Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Pembaruan Pikiran




eBahana.com – Transformasi dalam kekristenan adalah berlangsungnya pembaruan pikiran seperti yang dimaksudkan Paulus dalam Roma 12:2. Kata perubahan dalam teks aslinya adalah metamorphousthe (μεταμορφοῦσθε); dari akar kata metamorkhoo (μεταμορφόω), yang artinya adalah berubah ke bentuk yang lain. Hal ini sama dengan transfigurasi, yaitu proses perubahan bentuk. Kata ini digunakan dalam bidang biologi, khususnya proses pada kupu-kupu. Proses ini menggunakan kata metamorfosis. Dari ulat berubah bentuk menjadi kepompong, dari kepompong berubah bentuk menjadi kupu-kupu. Kata metamorphouste memiliki keterangan sebagai kalimat perintah (imperative). Jadi, perubahan cara berpikir kita adalah panggilan yang harus ditunaikan.

Dengan mengalami pembaharuan pikiran, cita rasa jiwa menjadi sama dengan cita rasa Tuhan. Dengan cita rasa yang sama ini seseorang bisa mengerti dengan benar apakah hidupnya bisa dinikmati oleh Tuhan atau tidak. Kalau kehausan seseorang masih pada perkara-perkara dunia, kehormatan, sanjungan dan segala sesuatu yang bersifat duniawi, ia tidak akan memiliki cita rasa ilahi atau indra rohani untuk mengerti apakah dirinya bisa dinikmati oleh Tuhan atau tidak. Orang-orang seperti ini tidak memiliki kepastian apakah dirinya dimuliakan bersama dengan Kristus atau tidak (Rm. 8:17). Paulus memiliki keyakinan bahwa dirinya akan dimuliakan bersama dengan Kristus, setelah ia berjuang “habis-habisan untuk Tuhan” (2 Tim. 4:3–8).

Setiap orang percaya dituntut memiliki kepribadian seperti Bapa. Hal ini sama dengan memiliki kecerdasan seperti Bapa; kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, dan kecerdasan rohani, yaitu memahami apa yang dikehendaki oleh Allah Bapa. Ini berarti menjadi sama selera dengan Allah Bapa. Gol ini tidak boleh digantikan dengan yang lain. Penyimpangan dari tujuan ini berarti penyesatan, kesalahan yang tidak bisa ditoleransi. Inilah keselamatan itu, yaitu usaha Tuhan mengembalikan manusia pada rancangan semula-Nya; menciptakan makhluk yang berkualitas seperti diri Allah (imago Dei).

Yohanes mengatakan bahwa Allah memberikan kuasa supaya orang percaya menjadi anak-anak Allah, maksudnya bisa memiliki kepribadian seperti Allah Bapa (Yoh. 1:12). Pergumulan supaya menjadi anak-anak Allah adalah jantung kekristenan yang menyita hidup ini. Seorang yang mengaku anak Allah harus mengusahakan diri untuk berkualitas sebagai anak-anak Allah. Menjadi anak Allah di sini bukan sekadar diakui berstatus sebagai anak Allah, melainkan juga berkeadaan seperti Allah Bapa. Kata anak dalam teks ini adalah teknon (τέκνον). Kata ini berarti keturunan atau anak kandung (Ing. offspring). Dalam kata teknon termuat
pewarisan karakter. Karakter anak tergantung pada orangtuanya. Inilah yang dimaksud Tuhan Yesus agar
kita menjadi sempurna seperti Bapa (Mat. 5:48).

Seperti Bapa artinya sama seperti Bapa dalam kecerdasan-Nya dalam mengambil keputusan, ketepatan dalam mengambil pilihan, dalam berpikir dan kualitas perasaan. Proses menjadi anak-anak Allah ini adalah proses dilahirkan oleh Allah (Yoh. 1:13). Proses kelahiran ini bisa terjadi oleh firman Tuhan yang benar (1 Ptr. 1:23). Dalam 1 Petrus 1 tersebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkenaan dengan hal ini, antara lain: keselamatan jiwa sebagai tujuan iman (1 Ptr. 1:9). Keselamatan jiwa di sini maksudnya adalah jiwa yang
diubahkan. Kalau jiwa tidak atau belum diubahkan, berarti belum selamat.

Oleh sebab itu, setelah mengaku sebagai anak Allah, seseorang harus hidup dalam ketakutan selama menumpang di dunia (1 Petrus. 1:17). Sebab penebusan Tuhan Yesus dimaksudkan agar kita dikeluarkan atau diubah dari cara hidup yang sia-sia yang telah diwarisi dari nenek moyang (1 Petrus. 1:18–19). Sekarang, kalau seseorang mengaku anak Allah tetapi tidak merasa memiliki tanggung jawab untuk mengerjakan keselamatannya, sejatinya ia tidak pernah mengalami kelahiran baru. Banyak orang tersesat, yang mana
hal ini dipicu oleh pengajaran bahwa kalau seseorang sudah percaya (pengaminan akali) kepada Tuhan Yesus berarti sudah menjadi anak Allah dan kelahiran baru akan terjadi secara otomatis. Ini suatu kesalahan fatal. Seorang Kristen harus terus berusaha untuk bertumbuh dalam perubahan pola berpikir sehingga mampu memiliki pola berpikir seperti Allah Bapa. Dengan demikian, ia tidak memberikan pangkalan bagi Iblis atau filosofi dunia dalam pikirannya. Jika hal ini berlangsung, barulah terjadi kelahiran baru.

oleh Pdt. Dr. Erastus Sabdono.



Leave a Reply