Meratap Namun Berharap
eBahana.com – Refleksi tindakan sebuah pemahaman harapan di dalam Kristus.
Meratap dan hanya terus meratapi penderitaan diri. Itulah yang dialami oleh umat yang tidak memiliki pengharapan dalam Tuhan. Dalam Ratapan 3:19-26, Nabi Yeremia berpesan pada bangsa Israel di Yerusalem agar dapat menghibur diri dalam penderitaan.
Saat itu bangsa Israel mengalami malapetaka. Anak-anak dipaksa memikul kayu sampai terjatuh-jatuh. Gadis atau wanita diperkosa. Pemuda dipaksa memikul batu kilangan. Orang lanjut usia dilecehkan. Rumah dan harta dijarah. Kondisi ini membuat banyak anak menjadi yatim dan istri menjadi janda.
Kondisi yang terjadi di Indonesia kini tidak jauh berbeda dengan apa yang dialami bangsa Israel dahulu. Semakin hari, semakin banyak anak yang mengemis di lampu merah jalan raya. TKI sebagai pembantu rumah tangga pulang dalam kondisi dilecehkan dan disiksa. Kuli bangunan harus bekerja siang dan malam dalam suatu proyek. Perasaan atau ratapan apa seandainya kita berperan seperti mereka?
Tentu saja perasaan kecewa, sedih, putas asa, saling menyalahkan dan bingung menghinggapi pikiran kita.
Tak jarang timbul pemikiran, apakah Allah mengasihi kita?
Apakah kita harus terus berharap pada-Nya? Di sinilah kita sebagai umat Tuhan dituntut untuk setia. Jangan seperti bangsa Israel yang terus bersungut-sungut dan meratapi nasib.
Bersikap Diam dan Tenangkan Diri
Kondisi krisis yang kita hadapi sekarang bukanlah suatu cobaan, melainkan bentuk ujian Tuhan bagi kita. Ia menguji kesetiaan hati kita. Dengan ketenangan dan berdiam diri dalam perenungan kasih Tuhan, kita akan mendapatkan pertolongan-Nya. Dalam Ratapan 3:26, “Adalah baik menanti dengan diam pertolongan Tuhan”. Juga dalam Keluaran 14:14, Belajarlah berdiam diri dengan Tuhan saat menghadapi masalah. Nanti Tuhan dengan kuasa-Nya yang dahsyat akan menolong umat-Nya.
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan saat diam, di antaranya berdoa, mengambil saat teduh dan juga berdoa syafaat. Selain itu, banyak manfaat saat kita bersikap tenang dan diam (Ams. 11:12, 17:28). Ada kalanya
Tuhan menghendaki kita berdiam diri dengan penuh iman dan berharap akan kasih dan kuasa-Nya. Hanya orang yang bijaksanalah yang mengerti manfaat berdiam diri.
Selain itu, saat diam kita bisa mengingat kebaikan dan kasih Tuhan di masa lalu. Kita masuk hadirat Tuhan. Kita masuk ke tempat kudus Allah. Di sana ada tutup pendamaian. Pendamaian yang terjadi melalui darah kurban, kurban penebusan darah Kristus.
Ketika kita percayakan seluruh hidup kepada Tuhan, Dia tak akan meninggalkan kita. Namun berbeda halnya kalau kita tetap angkuh dan menyombongkan diri. Lihat saja kekuasaan dan kerajaan yang dibangun di dunia ini. Dia mampu memusnahkannya. Firaun, Kerajaan Babel, tidak bertahan lama. Bahkan lenyap. Tetapi, gereja Tuhan – semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus akan tetap eksis. Karena Allah turut bekerja dalam setiap orang yang mengasihi dan menghormati-Nya. (Rm. 8:28).
Dalam ketaatan dan penundukan diri kepada kehendak-Nya, sebagai orang yang percaya penuh pada pengasihan Tuhan akan memperoleh jaminan penyertaan dan berkat. Tuhan juga akan menyertai umat-Nya dengan perlindungan keamanan. Dan pada saatsaat seperti itu, Tuhan akan menjamin penghiburan dan kekuatan dari Roh Kudus (Luk. 1:28-35).
Pdt. Prof. Dr. Albert Loho, S.PAK., M.A., M.Div., D.Min.
(Penulis, gembala sidang Gereja Bethel Tabernakel Efata Pamulang, Tangerang)