Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Panggilan Surgawi – Bagian 1




eBahana.com – “Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.

Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia” (Matius 4:18-22).

Menarik empat orang pertama yang Yesus panggil adalah nelayan. Jenis keahlian tersendiri. Ada hikmat Allah dalam pilihan-Nya. Keadaan sulit tidak pernah mengganggu mereka. Patah semangat tidak pernah memengaruhi mereka. Cuaca buruk bukan masalah buat mereka. Mereka hanya memiliki visi untuk mendapatkan ikan.

Tuhan memberi kita pesan indah ketika Ia memulai pelayanan-Nya dengan para nelayan. Orang-orang Kristen harus seperti itu. Kita harus begitu bersemangat penuh gairah dalam menjawab panggilan-Nya sehingga tidak ada apa pun lainnya yang berarti. Perhatikan, juga, bahwa Yesus tidak membuang banyak kata-kata memanggil murid-murid-Nya: “Ikutlah Aku.” Ini mungkin kotbah terpendek dalam catatan. Ia tidak melakukan banyak penjelasan. Ini menunjukkan pada kita bahwa tidak ada kompromi dalam komitmen ini pada Yesus. Tidak ada jalan tengah. “Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.

Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Matius 16:24-25)

Lalu dalam pelayanan-Nya Yesus berkata kepada seorang lain: “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata. “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku.”

Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana” (Lukas 9:59-60). Ketika Yesus mengatakan, “sekarang,” tidak sama dengan besok. Ia menantang kita untuk memutuskan bagaimana kita menjawab-Nya.

Kemungkinan banyak orang tumbuh tanpa gairah dengan agama tradisional. Mereka tidak sepenuhnya puas, namun mereka tidak tahu apa yang bisa memuaskan mereka. Mereka mencari tantangan panggilan tegas, tidak kompromi Allah. Jika kita menerima panggilan itu, jangan biarkan apa pun menahan kita merespons.

Panggilan Allah kudus dan surgawi. Panggilan dari atas. Sementara kita bergerak sepanjang tataran horizontal, panggilan vertical Allah datang dari surga membagi dua hidup kita. Hidup kita sebelum panggilan-Nya akan berbeda dengan perubahan hidup kita sesudah merespons panggilan itu.

Kita boleh coba menyelamatkan hidup kita. Kita boleh coba bertahan sendiri. Kita boleh coba menyenangkan diri sendiri, membuat rencana kita sendiri, melakukan apa yang kita mau lakukan, namun kita akan kehilangan hidup kita. Atau sebaliknya kita bisa meletakkan hidup kita dan menemukan penggantinya. Dalam otoritas dan kedaulatan-Nya Ia berkata dengan sederhana, “Ikutlah Aku.” Itu saja.

Kedaulatan adalah kata teologikal. Allah melakukan “apa” yang Ia mau “ketika” Ia mau dengan “cara,” yang Ia mau, dan Ia “tidak minta ijin siapa pun.” Ide kedaulatan-Nya, yang sudah di abaikan dalam generasi sekarang, satu dari kebenaran Kitab Suci. Sampai kita mengapresiasi dan menghormati kedaulatan Allah, kita tidak akan bisa mengerti panggilan-Nya untuk hidup kita. Namun jika kita bersedia melangkah dengan pengertian itu, kita akan masuk kedalam kehidupan baru – dengan semua faedah-faedahnya. Ada empat aspek:

Pertama, motivasi kita untuk mendapatkan hidup baru – sederhananya untuk melakukan kehendak Allah. Itu motivasi Yesus Sendiri. “Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan- Nya” (Yohanes 4:34).

Dalam suratnya, Yohanes berbicara tentang seseorang yang melakukan kehendak Allah. Ia kontras itu dengan semua yang ditawarkan dunia. Yohanes dengan jelas berkata, “Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya [hawa nafsu] tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya” (1 Yohanes 2:17). Semua keinginan dan ambisi dunia, segala sesuatu yang diraih dan dikejar semuanya sementara. Semua akan lenyap.

Setelah pernyataan awal ada kata “tetapi”: “tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya” (1 Yohanes 2:17). Itu perbedaannya. Ketika kita menolak kehendak kita sendiri, ketika kita berkata tidak kepada diri sendiri dan menyatukan kehendak kita dengan kehendak Allah, kita memenuhi syarat- syaratnya.

Pada akhirnya, kehendak Allahlah yang akan terjadi. Jika kita di identifikasi dengan kehendak-Nya, kita tidak bisa tenggelam, tidak terkalahkan. Kita bertahan selama-lamanya. Tidakkah itu menggairahkan? Mari kita proklamirkan: “jika saya melakukan kehendak Allah, saya tetap hidup selama-lamanya.”

Itu tanda pertama hidup baru. Hidup yang dipersatukan dengan kehendak Allah – memiliki semua kekuatan, kuasa dan keyakinan kehendak Allah sendiri.

Kedua, hidup baru yang di arahkan oleh Roh Kudus. “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah” (Roma 8:14).

Ayat ini seluruhnya [berlangsung pada masa sekarang]. Cara lain untuk mem-frasakannya: semua orang yang secara reguler dipimpin oleh Roh Allah, adalah anak-anak Allah. Ketika kita menerima Yesus sebagai Juru Selamat pribadi kita melalui iman, kita lahir dari Roh Allah. Kita jadi bayi kecil dalam keluarga Allah. Namun untuk tumbuh menjadi anak laki dan perempuan dewasa dalam Kerajaan- Nya, ada proses lebih jauh: dipimpin oleh Roh Allah. Banyak orang Kristen sudah lahir baru belum pernah belajar dipimpin oleh Roh Allah. Namun mereka yang secara reguler dipimpin oleh Roh Allah adalah anak-anak Allah. Mereka menjadi dewasa. Mereka tumbuh. Mereka menemukan maksud dan tujuan Allah dalam hidup mereka.

Ketiga, hidup baru memelihara kita karena datangnya dari Allah. Begitu kita menyerahkan diri kita pada Allah dalam ketaatan pada panggilan-Nya, Ia menerima tanggung jawab atas kita.

Ketika kita mengkomitkan diri kita pada kehendak Allah dengan tulus, Allah bertanggungjawab memelihara kita.

Yesus berkata dalam Matius 6:33, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Cara dunia, merebut semua yang di lihat. Dunia menjadikan materi – makanan, baju, uang, rumah, mobil – tujuannya. Namun dalam hidup baru ini, jika kita menjadikan kehendak Allah tujuan kita, Allah akan menambah hal-hal ini. Akan meringankan banyak kekuatiran jika kita tahu Allah adalah Satu yang menambah.

itu janji Yesus Sendiri, Ia tidak pernah berbohong. Ada ribuan pelayan Tuhan diseluruh bumi hari ini yang bisa bersaksi dari pengalaman pribadi mereka bahwa itu betul. Terjadi. Allah memenuhi Firman-Nya.

Dalam injil Markus, ada ayat indah mengenai komentar Petrus yang mengundang jawaban Yesus.

“Berkatalah Petrus kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!

Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudara laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak- anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal” (Markus 10:28-30).

Dalam nas ini Yesus berkata, “Pada waktunya, apa pun yang kita tinggalkan akan dikembalikan kepada kita, di multiplikasi berkali-kali lebih banyak.” Bukan hanya di dunia yang akan datang, namun di dunia “sekarang.”

Keempat, hidup baru: jika kita menerimanya dengan tulus panggilan Allah atas hidup kita, Ia akan memastikan kita mendapatkan hidup yang Ia sesuaikan hanya untuk kita.

Allah membuat hidup kita spesifik. Ketika kita diselamatkan, kita diselamatkan untuk panggilan spesifik. Lebih dari itu, kita akan frustrasi dan tidak puas sampai kita masuk kedalam panggilan itu. Sudah pasti kita bisa menjalankan hidup tanpa menemukan panggilan kita dan tetap berakhir di surga, namun kita kehilangan pengalaman paling penting di bumi.

Apakah kita ingin tahu pekerjaan, tempat, hubungan, pelayanan yang Ia sudah tahbiskan untuk kita? Apakah kita ingin masuk ke tempat pemeliharaan, tanggungjawab dan privilese khusus itu yang

dirancang hanya untuk kita – dalam hidup sekarang dan sampai kedalam kekekalan? Apakah kita bersedia menjawab panggilan- Nya?

Roh Allah sangat pribadi. Ia mungkin berbicara kepada kita sekarang saat ini, “Ikutlah Aku, Berikan hidupmu kepada-Ku untuk pelayanan- Ku. Renungkan itu untuk beberapa menit. Tutup diri kita bersama Tuhan. Jika Allah punya sesuatu untuk dikatakan pada kita, bersedialah mendengarnya.

Para nelayan pertama, Andreas dan Petrus, melemparkan jaring mereka ke laut ketika Yesus berjalan melewati dan berkata, “Ikutlah Aku.” Yakobus dan Yohanes dalam perahu dengan ayah mereka ketika Yesus memanggil mereka. Kitab Suci mencatat mereka semua “langsung” meninggalkan jaring – sumber kehidupan mereka – dan hubungan keluarga mereka, dan mengikuti-Nya.

Kita juga, bisa menemukan panggilan kita. Tidak rumit. Sebenarnya sangat praktikal. Kita akan belajar mengetahui “tempat dan karunia- karunia” kita. Kita akan tumbuh dengan kemampuan mendengar suara Roh Kudus. Kita juga akan menemukan rintangan paling besar untuk memenuhi panggilan kita. Sementara kita mensejajarkan diri kita dengan panggilan khusus Allah untuk kita, kita akan menghadapi tugas kita di hari-hari terakhir ini dengan keyakinan dan keberanian.

Yesus ingin membawa kita ke tempat tanggungjawab dan privilese sebagai raja dan imam didalam Kerajaan-Nya (1 Petrus 2:5, 9; Wahyu 1:6). Kuasa neraka sedang bekerja memberhentikan kita.
Apa keputusan kita? Mari pelajari apa artinya mengetahui panggilan kita.

“Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung” (2 Petrus 1:10).

Ayat diatas menyadarkan kita betapa penting artinya. Kita menemukan diantara orang-orang Kristen yang mengenal Tuhan, hanya sedikit yang kelihatan yakin melakukan panggilan mereka. Banyak orang Kristen bahkan tidak menyadari apa panggilan mereka. Ada kebenaran-kebenaran dasar panggilan Allah yang kita bisa bertindak atasnya.

Kata “panggilan” adalah kata yang digunakan dalam sebagian besar terjemahan Alkitab. Dua kata alternatif yang mengekspresikan arti yang sama “mengundang” atau “memanggil”. Poin dimana Allah meng-konfrontasi kita dengan panggilan-Nya adalah saat paling signifikan dalam hidup kita. Seluruh tujuan kita untuk “waktu” dan “kekekalan” akan ditentukan oleh cara kita merespons.

Panggilan yang Allah letakkan untuk hidup kita memiliki hubungan dengan seluruh maksud dan rencana-Nya. Ini membawa kita pada subjek kedaulatan tertinggi Allah dan pilihan kita untuk merespons pada-Nya atau tidak. Mari kita mulai dengan ayat ini:

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang [terpanggil] sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28).

Perhatikan kata “terpanggil”. Allah tidak mengerjakan “segala sesuatu” bersamaan untuk kebaikkan “setiap orang,” namun Ia melakukan untuk mereka yang merespons panggilan-Nya. Ketika

kita merespons, kita mendapatkan diri kita dalam tingkat khusus disekitar berpusatnya semua tujuan-tujuan Allah.

Jika kita bisa menangkap pesan ini, kita tidak akan pernah lagi merasa seperti setitik debu mengapung di alam semesta. Kita tidak akan pernah kelihatan seperti kecelakaan yang terjadi di satu tempat. Kita akan menyadari kita bagian integral dari rencana kekal Allah.

Kitab Suci mengungkapkan tujuh fase atau tindakkan yang Allah lakukan untuk mengerjakan semua itu bersama-sama untuk kebaikan mereka yang merespons pada-Nya. Sebelum panggilan Allah datang kedalam hidup kita, Ia sudah melakukan tiga hal: Ia sudah “mengetahui kita sebelumnya”, Ia sudah “memilih” kita dan Ia sudah “mem-predestinasi” kita. Hanya sesudah itu Ia baru melakukan tindakkan keempat “memanggil” kita. Jika kita merespons, Ia melakukan yang kelima “menyelamatkan” kita. Ini membuka jalan bagi Allah untuk menyelesaikan dua fase terakhir: Ia “membenarkan” atau “menjustifikasi” kita dan Ia “memuliakan” kita. Mari kita lihat setiap dari tujuh fase ini.

Ia “mengetahui kita sebelumnya.” Panggilan kita dimulai dengan pengetahuan kekal Allah mengenai setiap dari kita.

“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya” (Roma 8:29-30).

Allah tahu kita sebelumnya. Ia tahu kita sebelum kita lahir. Ia tahu kita sebelum kita diberi nama. Ia tahu kita sejak kekekalan. Pengetahuan Allah benar-benar menakjubkan. Alkitab berkata Ia tahu semua bintang-bintang dan memanggil setiap bintang dengan namanya. Ilmuwan-ilmuwan mengatakan pada kita bahwa ada sekitar lima puluh milyar triliun bintang dalam alam semesta yang bisa di observasi. “Milyar triliun” bintang dihempas melalui ruang angkasa, dan Allah mengetahui setiap bintang dengan namanya.

Allah juga melihat kebawah setiap burung pipit kecil. Yesus berkata dua burung pipit dijual seduit, namun lima burung pipit dijual dua ekor seduit (Matius 10:29; Lukas 12:6). Namun, seekor pun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu.

Yesus lalu berkata, “Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya” (Matius 10:30; Lukas 12:7). Allah tahu dengan tepat berapa banyak rambut kita.

Pengetahuan Allah terentang dalam seluruh alam semesta dari bintang-bintang sampai burung pipit sampai rambut di kepala kita. Terentang bukan hanya dalam waktu, namun dalam kekekalan. Jika kita bisa mulai merasakan totalitas pengetahuan Allah, kita akan memiliki sikap berbeda mengenai hidup kita.

Maka berdasarkan pengetahuan Allah, Ia memilih kita. Surat Petrus pertama menggambarkan kelompok orang-orang Kristen tertentu sebagai “orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa” (1 Petrus 1:2). Orang-orang Kristen ini dipilih sesuai dengan pengetahuan Allah sebelumnya.

Allah tidak menyelamatkan kita lalu berkata, “Sekarang apa yang Aku akan minta dia lakukan? Pekerjaan apa yang Aku bisa beri dia di gereja?” Allah menyelamatkan kita karena Ia memiliki tujuan untuk kita.

Apakah pikiran kita bisa memahami? Sebelum ada dunia, sebelum Allah menciptakan apa pun, Ia memiliki rencana untuk kita. Apakah kita melihat betapa pentingnya kita? Tidak ada yang lebih menyedihkan daripada mendengar orang-orang Kristen berbicara tentang diri mereka tidak penting atau tidak signifikan. Tidak ada orang Kristen yang tidak signifikan. Setiap dari kita penting.

Lebih jauh, ketika Allah memilih kita untuk melakukan sesuatu untuk-Nya, Ia tahu kita bisa melakukannya. Ia tidak pernah memilih kita untuk melakukan sesuatu yang kita tidak bisa lakukan melalui kasih karunia-Nya. Ia tidak pernah melarikan diri dari panggilan kita karena takut kita akan gagal.

Maka, setelah mengetahui dan memilih kita, “semua orang yang dipilih-Nya dari semula,” (Roma 8:29) – Ia juga mem-predestinasi kita. Beberapa ekstrimis telah menyesatkan arti kata “predestinasi.” Allah tidak mem-predestinasi kita untuk diselamatkan; Ia mem- predestinasi kita “untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak- Nya.” Jika seseorang berkata ia di predestinasi untuk “diselamatkan” dan kita tidak melihat buah dalam hidupnya, pernyataannya perlu dipertanyakan. Namun jika kita melihat seseorang menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, kita percaya karena ia sudah di predestinasi. Tidak bisa terjadi sebaliknya.

Di predestinasi berarti Allah sudah merencanakan arah hidup kita sebelumnya. Ia mengerjakan arah hidup yang akan diambil. Ia tahu kita akan dimana setiap hari, setiap jam. Ia tahu masalah dan krisis yang akan kita hadapi, dan Ia memiliki jawaban untuk setiap masalah. Allah tidak pernah menghadapi keadaan darurat. Ia tidak pernah menghadapi kejutan. Tidak pernah ada di alam semesta yang Allah tidak siap hadapi.

Ini tiga tindakkan yang Allah sudah lakukan mengenai kita dalam kekekalan. Allah tidak pernah berkonsultasi dengan kita mengenainya. Malah, kita tidak tahu apa-apa mengenainya. Tiga fase ini bahkan tidak terjadi dalam “waktu” seperti kita ketahui; terjadi dalam kekekalan sebelum “waktu” dimulai.

Ia tahu kita sebelumnya, Ia memilih kita sebelumnya dan Ia mem- predestinasi kita. Tidak ada sebutir debu dalam alam semesta, tidak ada serangga yang Allah tidak tahu. Kita bagian dari pusat rencana- Nya.

Melanjutkan Roma 8:30 kita membaca, “Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya.” Fase keempat saat panggilan-Nya datang.

Ketika Allah tahu kita sebelumnya, memilih kita dan mem- predistinasi kita, “lalu” Ia meng-intervensi dalam hidup kita pada saat tertentu dan “memanggil” kita. Panggilan Allah poin dimana tujuan kekekalan Allah keluar dari kekekalan dan berdampak pada kita dalam alam “waktu.” Itu sebabnya panggilan adalah momen yang sangat krusial dalam hidup kita.

Ketika kita merespons pada panggilan-Nya, Ia menyelamatkan kita. Kita diselamatkan dan kita bisa tahu kita diselamatkan. “Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai” (2 Tesalonika 2:13).

Allah memilih kita untuk diselamatkan. Yesus mengatakan pada rasul-rasul-Nya, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu” (Yohanes 15:16). Jika Allah belum memilih kita untuk diselamatkan, kita tidak pernah diselamatkan. Hak memilih awalnya bukan milik kita; yang bisa kita lakukan merespons.

Dalam pekerjaan Tuhan, pilihan satu-satunya yang memiliki signifikansi adalah pilihan-pilihan Allah. Kita bisa vote seseorang untuk menjadi presiden, kita bisa mengangkat hakim, kita bisa mengangkat penatua di gereja, namun jika Allah belum memilih mereka, tidak akan ada buahnya. Yesus berkata, “Aku memilih kamu….supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap” (Yohanes 15:16). Ketika kita keluar dari garis pilihan Allah, kita bisa memiliki segala macam usaha agamawi, tetapi tanpa buah yang bertahan.

Sisa dari 2 Tesalonika 2:13 mengatakan: “sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai.”

Roh Kudus mempersiapkan kita dan menyetir kita kedalam tempat dimana kita akan bertemu Tuhan. Ketika kita dipanggil Allah, kita dipanggil untuk diselamatkan. Namun panggilan Allah dimulai hanya ketika kita sudah diselamatkan.

“Kita mungkin sudah diselamatkan, namun kita belum pernah menemukan panggilan kita,” tujuan Allah menyelamatkan kita. Itu tragedi. Kita tidak bisa menekankan lebih keras lagi kesucian panggilan Allah. Sesuatu yang memiliki akibat pada kita.

Ketika Ia sudah menyelamatkan kita, ada dua tindakkan terakhir dalam proses ini: Ia “membenarkan” dan Ia “memuliakan.”

Dalam Roma 8, dua fase terakhir diletakkan di masa lalu (past tense): “Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga ‘dibenarkan-Nya.’ Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga ‘dimuliakan-Nya'” (Roma 8:30). Dalam tujuan kekekalan Allah, itu bukan peristiwa-peristiwa baru yang akan terjadi suatu waktu di masa depan. Semua secara kekekalan sudah terjadi.

Kata “dibenarkan” atau “justifikasi” mirip kata “predestinasi.” Seperti predestinasi, dibenarkan adalah kata teologikal yang agak menakutkan dan orang-orang cenderung menghindar darinya.
Namun itu disayangkan, karena dibenarkan satu dari kebenaran paling mulia dari Perjanjian Baru – bahkan dalam seluruh Alkitab.

Apa artinya dibenarkan? Terdiri dari arti-arti yang berurutan. Pertama, dibebaskan dari kesalahan. Keputusan surga atas hidup kita:

“Tidak bersalah.” “Seolah-olah kita tidak pernah berdosa.” Kita diperhitungkan benar – Allah menghubungkan kebenaran dengan kita. Itu karena kita dibenarkan dengan kebenaran Allah, yang tidak pernah mengenal dosa, yang tidak memiliki bayangan kesalahan, yang tidak memiliki masa lalu untuk diampuni. Kita dibuat benar dengan kebenaran Allah.

Namun kita tidak berhenti hanya pada “diperhitungkan” benar karena kita juga harus “dibuat” benar. Kebenaran diterima sebagai karunia namun disyaratkan respons dari kita, Paulus mengatakan ini dengan jelas dalam Filipi 2:12-13: “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.”

Dibenarkan termasuk berpindah dari kebenaran yang dihubungkan sampai kebenaran yang dikerjakan. Kita tidak mulai dengan tindakkan-tindakkan kebenaran kita. Kita mulai dengan kebenaran yang dihubungkan dengan kita oleh Allah berdasarkan iman kita untuk keselamatan. Setelah itu, kita mengerjakan apa yang Allah sudah kerjakan.

Paulus berkata dalam Roma 8:30, “Dan mereka yang dibenarkan- Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” Paulus tidak menyimpulkan pengajarannya dengan Allah menyelamatkan kita. Ia tidak menyimpulkan dengan Allah membenarkan kita. Paulus melanjutkan ke fakta bahwa Allah memuliakan kita.

Perhatikan lagi kata kerja itu dalam Kitab Suci di masa lalu (past tense). Jika kita bisa percaya dari Kitab Suci, Allah menyelamatkan dan membenarkan kita, berdasarkan Kitab Suci yang sama kita bisa percaya bahwa Allah memuliakan kita. Benar, ada sesuatu yang gemilang di masa depan, namun dimuliakan adalah untuk kita sekarang. Terjadi disini, dalam “waktu,” dalam hidup ini.

Dimuliakan atau masuk kemuliaan artinya kita berbagi kemuliaan Kristus dengan-Nya. Sebelum Yesus pergi ke salib, secara nubuatan berdoa kepada Bapa, Ia berkata mengenai murid-murid-Nya, “Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku” (Yohanes 17:22). Perhatikan Yesus tidak berbicara mengenai sesuatu “yang akan” terjadi. Sudah terjadi. Disediakan melalui korban penebusan-Nya, kemenangan kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya kedalam surga.

Kita dibenarkan melalui kebangkitan Yesus. Namun Allah tidak berhenti dengan kita saat kebangkitan. Ia membawa kita melewati kebangkitan sampai kenaikan. Melalui kenaikan, kita tidak hanya dibenarkan; kita dimuliakan. Kita dibenarkan melalui kebangkitan Yesus. Kita dimuliakan melalui kenaikan Yesus.

Paulus mengatakan ini dengan sangat jelas dalam Efesus 2:4-6:

“Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkankan-Nya kepada kita, dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga.”

Perhatikan, lagi, tiga tindakkan yang Allah lakukan semuanya dinyatakan di masa lalu (past tense): Ia membuat kita hidup bersama dengan Kristus, Ia membangkitkan kita dengan Kristus – namun tidak berhenti disana – Ia mendudukan kita dengan-Nya di tempat surgawi. Pada kursi apa Yesus duduk? Ia duduk pada takhta Allah. Jika kita didudukan dengan-Nya, apa yang kita duduki? Takhta Allah. Alkitab “The New English” menterjemahkan: “Ia mentakhtakan kita dengan-Nya.” Terjemahan itu mengungkapkan kebenaran. Melalui kebangkitan-Nya, kita dibenarkan. Namun melalui kenaikkan-Nya, kita di muliakan. Kita dalam kemuliaan dengan-Nya.

Paulus membuat poin ini mengenai kemuliaan dalam Kolose 3:1-3:

“Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.

Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.

Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.”

Kita memulai tujuan kita dalam Allah. Itu yang Paulus katakan dalam ayat ini. Ketika Yesus mati di salib, kita mati bersama seluruh hidup lama kita yang penuh dosa. Sekarang kita dibangkitkan dengan-Nya; kita ditakhtakan dengan-Nya. Hidup kita tersembunyi bersama dengan Kristus dalam Allah. Bisakah kita berpikir tempat yang lebih signifikan daripada memiliki hidup yang tersimpan bersama dengan Kristus dalam Allah? Lalu Paulus melanjutkan, “Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan” (ayat 4).

Pegang saja fakta ini. Kristus adalah hidup kita. Empat kata sederhana itu bisa merubah seluruh cara kita menghadapi hidup. Ini klimaks rencana gemilang Allah – agar kita menyadari kita dimuliakan bersama dengan Kristus.

Dalam suratnya kedua kepada Timotius, Paulus menulis: “Dialah…yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum ‘permulaan zaman'” (2 Timotius 1:9).

Perhatikan bagaimana lagi dan lagi Paulus melihak kebelakang pada kekekalan untuk menjelaskan apa yang terjadi dalam hidup kita.
Tidak ada dari kita bisa benar-benar mengerti fase-fase ini sampai kita memandangnya dalam perspektif kekekalan, karena itu dimana rencana Allah dimulai. Allah sudah memanggil kita dengan panggilan kudus, tidak tergantung pada perbuatan kita, namun sesuai kasih karunia dan tujuan-Nya sendiri, yang diberikan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum “waktu” dimulai.

Jika kita bisa menangkap apa yang dikatakan, kita akan memiliki sikap yang sama sekali berbeda mengenai hidup kita dari sekarang dan selanjutnya. Jika kita mengalami ketidakamanan dan ketidakpastian, itu akan hilang.

Kita bagian dari rencana kekal. Lebih jauh, sebagai orang yang dipilih Allah dalam Yesus Kristus, kita berada di pusat dari rencana. Kita tidak di batas luar. Kita bukan bintang di suatu tempat diluar galaxy. Kita di pusat jantung tujuan Allah. Itu apa artinya panggilan kita.

 

 

OLEH LOKA MANYA PRAWIRO.



Leave a Reply