Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Mengenal Allah: Bukan Mencari Anak Tuhan tapi Menjadi Anak Tuhan




Kejadian 1:1 – Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi

Semarang, eBahana.com – Mengenal Allah secara pribadi adalah dasar dari kita melakukan segala sesuatu dalam kehidupan. Mengenal Allah akan mendekatkan kita kepada Sang Pencipta. Mengenal Allah adalah upaya manusia untuk mengejar kekudusan. Kekudusan di dalam Tuhan Allah seperti sebuah kesetiaan, tidak akan diupayakan kalau tidak beneran sayang. Mengejar kekudusan adalah berhenti melawan Tuhan, karena dengan berhenti melawan Tuhan adalah bukti seorang sungguh berserah pada-Nya.

Mengenal Allah adalah intimate begining. Kesiapan dimulai dari Tuhan, dimulai dari itu dulu. Manusia mengenal baru bisa sayang, baru mau percaya. Dari percaya baru rela menyembah. Sebuah urutan yang harus sering banget berulangkali dijelaskan karena ini tidak bisa dikhianati. Manusia tidak bisa langsung menyembah. Karena melihat orang banyak masuk di bait penyembahan kemudian mendadak rela menyembah, itu nggak bisa. Kalau manusia tidak percaya Tuhan, sulit untuk menyembah. Kalau tidak sayang sulit buat percaya. Dan nggak bisa sayang kalau nggak kenal.

Dimulai dari itu dulu. Kesiapan. Kenali Tuhan adalah dasar dari segala sesuatu. Setelah itu kita akan bisa melakukan dan membangun sesuatu. Entah mau selibat, menikah, mempunyai pasangan, atau memulai bisnis, atau mau kerjasama dengan orang lain, ini itu, ‘ngapain aja’ dasarnya mesti mengenal Allah dan Tuhan dulu. Kalau tidak akan gampang runtuh karena dasarnya nggak kuat. Pengenalan Allah secara pribadi itu adalah dasar yangg pertama dan harus kuat.

Makanya, takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan. Hubungan apapun, kita mau tahu bagaimana sih cara membangun hubungan yang benar, bagaimana sih kita menjalani setiap harinya dalam hidup ini. Kalau awalnya kita nggak takut akan Tuhan, kita nggak akan tahu pengetahuan yang besar tentang arti hidup ini. Jadi semuanya dimulai dari Tuhan. Bukan karena untuk kepentingan Tuhan, atau semacam syarat: “Nih saya mau kasih kamu pasangan tapi kenali Aku dulu”, semacam narsisme gitu ya, kita sering berpikir begitu. Bukan itu. Maksud Tuhan adalah demi kepentingan dan kebaikan kita, bukan untuk kepentingan Tuhan. Karena kalau dasarnya sudah salah, kita pasti melangkah akan salah juga.

Contohnya, kita mencari pacar bisa saja dengan cara dan alasan yangg salah. “Gue malu nih dibilang kesepian nggak ada pasangan!”. Ya sudah deh, jadinya alasan kita punya pacar biar dilihat orang itu keren aja, punya pacar kayaknya laku gitu, jangan sampai nggak laku-laku. Alasan yang salah pasti akan mengarahkan kepada langkah yang salah, karena tujuannya sudah pasti salah. Alasan berkaitan dengan tujuan. Kalau alasannya itu adalah takut dilihat orang nggak laku, maka tujuannya supaya dilihat orang itu laku. Nah, pasti langkahnya juga akan salah!!! Jadi kita harus tau banget, alasan yangg terutama itu adalah karena Tuhan, kita hidup karena Tuhan, tujuan juga buat Tuhan. Jadi setiap yang kita lakukan ini adalah buat Tuhan, termasuk hubungan pacaran kita.

Sebelum pacaran, kami berdua singleness dulu nih! Puji Tuhan, Tuhan mengijinkan kami berdua hidup sesuai jalur-Nya. Seperti waktu single pun fokus dan tujuan kami bukan cari pacar waktu itu. Jadi benar-benar karena kami masing-masing rindu ketemu Tuhan secara pribadi. Kami belum saling kenal, masih mengenali Tuhan secara pribadi dulu. Masih terpesona sama kasih Tuhan. Sudah sayang banget sama Tuhan, di tahap in loving God! Kok Tuhan itu baik banget, saya mau melayani Tuhan, melakukan apa yg Tuhan mau. Ternyata memang itu ada di dalam Alkitab. Matius 6:33, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”.

jJadi kita jangan fokus ke “tambahan-tambahan yang bakal dikasih Tuhan” karena itu bagian kita yang mengerjakan ketika kita tahu arti hidup ini untuk Tuhan dan kerajaan-Nya. Kita harus fokus dengan Tuhan saja. Ternyata, eh kami diberi kepercayaan untuk dikenalin lah satu sama lain, dan kita jadi saling kenal. Bersyukur, kami adalah saksi hidup bahwa di mana masing-masing lagi single dan sungguh-sungguh hidup buat Tuhan, ternyata Tuhan tambahkan sesuai dengan janji-Nya. Semua akan ditambahkan kalau kita benar-benar setia dan fokus sama Tuhan. Bukan kita invite sendiri sibuk cari-cari pasangan. Kami berdua yakin, kalau kita semua hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan di jalurnya Tuhan, pasti Tuhan juga akan bekerja dengan cara yang sama untuk hidup kita.

Karena berkat seindah apapun, kalau dikasih ke seorang penyembah berhala itu akan rusak. Bukan dinikmati bukan disyukuri tapi malah disembah. Berkat seindah apapun dipercayakan ke tangan seorang penyembah berhala akan jadi kotor. Dan kalau Kristus saja nggak cukup, everything and everyone else punya potensi untuk jadi berhala, malah jadi “butuh”. Padahal itu dimaksudkan sebagai “bonus” dan sebagai “berkat” seharusnya. Tapi jadi rusak karena kita belum siap. Makanya kesiapan itu penting. Ketika kita sendiri saja blm percaya bahwa berkat Tuhan itu mencukupkan, apalagi dikasih yang berikutnya. Kerajaan sorga akan bekerja seperti ini nilainya: Kesetiaan pada perkara kecil akan selalu membawa kepercayaan kita kepada hal-hal yang besar. Tuhan selalu melihat hal itu. “Ketika kamu sendiri, kamu sudah cukup belom sama Saya? Kalau sama saya nggak cukup maka hal-hal lainnya juga nggak akan cukup”.

Makanya Adam itu dibuat pertama nggak langsung sepasang, dia sendiri dulu, single. Ada sesuatu yang profound, benar-benar harus direnungkan dan dihidupi oleh Adam secara pribadi bersama Allah. Artinya ketika single Tuhan bilang harus percaya bahwa Tuhan saja itu sudah cukup, sisanya disebut “tambahan”. Selama yang lain masih utama, kita belum siap dan nggak bakal dikasih kepercayaan apapun. Karena ya itu tadi, kita masih menjadi penyembah berhala. Semua berkat seindah apapun jadi kotor. Distraction. Perhatian dari Tuhan yang selalu tidak pernah mencukupkan akan membawa kepada kebutuhan. Ingat, kita akan mulai runtuh ketika mengalihkan pandangan dari Tuhan. Tapi mulai pulih ketika melihat Tuhan.

Seperti bangsa Israel di tengah perjalanan, satu bangsa digigit ular, semuanya keracunan, disuruh ngapain? Musa mengambil tongkat, gambar ular yang sekarang dipakai jadi logo medis, IDI. Semua melihat itu dan sembuh. Sekarang, hapus deh ular. Ingat, dia tidak mengenal dosa dijadikan dosa karena kita. Yesus tersalib di kayu salib, sedangkan ular lambang iblis dan dosa. Karena Yesus mati di kayu salib, menebus dosa kita, kita dipulihkan. Dimulai dari Tuhan, karena Dia awal dan akhir, kita di tengah-tengah. Kehadiran Tuhan Yesus saja itu sudah cukup. Ingat, semuanya tambahan. Mentalnya itu dulu. Carilah dahulu Kerajaan Allah maka semuanya akan ditambahkan. Sebelum kita pandang semua itu tambahan, susah. Kita nggak akan dipercaya Tuhan karena kita nggak ready, nggak siap kesepian/single.

Kayak kita aja nih, mau malmingan diajak keluar sama teman. Eh yuk, jalan yuk! Dah siap belom? Yuk jalan. Ke mana? Yaudah jalan dulu aja. Nah loh, terus mesti siap kayak gimana? Kita mau gitu siap dengan orang yang nggak jelas mau ke mana. Sebaiknya siapkan dulu, tahu dulu tujuannya mau ke mana, baru kita siap mengajak yang lain jalan sama kita. Pada akhirnya ketika kita single persiapannya sama: kita harus siap untuk mengenali siapa diri kita. Mengenal Tuhan akan membantu mengenali diri kita. Fokusnya bukan cari anak Tuhan tapi menjadi anak Tuhan. Karena kekristenan ini adalah proses untuk menjadi diri sendiri. Ini proses kembali ke desain awal Tuhan. Karena semuanya sudah rusak, dan kita identik dengan pemulihan. Kita perlu dipulihkan dari kondisi yang rusak dan diawali dengan mengenal Tuhan dulu, Sang Pencipta kita.

“Kita semua harus menjadi seperti kristus!”, kayaknya kristen banget ya bahasanya. Dan kita kadang juga bingung, nah buat apa ya aku ada di dunia. Kita nggak tau alasan-Nya, berat banget yah. Padahal kitanya saja yang nggak sadar kalau dari awal kita ini diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Makanya kita semua sedang dikembalikan ke desain awal Tuhan. Adam pertama gagal, dan ada Adam kedua yang tidak pernah gagal, yaitu Yesus. Makanya kita harus kembali lagi dijadikan seperti awalnya. Kita ini single-single-Nya. Adam awalnya bukan berdua sama hawa. Adam sendiri dan percaya sama Tuhan. Nah, bukan karena kita ini pacarnya siapa dan aku percaya  Tuhan, bukan itu. Tapi karena kita sendiri pun harus menyerahkan diri secara pribadi kepada Tuhan. Jadi semuanya itu personal. Mengenal Tuhan. Kesiapan pribadi singleness adalah mengenal Tuhan. Bukan untuk kepentingan Tuhan tapi untuk kebaikan kita dan untuk kemuliaan Tuhan, karena Dia Sang Pencipta kita. MK.

(Firman disampaikan Ps. Christofer Tapiheru dan istrinya, Lovelia Chandradinata, saat gelaran Unlimited Fire Conference 2019 di Holy Stadium Semarang)

 



Leave a Reply