Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Mengutus Pelayan-pelayan Melakukan Amanat Agung




eBahana.com – Tujuan berikutnya penumpangan tangan dihubungkan dengan mengutus keluar rasul-rasul dari gereja lokal.

Gereja lokal di Antiokhia di Syria memberi contoh paling jelas. “Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Saulus.

Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.” Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi.

Oleh karena disuruh Roh Kudus, Barnabas dan Saulus berangkat ke Seleukia, dan dari situ mereka berlayar ke Siprus” (Kisah Para Rasul 13:1-4).

Nas ini memberi banyak informasi mengenai cara dimana sesuai Perjanjian Baru, gereja lokal mengurus urusan-urusannya.

Pertama, kita memperhatikan di gereja lokal di Antiokhia ini ada dua pelayanan: rasul dan pengajar. Dalam jemaat mereka ada lima orang yang namanya disebut melakukan pelayanan ini.

Kedua, kita memperhatikan pemimpin-pemimpin dalam jemaat ini bukan hanya berdoa namun mereka juga berpuasa. Lebih jauh, mereka bukan hanya berpuasa sendiri secara pribadi, namun mereka berpuasa bersama dalam kelompok.

Ini sejalan dengan nubuat nasihat Yoel di akhir zaman. “Adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah para tua-tua dan seluruh penduduk negeri ke rumah TUHAN, Allahmu, dan berteriaklah kepada TUHAN” (Yoel 1:14).

“Tiuplah sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya” (Yoel 2:15).

Setelah nasihat-nasihat kepada umat Allah untuk berpuasa bersama, diikuti dengan janji pencurahan Roh Kudus. “Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia” (Yoel 2:28).

Nubuat pencurahan Roh Kudus ke atas semua manusia digenapi pertama kali pada Hari Pentakosta dan dalam pengalaman gereja mula-mula. Di masa kita sekarang, sekali lagi, pencurahan Roh Kudus serupa ke atas semua manusia, sedang berlangsung lagi diseluruh dunia, dengan skala lebih besar. Gereja mula-mula menerima “pencurahan Roh Kudus terlebih dahulu” sesuai yang dijanjikan dalam Yoel 2:23. Hari ini kita mengalami “pencurahan Roh Kudus setelah itu,” sesuai dijanjikan dalam ayat yang sama.

Karena janji pencurahan Roh Kudus adalah untuk kita di hari-hari sekarang, logikal nasihat-nasihat untuk berpuasa bersama dalam nubuat Yoel juga berlaku sama untuk kita.

Tidak logikal mengaplikasikan nasihat-nasihat berpuasa untuk masa lalu atau masa depan, sementara pencurahan Roh Kudus disediakan untuk masa sekarang. Seluruh konteks nubuat Yoel menjelaskan masa-masa berdoa dan berpuasa bersama adalah satu tujuan utama mempersiapan umat Allah jika mereka ingin masuk kedalam kepenuhan pencurahan Roh Kudus ke atas semua manusia, sesuai yang dijanjikan Allah pada hari-hari terakhir ini.

Nubuat Yoel meletakkan penekanan khusus pada pemimpin- pemimpin umat Allah. Yoel 1:14 menspesifikasi “para tua-tua”; Yoel 2:17 menspesifikasi “pelayan-pelayan, yang melayani TUHAN.” Pemimpin-pemimpin spiritual umat Allah dipanggil untuk memberi contoh di depan umum mengenai berpuasa. Sudah jelas pemimpin- pemimpin gereja di Antiokhia mengerti, karena “mereka melayani Tuhan dan berpuasa (Kisah Para Rasul 13:2).

Hasil mereka menunggu Allah dengan berpuasa adalah pimpinan Roh Kudus. “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka” (Kisah Para Rasul 13:2).

Satu upah yang mereka terima, Roh Kudus berbicara langsung kepada mereka dan dengan cara ini diungkapkan kepada mereka pikiran dan tujuan Allah untuk menyebarkan pekerjaan-Nya melalui mereka. Frasa “Roh Kudus berkata” mengindikasikan kata-kata berikut, “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku….,” kata-kata yang diucapkan oleh Roh Kudus.

Dalam terang ajaran Perjanjian Baru lain mengenai kerja karunia- karunia Roh Kudus, masuk akal dan alkitabiah berpikir Roh Kudus berbicara dalam kejadian ini melalui instrumen manusia, apakah melalui karunia bernubuat atau melalui karunia-karunia lidah dan tafsiran.

Penting untuk diperhatikan kata-kata tepatnya yang digunakan oleh Roh Kudus. “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku” (Kisah Para Rasul 13:2).

Kata kerja “bagi-Ku” dalam “perfect tense” – aksi yang sedang berlangsung. Ini mengindikasikan bahwa Allah sudah berbicara sendiri secara pribadi kepada Paulus dan Barnabas mengenai pekerjaan yang Ia ingin mereka lakukan sebelum Ia berbicara didepan umum mengenai mereka dan pekerjaan mereka kepada semua pemimpin gereja.

Kata-kata yang diucapkan oleh Roh Kudus di depan umum kepada pemimpin-pemimpin gereja adalah pewahyuan dan konfirmasi panggilan yang Paulus dan Barnabas sudah terima secara pribadi dari Allah. Karena Paulus dan Barnabas disebut namanya dalam ucapan umum Roh Kudus, jelas ucapan ini tidak diberikan melalui mereka, namun melalui salah satu dari orang-orang lain yang hadir.

Bagaimana orang-orang ini bereaksi terhadap pewahyuan supernatural kehendak Allah ini? “Maka berpuasa dan berdoalah mereka, berkatalah Roh Kudus: “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka” (Kisah Para Rasul 13:3).

Perhatikan mereka tidak langsung mengutus Paulus dan Barnabas dalam misi yang ditetapkan Allah. Pertama mereka menyisihkan waktu untuk berpuasa dan berdoa. Ini untuk kedua kali mereka berpuasa dan berdoa bersama. Waktu berdoa dan berpuasa pertama, mereka menerima pewahyuan supernatural rencana Allah. Pada waktu berdoa dan berpuasa kedua, mereka mengklaim, mewakili Paulus dan Barnabas, kasih karunia dan kuasa ilahi yang mereka butuhkan untuk mencapai rencana Allah.

Setelah itu, pengutusan Paulus dan Barnabas oleh gereja di Antiokhia dilaksanakan dengan satu ordonansi lebih jauh.
Pemimpin-pemimpin gereja menumpangkan tangan ke atas Paulus dan Barnabas dan mengutus mereka pergi.

Dalam Kekristenan kontemporer gelar yang biasanya diberikan kepada pekerja-pekerja Kristen yang diutus oleh gereja lokal disebut “misionaris.” Namun, kata yang digunakan dalam Perjanjian Baru adalah “rasul.”

Ini menjadi jelas jika kita membandingkan frasalogi penggunaan dalam Kisah Para Rasul 13:1 dengan yang digunakan dalam Kisah Para Rasul 14:4 dan 14. Dalam Kisah Para Rasul 13 Paulus dan Barnabas digambarkan sebagai “nabi dan guru.” Dalam Kisah Para Rasul 14 mereka disebut “rasul.” Kata “rasul” secara harfiah berarti “seorang yang diutus.” Jadi gelar ini diaplikasikan pada Paulus dan Barnabas setelah mereka diutus oleh gereja di Antiokhia. Menurut asal-usulnya kata “misionaris” berarti “seorang yang diutus.” Jadi kata “rasul” dan “misionaris” memiliki arti yang asal-usulnya sama. Namun, dalam Kekristenan modern kata “misionaris” diaplikasikan dalam banyak kasus sehingga tidak alkitabiah menggunakan kata “rasul.”

Seorang rasul, menurut definisinya, seorang yang diutus dengan otoritas ilahi untuk melakukan tugas khusus. Banyak orang Kristen beranggapan rasul-rasul Perjanjian Baru dibatasi dua belas pada mulanya ditetapkan oleh Yesus ketika di bumi. Namun, pembelajaran Perjanjian Baru secara cermat tidak mendukung pandangan ini. Dalam Kisah Para Rasul 14, Paulus dan Barnabas disebut rasul, namun mereka tidak ditetapkan ketika Yesus melayani di bumi.

Kesimpulan serupa ada dalam perbandingan dua ayat dalam 1 Tesalonika. Dalam 1 Tesalonika 1:1 tiga orang disebut sebagai penulis surat: Paulus, Silas, dan Timotius. Dalam 1 Tesalonika 2:6 tiga orang ini mengatakan mengenai diri mereka: “sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus.” Mereka bertiga dikenal sebagai rasul.

Pembelajaran seluruh Perjanjian Baru mengungkapkan lebih dari dua puluh orang disebut rasul. Namun, diluar lingkup pembelajaran kita untuk menganalisa sepenuhnya pelayanan apostolik.

Kembali ke awal pengutusan Paulus dan Barnabas, kita perlu bertanya: Apa tujuan pemimpin-pemimpin gereja menumpangkan tangan ke atas mereka?

Pertama, tindakkan ini merepresentasi pengakuan umum pemimpin-pemimpin gereja bahwa Allah memilih dan memanggil Paulus dan Barnabas untuk tugas dan pelayanan khusus. Kedua, dengan menumpangkan tangan ke atas Paulus dan Barnabas, pemimpin-pemimpin gereja mengklaim hikmat, kasih karunia, dan kuasa spiritual khusus yang mereka perlukan agar mereka berhasil dalam tugas yang Allah berikan pada mereka.

Dalam hal ini, penggunaan penumpangan tangan dalam Perjanjian Baru paralel dengan insiden dalam Perjanjian Lama ketika Musa menumpangkan tangan ke atas Yosua, didepan umum mengakui pilihan Allah atas Yosua sebagai pemimpin yang akan menggantikannya dan juga mengimpartasi kepada Yosua hikmat dan otoritas spiritual yang diperlukan bagi tugasnya yang Allah tetapkan.

Ringkasan proses Allah dimana Paulus dan Barnabas ditetapkan dan diutus oleh gereja di Antiokhia diberikan dalam ayat berikutnya. “Oleh karena disuruh Roh Kudus, Barnabas dan Saulus berangkat ke Seleukia, dan dari situ mereka berlayar ke Siprus” (Kisah Para Rasul 13:4).

Perhatikan frasa “karena disuruh Roh Kudus…” gereja di Antiokhia dan pemimpin-pemimpinnya dimana Allah mengungkapkan dan mengerjakan kehendak-Nya mengutus dua rasul ini. Melalui pemimpin-pemimpin gereja di Antiokhia, bekerja hikmat, pengetahuan akan masa depan, dan pengarahan Roh Kudus.

Ia, Roh Kudus, pelaksana Allah yang hadir di bumi, bertanggung jawab memberi amanat dan mengutus dua rasul ini.

Dalam seluruh prosedur berikutnya di Antiokhia kita menemukan contoh sempurna kerjasama manusia dan ilahi – Allah dan gereja- Nya bekerja sebagai mitra.

Mari kita mempelajari sedikit apa hasil dari perjalanan misi pertama Paulus dan Barnabas yang mereka masuki melalui pengarahan Roh Kudus, dengan berdoa dan berpuasa, dan dengan ordonansi penumpangan tangan.

“Dari situ berlayarlah mereka (kembali) ke Antiokhia; di tempat itulah mereka dahulu diserahkan kepada kasih karunia Allah untuk memulai pekerjaan, yang telah mereka selesaikan.

Setibanya di situ mereka memanggil jemaat berkumpul, lalu mereka menceritakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka, dan bahwa Ia telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman” (Kisah Para Rasul 14:26-27).

Ada tiga poin untuk diperhatikan disini. Pertama, kita diberi catatan otoritatif, alkitabiah tujuan pemimpin-pemimpin gereja menumpangkan tangan ke atas Paulus dan Barnabas. Dikatakan pada kita, melalui ordonansi ini, Paulus dan Barnabas dipercayakan pada kasih karunia Allah untuk suatu pekerjaan. Maka, penumpangan tangan merupakan cara-cara dimana pelayan- pelayan Allah bisa dipercayakan pada kasih karunia Allah untuk pekerjaan khusus yang Allah sudah panggil mereka.

Kedua, kita harus memperhatikan hasil jerih payah Paulus dan Barnabas. Kitab Suci menyatakan mereka menyelesaikan tugas yang diberikan Allah. Ini artinya mereka dengan berhasil menyelesaikan pekerjaan mereka, tanpa kegagalan. Ada yang mengatakan, “panggilan Allah memampukan yang dipanggil.” Dengan kata lain, ketika Allah memanggil seseorang untuk tugas khusus, Ia juga menyediakan untuk orang itu semua cara dan kasih karunia spiritual yang dibutuhkan untuk menyelesaikan dengan berhasil tugas itu.

Ketiga, kita harus memperhatikan dampak pelayanan mereka pada bangsa-bangsa lain. Kitab Suci menyatakan: ” Allah…telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman (Kisah Para Rasul 14:27). Paulus dan Barnabas tidak menghadapi pintu tertutup.

Kemanapun mereka pergi mereka menemukan Allah sudah pergi sebelumnya untuk membuka pintu-pintu itu dan mempersiapkan. Seperti kuasa berdoa dan berpuasa bersama telah membuka pintu- pintu. Kuasa berdoa dan berpuasa bersama juga disediakan bagi Paulus dan Barnabas untuk kebutuhan-kebutuhan lain mereka, melalui ordonansi penumpangan tangan.

Sehubungan dengan ini berdasarkan kejadian-kejadian di banyak negara: hasil-hasil Perjanjian Baru bisa dicapai hanya dengan metode-metode Perjanjian Baru.

Masih ada satu kegunaan lebih lanjut yang perlu dibahas, seperti dicatat dalam Perjanjian Baru, mengenai ordonansi penumpangan tangan. Penggunaan ini mirip dengan yang sudah kita pelajari. “Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut- sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari.

Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: “Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan firman Allah untuk melayani meja.

Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.”

Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia” (Kisah Para Rasul 6:1-6).

Disini kita melihat penunjukan tujuh orang untuk jabatan administratif gereja di Yerusalem. Melalui persetujuan bersama, hampir semua penafsir, setuju jabatan mereka yang ditunjuk memiliki gelar resmi “diaken.” Kita menemukan penunjukkan orang- orang ini sebagai diaken efektif melalui penumpangan tangan oleh pemimpin-pemimpin gereja.

Agar mengerti prosedur ini lebih jelas, perlu menganalisa struktur kepemimpinan dalam gereja lokal Perjanjian Baru. Struktur dasarnya sangat sederhana. Terdiri dari dua – dan hanya dua tingkatan petugas administratif. Dua tingkatan itu adalah penatua dan diaken.

Bagi mereka yang biasa dengan alkitab Perjanjian Baru King James Version, selain penatua dan diaken, ada dua tingkatan lain petugas gereja – namanya, uskup dan pengawas gereja. Namun, mengamati lebih dekat kata-kata sebenarnya yang digunakan dalam bahasa asli Yunani mengungkapkan ini tidak begitu. Sebenarnya ada tiga gelar “uskup,” “pengawas gereja” dan “penatua” namun tiga nama berbeda ini untuk satu dan jabatan yang sama. Kata Inggris “uskup” berasal dari kata Yunani “episkopos.” Arti harfiah kata Yunani “episkopos” ini adalah “pengawas gereja.” Kadang-kadang alkitab King James Version menggunakan kata sebagai “petugas gereja” dan pada waktu lain sebagai “uskup.”

Kebingungan ini masih ada dalam alkitab New King James Version. Sebagai contoh, dalam Kisah Para Rasul 20:28 dan 1 Petrus 5:2 akar kata Yunani “episkopos” diterjemahkan dengan kata Inggris “petugas gereja.” Dilain pihak, dalam Filipi 1:1, dalam 1 Timotius 3:2, dan dalam Titus 1:7 kata Yunani “episkopos” yang sama diterjemahkan dengan kata Inggris “uskup.” Tidak masalah kata yang mana digunakan dalam terjemahan, keduanya sama menggambarkan satu dan jabatan yang sama. Jika kita ingin terjemahan yang paling jelas dan paling harfiah dari kata Yunani “episkopos,” tidak diragukan lagi ini “petugas gereja.”

Pembelajaran ini dan nas-nas Perjanjian Baru lain mengungkapkan dengan jelas gelar “penatua” menunjukkan dengan tepat jabatan yang sama sebagai “uskup” atau “petugas gereja.”

Sebagai contoh, dalam Kisah Para Rasul 20:17 kita membaca dari Miletus Paulus: “…menyuruh seorang ke Efesus dengan pesan supaya para penatua jemaat datang.”

Dalam ayat 28 dari pasal yang sama Paulus berkata kepada orang- orang ini: “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik – petugas gereja” (Kisah Para Rasul 20:28)

Maka, dengan meletakkan dua ayat ini berdampingan, kita belajar bahwa dua gelar “penatua” dan “pengawas gereja” menunjukkan satu dan jabatan yang sama.

Lagi, Paulus menulis kepada Titus: “Aku telah meninggalkan engkau di Kreta dengan maksud ini, supaya engkau mengatur apa yang masih perlu diatur dan supaya engkau menetapkan penatua- penatua di setiap kota, seperti yang telah kupesankan kepadamu” (Titus 1:5).

Dalam ayat 7 dari pasal yang sama Paulus menggambarkan kualifikasi yang seorang penatua harus miliki, dan ia berkata: “…sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat – petugas gereja – harus tidak bercacat.”

Dengan kata lain, Paulus menggunakan dua kata “penatua” dan “uskup” secara bergantian untuk menggambarkan satu dan jabatan yang sama. Dalam penggunaan gelar ini Petrus sepakat dengan Paulus. Dalam 1 Petrus 5:2 ia menulis kepada penatua dan berkata: “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu ”

Orang yang sama disebut sebagai “penatua” dan “pengawas gereja”

Sehingga kita menemukan tiga kata ini, “uskup”, “pengawas gereja,” dan “penatua,” tiga gelar berbeda yang digunakan untuk menandai satu dan jabatan yang sama. Umumnya gelar yang paling sering digunakan untuk jabatan ini adalah “penatua.”

Sebagai tambahan untuk penatua, kita menemukan, seperti sudah dinyatakan, “diaken.” Selain dari dua – penatua dan diaken – tidak ada pejabat administratif gereja lokal yang dicatat dalam Perjanjian Baru.

Kualifikasi utama untuk dua jabatan ini ada dalam nas-nas Kitab Suci: Kisah Para Rasul 6:3, 1 Timotius 3, dan Titus 1:5-9.

Berdasarkan nas-nas ini, kita bisa meringkas ciri-ciri utama dua jabatan ini sebagai berikut. Tugas utama penatua adalah untuk memberi pengarahan spiritual dan instruksi kepada gereja. “Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar” (1 Timotius 5:17).

Disini dua tugas utama penatua digambarkan sebagai “memimpin” dan sebagai “berkhotbah dan mengajar.”

Dilain pihak, kata “diaken,” arti aslinya adalah “pelayan.” Dalam Kisah Para Rasul 6:2 tugas utama “diaken” melayani perjamuan meja – yaitu, melayani kebutuhan material jemaat. Dalam melakukan ini, mereka juga melayani rasul-rasul.

Prosedur untuk menunjuk “diaken” diringkas dalam Kisah Para Rasul 6:3-6. Rasul-rasul mendelegasikan kepada seluruh jemaat tanggung jawab untuk menunjuk diantara mereka yang cocok menduduki jabatan “diaken.” Setelah orang-orang ini dipilih oleh jemaat, mereka dibawa kehadapan rasul-rasul, pertama berdoa untuk mereka dan lalu menumpangkan tangan ke atas mereka.

Tindakkan menumpangkan tangan ke atas “diaken” ini untuk tiga tujuan utama.

Pertama, rasul-rasul didepan umum mengakui bahwa mereka menerima orang-orang ini layak memegang jabatan “diaken.” Kedua, mereka didepan umum mengkomitmenkan orang-orang ini kepada Allah untuk tugas mereka dipilih. Ketiga, mereka menyalurkan kepada orang-orang ini kasih karunia dan hikmat spiritual yang diperlukan untuk tugas yang mereka harus laksanakan. Dua dari orang-orang ini yang ditunjuk sebagai “diaken”
– Stefanus dan Filipus – selanjutnya mengembangkan pelayanan spiritual luar biasa mereka sendiri.

Sebagai catatan penunjukkan penatua-penatua kita bisa kembali ke Kisah Para Rasul. “Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu (Derbe) dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia.

Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.

Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan mereka” (Kisah Para Rasul 14:21-23).

Catatan-catatan ini signifikan. Pertama, penunjukkan penatua- penatua, seperti mengutus rasul-rasul, diiringi dengan berdoa dan berpuasa bersama. Jelas gereja Perjanjian Baru mengerti ini cara alkitabiah mendapatkan pengarahan Allah dalam membuat semua keputusan-keputusan penting.

Kedua, orang-orang yang Paulus dan Barnabas kembali temui pertama ini hanya disebut murid-murid. Sesudah penunjukkan penatua-penatua, mereka digambarkan bersama sebagai gereja. Penunjukkan penatua-penatua menandai transisi dari kumpulan individual murid-murid menjadi gereja.

Ketiga, penunjukkan penatua-penatua adalah tanggung jawab rasul- rasul, sebagai perwakilan-perwakilan otoritas Allah. Dalam hal ini, mereka tidak bergantung pada keputusan mereka sendiri melainkan sebagai instrumen-instrumen dari Roh Kudus. Berbicara kepada penatua-penatua gereja di Efesus, Paulus berkata: “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri” (Kisah Para Rasul 20:28).

Sesuai pola ilahi, semua penunjukkan dalam gereja harus dimulai dari Roh Kudus.

Dalam Kisah Para Rasul 14:21-23 tidak disebut spesifik penumpangan tangan. Namun, Kitab Suci memberi dua alasan kuat untuk mempercayai Paulus dan Barnabas melakukannya, menumpangkan tangan pada mereka yang ditunjuk sebagai penatua-penatua.

Pertama, penunjukkan ini menjawab dua tujuan utama penumpangan tangan yang digunakan dalam seluruh Kitab Suci. Melalui penumpangan tangan, rasul-rasul mendukung dan memisahkan pemimpin-pemimpin yang dipilih jemaat lokal. Pada waktu yang sama mereka mengimpartasi kepada mereka hikmat dan otoritas yang mereka perlukan untuk tugas mereka.

Kedua, dalam 1 Timotius 5:17-22 Paulus memberi Timotius serangkaian instruksi bagaimana berhubungan dengan penatua- penatua lokal. Ia menyimpulkan dengan mengatakan: “jangan tergesa-gesa menumpangkan tangan pada siapapun.” Meski peringatan ini benar untuk berbagai penggunaan penumpangan tangan, kemungkinan Paulus mengacu pada ordonansi utama ini sebagai cara mentahbiskan penatua-penatua.

Ini mengindikasi bahwa cara yang diterima mentahbiskan penatua- penatua adalah dengan menumpangkan tangan ke atas mereka.

Untuk mengakhiri pembelajaran ini, lima tujuan utama yang di indikasikan dalam Perjanjian Baru mengenai penumpangan tangan: pertama, untuk melayani peyembuhan orang sakit; kedua, untuk menolong mereka yang mencari baptisan dalam Roh Kudus; ketiga, untuk mengimpartasi karunia-karunia spiritual; keempat, untuk mengutus keluar rasul-rasul; kelima, untuk mentahbiskan diaken- diaken dan penatua-penatua dalam gereja lokal.

Untuk mengerti lima penggunaan penumpangan tangan ini, kita sudah mempelajari pola kehidupan sehari-hari dan administrasi gereja lokal, seperti diungkapkan dalam Perjanjian Baru.

Dari pelajaran-pelajaran yang kita sudah pelajari mengenai penumpangan tangan, kita melihat ordonansi ini memiliki hubungan erat dan vital dengan banyak aspek penting kehidupan dan pelayanan Kristen.

Berhubungan langsung dengan pelayanan kesembuhan, melengkapi orang-orang percaya untuk aktif bersaksi melalui baptisan dalam Roh Kudus, dan memberi amanat kepada pekerja-pekerja Kristen yang terpanggil. Sering di asosiasikan dengan karunia bernubuat.
Juga memperkuat kehidupan gereja lokal dalam dua cara: secara spiritual, melalui impartasi karunia-karunia spiritual; dan secara praktikal, melalui penunjukkan diaken-diaken dan penatua-penatua.

Untuk semua alasan ini, ordonansi penumpangan tangan secara logikal mendapat tempatnya dalam Ibrani 6:2 diantara fondasi doktrin-doktrin besar iman Kristen.

 

OLEH LOKA MANYA PRAWIRO.



Leave a Reply