menikmatinya. Kita akan mendapatkan banyak kesenangan, banyak uang, banyak waktu liburan. Namun ketika kita sudah terperangkap kedalam tipu dayanya, harga yang harus dibayar tidak sebanding.

Cara-cara lain pencuri-pencuri datang.

Mereka datang sebagai perampok bersenjata dengan melakukan kekerasan. Mereka mencapai semua ini dengan menciptakan ketakutan dan tekanan.

Satan beroperasi dengan cara itu dalam hidup orang-orang. Begitu banyak orang berkata, “aku tidak bisa menanggung tekanan. Terlalu banyak buatku. Pikiranku penuh beban. Aku harus menyerah. Aku tidak bisa bertahan.” Tekanan mental, tekanan finansial, tekanan keluarga – dan dibelakang semua tekanan-tekanan itu adalah musuh kita – Satan.

Tidak jadi masalah bagaimana cara Satan datang. Ada banyak cara ia datang, namun kita perlu menulis pada loh-loh hati kita: “ia hanya punya tiga motif – mencuri, membunuh dan membinasakan.”

Jika kita mempersilakan Satan datang, kita sangat bodoh. Kenapa? Karena mencuri, membunuh dan membinasakan apa yang ia akan lakukan. Kita tidak bisa mengatakan, “aku tidak tahu. Aku tidak diperingatkan.” Yesus memperingatkan kita dalam Perjanjian Baru. Pencuri datang hanya untuk mencuri, membunuh dan membinasakan. Ia sudah menghancurkan terlalu banyak hidup orang-orang. Ia pembunuh.

Meski demikian, kabar baiknya, Yesus, Pemberi Hidup, datang untuk tujuan sebaliknya. Ia datang bukan untuk mengambil, melainkan untuk “memberi.” Untuk memberi hidup – hidup berkelimpahan, hidup spiritual, hidup fisikal, hidup yang bergairah dalam kepenuhan. Yesus mengasihi kita. Ia memberi kita “hidup-Nya,” dengan membayar harga besar. Harga itu sumber hidup yang Ia curahkan untuk kita melalui penyaliban dan kematian-Nya. Kita perlu belajar bagaimana mengaplikasikan darah-Nya yang sangat berharga dan berkuasa secara praktikal dan efektif – cara yang akan merubah arah hidup kita. Pesan yang kita akan dapat kemungkinan belum pernah kita dengar. Berpusat dan fokus hanya pada “darah Yesus.” Terlalu sedikit diberitakan dalam gereja masa kini mengenai darah Yesus. Ini perkara hidup dan mati. Akan memberi kita pengertian baru tentang hidup melalui Yesus dan darah berharga yang Ia cucurkan mewakili kita.

Kita melihat bagaimana Satan ingin mencuri, membunuh, dan membinasakan. Sebagai kontras kita melihat kebenaran indah Yesus datang sebagai “Pemberi Hidup.” Ia memberi hidup-Nya agar kita bisa menerima hidup baru dalam-Nya. Sementara kita melanjutkan pembelajaran ini, mari kita melakukan refleksi bagaimana Salib – dimana Yesus mencucurkan hidup-Nya mengungkapkan kasih Allah. Salib menunjukkan harga besar yang Yesus bayar untuk menebus kita.

Jika kita harus memilih satu tema terbesar dari Alkitab, kita bisa katakan “kasih Allah.” Pembelajaran kematian Yesus di salib tanpa fokus pada “kasih Allah” adalah pembelajaran yang tidak lengkap.

Ada banyak cara mendekati tema kasih Allah. Pendekatan yang kita akan ambil bisa mendapatkan ukuran kasih Allah melalui nilai yang Ia tetapkan pada kita – dan melalui harga yang Ia bayar untuk kita.

Itu cara yang kita akan lihat atas subyek ini. “Apa harga yang Allah bersedia bayar untuk kita?”

Jika kita bisa menerima ini dengan iman, akan memiliki dampak yang merubah hidup kita. Akan merubah banyak citra diri (self- image) kita. Jika kita merasa tidak penting, tidak berharga, atau rendah diri (inferior), satu indikasi kita belum mengerti nilai yang Allah tetapkan pada kita, yang adalah ekspresi kasih-Nya untuk kita. Penting kita mengakui satu kebenaran dasar ini: kasih Allah begitu besar sehingga tidak bisa diukur.

Ini pengamatan menarik: tidak ada dalam Alkitab kita menemukan penjelasan mengenai kasih Allah. Mari kita mulai dengan nas menarik Kitab Suci dalam kitab Ulangan 7, dimana Musa mencoba mengatakan pada Israel kenapa Allah mengasihi mereka. Kata-kata ini berlaku bagi kita sebagai orang percaya dalam Yesus. Dalam Ulangan 7:6 Musa berkata: “Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya.”

Apakah kita menyadari bahwa kita harta spesial Allah? Setelah pernyataan awal ini, Musa berusaha mengatakan pada Israel “kenapa” Allah mengasihi mereka. Meski demikian, ia tidak pernah mencapai kesimpulan. Ayat 7 berkata: “Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa mana pun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu – bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa?”

Pernyataan itu juga berlaku bagi kita. Kita paling kecil. Kita bodoh, dan dibenci dunia. Jadi kenapa Allah mengasihi kita? Ayat berikutnya melanjutkan: ….”tetapi karena TUHAN mengasihi kamu”….

Allah tidak mengasihi kita karena kita ini dan itu, melainkan karena Ia “mengasihi kita.” Itu tampaknya akhir dari penjelasan! Kita bisa menyelidiki Kitab Suci dalam kesia-siaan untuk mendapatkan penjelasannya. Kasih Allah yang tidak bisa dijelaskan adalah fakta tertinggi dibelakang sejarah.

Mari kita pelajari beberapa cara Kitab Suci menggambarkan kasih Allah. Kita mengambil dua perumpamaan yang ditemukan dalam Matius 13. Salah satu ciri mengenai perumpamaan bisa diaplikasikan dan interpretasikan dengan cara berbeda dan dalam konteks berbeda.

Dua perumpamaan yang kita pelajari adalah perumpamaan harta terpendam di ladang dan mutiara yang berharga. Harta di ladang hanya satu ayat. Mutiara berharga dua ayat. Namun kontennya tidak “terukur.”

Dalam Matius 13:44-46, kita membaca: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.

Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah.

Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.”

Ada satu ciri umum dalam kedua perumpamaan itu. Orang yang menemukan sesuatu yang sangat berharga, untuk memperolehnya, ia harus menjual semua miliknya.

Pertama, mari kita pikirkan gambaran harta terpendam di ladang. Bagaimana harta tersebut terpendam di ladang awalnya? Cerita dalam Alkitab berkata ia memendam lagi harta itu. Kenapa? Karena ia tidak mau orang lain tahu ada harta dalam ladang. Ia ingin merahasiakannya untuk satu alasan. Apa itu? Harga dari ladang itu akan naik secara dignifikan jika ada yang tahu tentang harta itu.

Camkan di pikiran fakta ini: orang tidak benar-benar menginginkan ladang itu. Ia menginginkan hartanya. Namun agar memiliki hak legal atas harta itu, ia harus membeli ladangnya.

Ketika ia tanya mengenai harga, harganya sangat tinggi. Ia tahu nilai harta yang terkandung, dan ia bersedia membayar harganya.

Mari kita pelajari perumpamaan yang satunya mengenai mutiara yang sangat berharga. Sangat penting bagi kita melihat orang dalam perumpamaan ini adalah pedagang. Orang ini melihat secara intensional. Ketika ia menemukan satu mutiara ini, ia langsung tahu itu unik. Begitu ia sudah menanyakan harga mutiaranya, ia jual seluruh miliknya untuk membayarnya. Setelah ia membeli mutiara itu, ia memegangnya ditangannya. Ia melihatnya kebawah dan berkata, “aku membayar banyak untukmu. Namun engkau memiliki nilai diatas segalanya yang aku bayar.”

Setelah mendengar dua perumpamaan ini, kita akan menginterpretasinya.

Orang yang disebut dalam dua perumpamaan itu adalah gambaran “Yesus.” Ia satu-satunya orang dalam posisi membeli. Karena kita tidak memiliki apa-apa untuk membeli di alam spiritual.

Ladang di interpretasi oleh Matius 13:38 sebagai “dunia.”

Arti ini mengalir secara konsisten melalui perumpamaan mengenai Kerajaan surga dalam Matius pasal 13. Setiap kali “ladang” disebut, mengacu pada “dunia.” Sementara Yesus melihat dunia dengan pengelihatan ilahi-Nya. Ia tahu ada harta tak ternilai terpendam di suatu tempat di dunia. Apa harta itu? “Umat Allah” yang Ia tahu sebelumnya dari kekekalan – orang-orang yang Ia pilih bagi diri-Nya.

Seperti orang dalam cerita, agar memiliki hak legal atas harta, Allah harus membeli ladangnya. Bukan benar-benar ladang yang Ia inginkan. Melainkan, harta yang terpendam di ladang itu. Apa harta di ladang? Umat Allah. Orang-orang seperti kita – dan berjuta-juta lagi di dalam ladang itu.

Mari gambarkan diri kita sebagai hamba-hamba Tuhan. Allah sudah membayar harga untuk ladang. Apa harganya? Darah berharga Yesus Kristus. Tanggung jawab kita sekarang untuk pergi ke ladang itu dan menggali harta terpendam disana. Ia memiliki hak legal atasnya, namun Ia menyerahkan pada kita privilese (hak istimewa) untuk menggalinya.

Banyak harta masih berada dibawah bumi hari ini. Semua kotor dan mungkin berkarat. Banyak pekerjaan dibutuhkan untuk pergi mengambil harta itu keluar dan membuatnya menjadi apa seharusnya. Tanggung jawab kita sebagai hamba Tuhan untuk pergi kedalam ladang-ladang dan menemukan harta disana. Kita harus menggalinya, membersihkannya, menyingkirkan karat, tahi besi, apapun yang ada disana, dan membuatnya pantas dipresentasikan pada Tuhan.

Dalam perumpamaan yang kita pelajari sebelumnya mengenai ladang, Yesus membayar semua yang Ia miliki untuk ladang itu. Itu ukuran kasih-Nya.

Perumpamaan mutiara bisa di interpretasi dalam berbagai cara. Mutiara adalah “setiap jiwa yang diselamatkan.” Penting untuk dimengerti jika hanya ada satu jiwa untuk diselamatkan, Yesus – sebagai pedagang akan tetap menginginkan mutiara itu – dan membayar harga penuh. Kesadaran ini bisa menolong kita memiliki “harga kita” sebagai jiwa yang diselamatkan. “Kita” mutiara berharga tinggi. Bayangkan sukacita yang dialami pedagang itu ketika ia membeli mutiara itu. Ia tidak mengeluh mengenai harganya. Ia hanya puas ia mendapatkan mutiaranya.

Bayangkan apa yang ia katakan: “Sekarang engkau milikku. Engkau merugikan banyak, namun aku tidak menyesal apa yang aku bayar. Engkau mutiara yang paling indah yang aku pernah lihat. Engkau semuanya menyenangkan. Engkau semuanya sempurna.

Jika kita memiliki masalah-masalah harga diri, bayangkan diri kita berada pada tangan Tuhan Yesus yang terpaku berkata, “Aku mutiara itu. Ia mati untuk aku. Ia membayar harga itu untuk aku. Jika tidak ada orang lain di seluruh dunia untuk di selamatkan, Ia masih akan tetap membayar harga untuk aku.”

Diantara kitab-kitab Alkitab, ada beberapa kata-kata sangat indah dalam Kidung Agung. Biarlah imaginasi kita merenungkan kata-kata dari Kidung Agung sementara Tuhan berbicara kepada jiwa yang diselamatkan. Atau kita mungkin ingin menginterpretasinya ketika Tuhan berbicara kepada Gereja.

Namun lebih bergairah ketika kita pikir mengenai Tuhan berbicara kepada kita secara pribadi. Dengarkan kata-kata ini dari Kidung Agung 1:15: “Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan merpati matamu.”

Dalam Kitab Suci, merpati sering menjadi lambang Roh Kudus. Yesus mengatakan bahwa kita memiliki mata yang melihat melalui Roh Kudus. Kita bisa melihat Yesus sementara orang-orang lain tidak bisa.

Menariknya, burung merpati satu-satunya burung yang memiliki dua mata yang bisa fokus pada satu obyek. Setiap burung lain dengan satu mata atau mata yang lain. Namun merpati bisa fokus dengan dua mata. Ketika Tuhan berkata kepada yang dikasihi-Nya, “bagaikan merpati matamu,” artinya kita bisa melihat melalui Roh Kudus. Kita bisa melihat Yesus sebagai fokus tunggal dari pengelihatan kita. Lalu dalam Kidung Agung 4:7: “Engkau cantik sekali, manisku, tak ada cacat cela padamu.”

Tidakkah itu indah? Tidak ada cacat cela. Itu bagaimana Tuhan melihat kita – melaui mata kasih-Nya – bahkan ketika kita tidak bisa dicintai. “Kita sangat berharga.”

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply