

eBahana.com – Syarat ke tiga untuk menerima kelimpahan Allah adalah menghormati Allah dan sesama kita dengan apa yang kita beri. Prinsip-prinsip “memberi milik kita-uang atau apa pun-adalah cara yang ditahbiskan oleh Allah untuk menghormati Allah dan orang lain. Banyak orang Kristen gagal mengerti kebenaran ini bahwa sebenarnya ada persyaratan dalam cara kita menggunakan apa yang kita terima. Kita menghormati dengan memberi.
Dalam Roma 13:7 Paulus membuat sangat jelas bahwa ada orang-orang yang patut kita hormati: “Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.” Kita semua mengerti kewajiban kita membayar pajak. Namun Paulus juga berkata kewajiban kita memberi hormat-dan apapun kewajiban kita, kita diharuskan melakukannya. Satu cara kita memberi hormat adalah cara kita mengurus keuangan kita. Kitab Suci mengungkapkan empat jenis orang kepadanya kita harus memberi hormat.
Pertama, kita disyaratkan memberi Allah porsi-Nya, “Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya” (Amsal 3:9-10).
Kita memberi Allah yang pertama dan terbaik dari segalanya-buah-buah sulung. Cara yang ditunjuk menurut Kitab Suci untuk memastikan kita melakukan itu adalah memberi Tuhan perpuluhan, sepersepuluh pertama dari semua pendapatan kita. Jika kita melakukan ini, Ia berjanji memberkati dan melimpahi sisanya yang kita simpan untuk diri kita sendiri. “maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya” (Amsal 3:10). Itu adalah kelimpahan, dan dimulai dengan menghormati Tuhan dengan kekayaan kita-membawa kepada-Nya yang pertama dan terbaik yang kita miliki dalam bidang keuangan dan material kita.
Kita bisa menghormati Tuhan dengan kekayaan kita atau kita bisa tidak menghormati-Nya. Kita hanya memiliki dua kemungkinan itu. Jika kita tidak memberi-Nya berlimpah-limpah dan secara cuma-cuma, kita tidak menghormati-Nya. Namun jika kita menghormati-Nya, akan kembali pada kita dalam kelimpahan.
Kembali ke Perjanjian Lama, kita mendapatkan banyak prinsip-prinsip yang mengatur urusan keuangan kita, dengan referensi khusus pada memberi dari perpuluhan kita kepada Allah.
Apa arti kata “perpuluhan.” Perpuluhan adalah sepersepuluh pertama dari pendapatan yang kita terima.
Jika kita mengombinasi apa yang Kitab Suci katakan secara eksplisit dalam kitab Imamat 27:30, dengan referensi-referensi lain dalam kitab Bilangan termasuk kitab lain seperti Maleakhi, Allah pada dasarnya berkata, “Perpuluhan milik-Ku.” Dalam terang itu, tidak akurat mengatakan kita “memberi” perpuluhan kita kepada Allah.
Kita “membayar”-kita berhutang.
Perpuluhan adalah dasar-fondasi pemberian Kristen. Lalu ada persembahan, yang kita pilih untuk memberi. Persembahan melebihi dan di atas yang kita diwajibkan atau berhutang. Allah berkata kepada umat-Nya, “Kamu telah menipu Aku, pertama, dalam perpuluhan dan lalu dalam persembahanmu.”
“Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?” Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!
Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa!
Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.
Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam.
Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam” (Maleakhi 3:8-12).
Berikut poin-poin dari ayat-ayat Kitab Suci ini signifikan: pertama, ketidakberhasilan dalam mengurus keuangan kita membawa kita berada di bawah “kutuk.” Bagian dari kutuk dimana Kristus menawarkan pembebasan bagi kita.
Kedua, dalam Kitab Suci, “iman esensial.” Kita disyaratkan untuk membawa perpuluhan sebelum kita menerima berkat-berkat yang dijanjikan. Allah berkata, “Uji Aku dalam hal ini sekarang, ” yakni, dengan membawa perpuluhan kita. Nas ini menawarkan kita tidak ada jalan lain dimana kita memenuhi syarat mendapatkan berkat. Ketiga, tindakkan iman yang Allah syaratkan “dalam alam material,” dan berkat-berkat yang Ia janjikan, begitupula “dalam alam material.” Berkat tidak turun melalui berdoa. Melainkan turun melalui perpuluhan. Kita boleh berdoa selama-lamanya, namun “jika kita tidak membawa perpuluhan kita, kita tidak memiliki klaim atas berkat yang dijanjikan.”
Nas dari Maleakhi di atas mengatakan pada kita satu hal: bahwa Allah membuat catatan.
Seribu lima ratus tahun sebelum Kristus, Musa meletakkan ordonansi (ketetapan) perpuluhan untuk Israel. Sekitar tiga ratus tahun sebelum Kristus datang Maleakhi membawa pesannya kepada umat Allah. Jadi Allah sudah menyimpan catatan selama seribu dua ratus tahun. Ia tidak memperingatkan mereka, namun suatu hari Ia akan datang dengan perhitungan-Nya. Ia berkata, “Kamu telah menipu Aku. Akibatnya kebalikan dari diberkati-Aku memberkati kamu, Aku menurunkan kutuk ke atas kamu.” Allah menyimpan perhitungan setiap orang dari kita. Ia tahu berapa banyak kita sudah beri pada-Nya seluruh hidup kita.
Dan dalam Roma 14:12 dikatakan: “Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.” Kata yang digunakan untuk “memberi pertanggungan jawab” dalam bahasa Yunani berarti yang terutama, namun tidak ekslusif “pertanggungan jawab keuangan.”
Suatu hari setiap dari kita sebagai orang percaya dalam Yesus Kristus harus memberi pertanggungan jawab apa yang kita sudah lakukan dengan keuangan kita.
Faedah-faedah perpuluhan juga mencakup nasional. Ini benar. Dimana orang-orang Kristen memberi perpuluhan secara reguler, Allah memberkati seluruh negeri. Kepada Israel Ia berkata, “Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa!” Namun dilain pihak, Ia berkata, “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.
Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam.
Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam” (Maleakhi 3:10-12). Perhatikan, kutuk seluruh bangsa; berkat seluruh bangsa.
Kita tidak berbicara mengenai hukum. Kita berbicara mengenai kasih karunia. Lebih jauh, hukum perpuluhan tidak berasal dari Hukum Musa. Dalam Kejadian 14:18-20, Melkisedek menampakkan diri pada Abraham dan memberkatinya, dan sebagai balasan Abraham memberi kepada Melkisedek sepersepuluh dari semua. Itu lebih dari empat ratus tahun sebelum Hukum Musa.
Dan Abraham ditulis dalam Kitab Suci (Roma 4) sebagai pola bagi semua yang percaya. Abraham adalah bapa semua orang percaya-yang mengikuti hidup dan imannya. Satu dari langkah vital iman Abraham ketika Melkisedek, imam tinggi Allah, menampakkan diri pada Abraham, Abraham memberi padanya “sepersepuluh dari semua.”
Sangat menarik karena surat Ibrani meletakkan penekanan besar pada fakta bahwa Yesus Kristus adalah Imam Besar setelah urutan Melkisedek. Dan imam urutan Melkisedek yang menampakkan diri pada Abraham. Imam urutan Melkisedek ini memberi Abraham roti dan anggur-dua lambang Perjamuan Kudus. Sebagai balasan Abraham memberi padanya sepersepuluh dari semua. Dan saat Perjamuan Terakhir Yesus memberi kepada para murid-Nya roti dan anggur, Ia mengatakan pada mereka dengan tindakkan itu, “Aku imam setelah urutan Melkisedek.”
Sebagaimana alkitabiah bagi kita hari ini untuk menerima lambang Perjamuan Kudus dari Tuhan, demikian pula alkitabiah bagi kita untuk membawa persepuluhan kepada Tuhan. Dua hal itu bersama-sama. Perpuluhan adalah bagian dari imamat Melkisedek, dan Kitab Suci berkata dalam Ibrani 7:24 imamat yang tidak berubah dan tidak pernah berlalu.
Imamat Lewi sudah berlalu, namun bukan imamat Melkisedek. Imamat Lewi dibawah Hukum Musa cabang imamat dimana mereka menerima perpuluhan dari umat Allah dan memberikannya kepada Tuhan. Namun dibawah imamat Melkisedek umat Allah memberi perpuluhan langsung kepada imam. Dan dalam Ibrani 7 dikatakan Kristus “menerima” perpuluhan-(in the present tense)-pada masa sekarang, bukan di masa lalu.
Karena kita dibawah kasih karunia dan bukan dibawah Hukum, tidak dikatakan “Kristus menuntut perpuluhan, ” namun dikatakan “Ia menerimanya.” Bukan hanya Abraham memberi perpuluhan, tetapi Yakub juga melakukan hal itu (Kejadian 28:22).
Perpuluhan tidak dimulai dengan Hukum Musa dan tidak berakhir dengan Hukum Musa. Pola tidak berubah yang berhubungan dengan imamat kekal dan tidak berubah, imamat Melkisedek. Dan Yesus Kristus adalah Imam Tinggi setelah urutan Melkisedek. Ia masih menerima perpuluhan umat-Nya hari ini.
Jika kita kehilangan banyak berkat, kemungkinan kita sekarang mulai mengerti kenapa. Kita bisa berkata, “Bisakah karena itu? Bisakah itu bayangan hitam atas hidup saya? Bisakah itu alasan kenapa saya tidak mengalami kemerdekaan dan sukacita yang orang-orang bicarakan? Kemungkinan kita belum menghormati Allah.
Kedua, kita disyaratkan untuk menghormati orang tua kita dengan pemberian kita. Dalam Efesus 6:2-3 Paulus mengingatkan kita bahwa perintah untuk menghormati orang tua kita membawa janji dengannya. “Hormatilah ayahmu dan ibumu,”-adalah suatu perintah yang penting, seperti nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.”
Perintah untuk menghormati orang tua kita mengandung kewajiban finansial. Dalam Matius 15, orang Farisi mengkritik Yesus karena tidak mematuhi tradisi nenek moyang. Yesus sebaliknya menuduh mereka mematuhi tradisi nenek moyang namun melanggar perintah-perintah Allah. Ia memberi satu contoh spesifik: “Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati.
Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah, orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri” (Matius 15:4-6).
Perhatikan bagaimana kita menghormati orang tua kita: dengan memberi mereka milik kita. Jika orang tua kita mengalami kebutuhan finansial dan dalam kemampuan kita untuk menolong mereka namun kita gagal melakukan itu, maka kita tidak memberi mereka hormat yang menjadi hak mereka.
Ketiga, dengan pemberian kita, kita disyaratkan menghormati hamba-hamba Tuhan yang memberitakan Firman Allah kepada kita dan yang memberitakan untuk kebutuhan-kebutuhan kita. Dalam Kisah Para Rasul 27 dan 28 kita membaca bagaimana Paulus dan rombongannya bertahan dalam perjalanan mereka ke Roma.
Mereka lolos dari kapal karam ke pulau Malta. Tiba dalam keadaan papa kekurangan dalam badai, mereka diterima dengan ramah oleh penduduk pulau. Pada waktu tertentu, Paulus mulai melayani yang sakit di pulau itu dan banyak dari mereka disembuhkan.
Lalu, ketika waktunya tiba bagi Paulus dan rombongannya untuk meninggalkan, penulis berkata bahwa mereka yang sudah dilayani dengan cara ini “Mereka sangat menghormati kami dan ketika kami bertolak, mereka menyediakan segala sesuatu yang kami perlukan” (Kisah Para Rasul 28:10). Dengan menyalurkan kebutuhan finansial dan material Paulus dan rombongannya, penduduk pulau ini memberi hormat yang mejadi hak mereka untuk pelayanan mereka.
Ini sejalan dengan apa yang Paulus katakan sendiri dalam Galatia 6:6 “jangan hanya dihadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah.” Ketika jemaat atau orang-orang percaya diajarkan kebenaran-kebenaran Firman Allah, Firman Allah sendiri mensyaratkan mereka menghormati mereka yang memberi pelajaran-mereka yang melayani kepada orang-orang dan berdoa bagi mereka-keluar dari hal baik yang Allah sudah berikan kepada mereka.
Keempat, dengan pemberian kita, kita disyaratkan untuk menghormati penatua yang mengatur kita dalam gereja. Paulus berkata: “Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar.
Bukankah Kitab Suci berkata: “Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik,” dan lagi “seorang pekerja patut mendapat upahnya” (1 Timotius 5:17-18).
Jelas kehormatan yang Paulus miliki di pikirannya adalah finansial dan material. Lebih setia penatua-penatua dalam tugasnya, harus lebih hati-hati lagi kita melihat bahwa mereka dibayar dengan cara yang mengekspresi kehormatan sejati.
Paulus berbicara disini mereka yang mengatur Gereja-penatua-penatua, sesepuh yang matang bijaksana dan dituakan, pemimpin-pemimpin umat Allah. Ia berkata, “Jika mereka melakukan pekerjaan mereka dengan baik, dan khususnya jika mereka mengajar Firman Allah, mereka berhak mendapatkan upah dua kali lipat.”
Untuk membuat jelas dan untuk memastikan bahwa setiap orang mengetahui apa yang ia maksud dengan “upah dua kali lipat,” ia melanjutkan di ayat berikutnya untuk menjelaskan: ” Kitab Suci berkata, janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik,” dan lagi “seorang pekerja patut mendapat upahnya.” Kehormatan yang Paulus bicarakan bukan hanya kata-kata indah, bukan hanya kata-kata apresiasi, bukan hanya mengatakan “terima kasih.” Sangat riil kehormatan berbentuk material. Menambah upah atau pembayaran finansial kepada mereka yang melayani umat Allah dengan baik di gereja.
Maka, kita melihat, kita menunjukkan hormat dengan memberi dalam empat arah: kepada Allah, kepada orang tua kita, kepada hamba-hamba Allah yang melayani kebutuhan-kebutuhan kita, dan kepada penatua-penatua yang mengatur kita dalam Gereja. Ini syarat ketiga kita untuk kelimpahan. Signifikan dalam bahasa Inggris
-kita sering menggunakan frasa, “membayar kehormatan.” Jika kehormatan yang kita berikan kepada Allah atau orang lain tidak ada biayanya, maka kita tidak memberi kehormatan riil.
OLEH LOKA MANYA PRAWIRO.