Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Memberi Diri Kita Kepada Allah




eBahana.com – Sementara Allah memberkati kita dengan kelimpahan, secara alami kita akan memiliki banyak untuk dibagikan, dan ini benar dalam setiap bidang kehidupan kita. Namun semua dimulai dengan beberapa langkah esensial.

Pertama dan terpenting, “pemberian kita dimulai dengan memberi diri kita sepenuhnya kepada Allah.” Kita tidak bisa membeli hak istimewa Allah dengan memberi. Kita tidak bisa membeli keselamatan dengan memberi. Langkah pertama yang benar dalam hubungan yang benar dengan Allah adalah memberi diri kita kepada-Nya.

Paulus berkata dalam 2 Korintus 8:5 mengenai orang-orang di Korintus “‘Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah.’ Kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.” Dan ini urutan yang benar. Pertama memberi diri kita kepada Allah. Apakah kita sudah memberi diri kita kepada Allah? Jika kita sudah, kita tahu bahwa kita bukan lagi milik kita sendiri. Jika kita sudah memberi diri kita kepada Allah, kita menjadi milik Allah. Kita harus yakin. Kita tidak bisa menjadi milik Allah dan bukan milik Allah sekaligus. Jika kita sudah memberi diri kita kepada Allah, kita menjadi milik Allah. Semua yang kita miliki juga milik Allah.

Ketika kita memberi diri kita kepada Allah, dan tahu semua yang kita miliki adalah milik-Nya, hal-hal indah akan terjadi.

Kedua, “pemberian kita kepada Allah menarik kasih Allah ke atas kita. Ketika kita memberi kepada Allah kita memfokuskan kasih Allah atas kita. 2 Korintus 9:7 berkata, “Allah mengasihi orang yang memberi dengan suka cita.” Jadi kalau kita benar-benar ingin yakin Allah mengasihi kita, apa yang harus kita lakukan? Memberi dengan suka cita. Kata “suka cita,” dalam bahasa Yunani “hilaros” asal mula kata Inggris “hilarious.” Allah mengasihi orang yang memberi dengan suka- cita.

Setelah Daud berdosa dan bertobat, ia berkata kepada Allah, “perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh atau bebas” (Mazmur 51:12). Kata “bebas” dalam bahasa Ibrani berhubungan langsung dengan kata yang digunakan untuk “memberi dengan bebas.” Roh Kuduslah Roh yang menolong orang-orang memberi dengan bebas. Ketika Roh Kudus memerintah, kita memberi dengan sukacita. Kita menikmati memberi. Roh Kudus membantu kita menikmati agama kita. Tanpa Roh Kudus, agama membosankan.
Sebagian besar orang mempertahankan agama mereka. Namun orang-orang yang berserah kepada Roh Kudus menikmati agama mereka – dan bagian dari agama mereka adalah pemberian mereka. Kita tidak bisa memisahkan aspek itu.

Ketiga, “pemberian kita bukti dari kasih kita.” Paulus mengatakan ini dua kali dalam 2 Korintus 8:8: “Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah…. aku ingin menguji keikhlasan hatimu.”

Ini pernyataan yang menyelidiki, namun kita tahu dalam hati kita itu benar. Siapa pun menipu jika berbicara mengenai mengasihi Allah namun enggan memberi. Kasih seperti itu tidak tulus. Namun Paulus berkata, “Disini kesempatan membuktikan ketulusan kasih kita.”

Lalu, dalam pasal yang sama, berbicara mengenai tema yang sama, Paulus berkata, “Karena itu tunjukkanlah kepada mereka di hadapan jemaat-jemaat bukti kasihmu dan bukti kemegahanku atas kamu” (2 Korintus 8:24). Orang-orang sering berkata bahwa memberi harus dilakukan tersembunyi. Paulus menasihati untuk memberi di muka umum di hadapan jemaat-jemaat sebagai bukti kasih kita.

Ada banyak pembicaraan bodoh mengenai tidak melakukan pemberian di muka umum, namun Paulus berkata, “Karena itu tunjukkanlah kepada mereka di hadapan jemaat-jemaat bukti kasihmu dengan memberi.” Dalam 1 Yohanes, ia berkata, “Anak- anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” (1 Yohanes 3:18). Jika kita tidak bersedia memberi kepada Allah, maka kita mengasihi Allah hanya dengan kata-kata dan dengan lidah bukan dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Jangan membohongi diri sendiri, karena kita tidak bisa membohongi Allah. Memberi adalah bukti ketulusan kasih kita.

Keempat, “kita memberi karena kita semua memiliki cukup.” Allah sudah membuat anggota-anggota Tubuh Kristus saling bergantung satu sama lain. Benar dalam karunia-karunia Roh: kepada yang satu Ia memberi kata hikmat, kepada yang lain kata pengetahuan, kepada yang satu Ia memberi bahasa lidah, kepada yang lain interpretasinya. Allah sudah mencocokan seluruh Tubuh agar saling bergantung. Ini berlaku juga dalam setiap bidang lain termasuk keuangan.

Paulus berkata kepada orang-orang di Korintus, “Sekarang giliranmu memberi kepada orang-orang Kudus di Yerusalem. Mereka memiliki kebutuhan, dan kamu memiliki lebih dari cukup. Jadi sekarang

giliranmu.” Lalu ia berkata, “Hari lain akan datang ketika giliran mereka memberi kepadamu.”

Ia berkata, “Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan.
(2 Korintus 8:13-15)

Ia lanjut mengatakan, lakukan ini “agar ada keseimbangan. “Seperti ada tertulis: “Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan” (2 Korintus 8:14-15).

Paulus mengutip dari Keluaran 16 mengenai anak-anak Israel pergi keluar kemah untuk mengumpulkan mana. Kita ingat Allah memelihara makanan mereka melalui mana yang turun setiap awal pagi seperti embun mengelilingi kemah. Setiap orang Israel harus pergi keluar setiap hari dan mengumpulkan mananya. Dan Allah berkata setiap orang mendapat sebanyak yang ia bisa makan dan ukuran itu menjadi “omer,” atau dalam bahasa Ibrani artinya ukuran cukup.

Jadi ketika mereka pergi keluar dan mengumpulkan, mereka membawa kembali apa yang mereka dapat. Beberapa mendapat banyak, beberapa mendapat sedikit. Namun ketika mereka membaginya, mereka mendapatkan setiap orang menerima dengan tepat jumlah yang cukup – omer. Paulus berkata ini berlaku juga dalam keuangan. Beberapa orang memiliki banyak, lainnya sedikit.
Namun jika orang-orang yang memiliki terlalu banyak membagi dengan lainnya, kita akan mendapatkan setiap orang memiliki cukup. Ada keseimbangan. Jika kita memiliki terlalu banyak dan kita tidak membagi, saudara-saudara kita akan merasa terbebani.

Kelima, “pemberian kita melengkapi dan membangun kebenaran kita” bahwa kita memiliki iman dalam Yesus Kristus. Dalam 2 Korintus, Paulus mengutip Mazmur 112:9. Seluruh Mazmur mengenai kebenaran, dan Paulus berkata, “Seperti ada tertulis: “Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran- Nya tetap untuk selamanya” (2 Korintus 9:9).

Apa yang membuat orang benar kokoh dibangun dengan permanen? Pemberian orang itu. Dan ini benar secara absolut. Pemberian kita yang pada akhirnya meletakkan meterai pada komitmen kita kepada Yesus Kristus.

Investasi lebih banyak dalam Kerajaan Allah. Yesus berkata, “Dimana hartamu berada, disitu pula hatimu berada.” Letakkan harta kita dalam diri kita; hati kita akan mengikutinya.” Dan itu benar.

Yesus tidak membuatnya spiritual. Ia tidak berkata dimana hatimu berada, hartamu akan mengikuti pula.” Ia berkata, “Dimana hartamu berada, disitu pula hatimu berada” (Matius 6:21). Jika kita ingin lebih giat bersemangat dalam ibadah gereja, investasi sedikit lebih banyak. Jika kita ingin menjadi lebih giat bersemangat dalam misi-misi penginjilan, investasi sedikit lebih banyak. Kita akan heran berapa banyak kita perduli ketika kita sudah investasi. Ini hukum spiritual kekal, tidak bisa dirubah.

Ketika hati kita berada dalam Kerajaan Allah, disitu pula hati kita berada. Kita tidak bisa menghindarinya.

Investasi dalam Kerajaan Allah, maka kita akan memiliki komitmen pada Kerajaan Allah. Sebarkan dan memberilah, maka kebenaran kita akan tinggal tetap selamanya. Banyak orang Kristen baru.
Mereka tidak pernah benar-benar dibangun sampai mereka belajar

memberi secara sistimatik kepada Allah. Ini satu alasan begitu banyak orang muda dan orang muda Kristen naik turun dalam iman
– karena mereka tidak memiliki komitmen. Satu cara benar untuk memiliki komitmen adalah dengan memberi secara sistematik dan dengan bebas untuk Kerajaan Allah. Orang-orang yang secara finansial memiliki komitmen, dibangun dengan baik dan stabil; kebenaran mereka akan tetap selamanya.

Keenam, “pemberian kita adalah jaminan terhadap masa-masa sukar dan jahat.” Jika kita memberi secara reguler, Allah bertanggung jawab penuh untuk semua kebutuhan kita. Maka jika kita punya kebutuhan, kita bisa datang kepada Allah dan berkata, “Perpuluhan saya sudah dibayar penuh. Ini yang sudah saya berikan untuk misi.” Allah jauh lebih setia dibanding siapa pun. Kita bisa mempercayai-Nya. Allah tidak terbatas.

Dalam Mazmur 37:21, Kitab Suci berkata: “Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang benar adalah pengasih dan pemurah. ” Dalam ayat 25, Daud berkata, “Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti.” Namun perhatikan apa yang duluan ditulis, “orang benar adalah pengasih dan pemurah.” Lalu Daud berkata, “tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti.”

“Lemparkan rotimu ke air, maka engkau akan mendapatkannya kembali lama setelah itu.

Berikanlah bahagian kepada tujuh, bahkan kepada delapan orang, karena engkau tidak tahu malapetaka apa yang akan terjadi di atas bumi” (Pengkhotbah 11:1-2). Apakah kita melihat kalimat terakhir? “karena engkau tidak tahu malapetaka apa yang akan terjadi di atas

bumi.” Krisis ekonomi bisa datang. Siapa tahu? Berikanlah bahagian kepada tujuh, bahkan kepada delapan orang, hanya untuk sedikit asuransi tambahan, “karena engkau tidak tahu malapetaka apa yang akan terjadi di atas bumi.”

Paulus menulis kepada gereja di Filipi. Ia berkata: “Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah. (Perhatikan kata selanjutnya sesuai Alkitab New King James Version)

“Dan” Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus” (Filipi 4:18-19).

Banyak orang Kristen mengutip Filipi 4:19 namun mereka menghilangkan kata “dan” yang menyambungnya dengan ayat sebelumnya. Mereka berkata, “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu, “Paulus menaruh kata “Dan” didepan itu. Ia berkata, “Engkau sudah bertindak dalam iman. Engkau sudah memberi lebih dari apa yang engkau rasa engkau mampu tanggung.” Lalu ada kata “dan”: “Dan Allahku akan memenuhi segala keperluanmu.” Janji itu bukan untuk mereka yang tidak memberi. Sudah pasti tidak. Berlaku hanya untuk mereka yang memberi dengan iman. Lalu, Paulus berkata, Allah tidak akan pernah mengecewakan kita.

Ketujuh, “pemberian kita melalui kasih karunia Allah, dan melalui iman. Bagaimana kita mendapatkan kasih karunia? Melalui iman. Ini benar dengan semua keselamatan, termasuk keselamatan finansial. Dalam Mazmur 78 kita mendapatkan catatan dari semua pemeliharaan Allah untuk Israel – bagaimana Ia membawa mereka keluar dari Mesir, bagaimana Ia membawa mereka melalui Laut

Merah, bagaimana Ia memimpin mereka dengan awan, bagaimana Ia memberi mereka makan dengan mana, bagaimana Ia memberi mereka air minum yang keluar dari batu karang, bagaimana Ia menjamin bahwa mereka tidak akan kekurangan, sepatu mereka tidak pernah usang, baju mereka tidak pernah jadi tua, dan setiap kebutuhan dipenuhi. Namun Mazmur 78:22 berkata, “Sebab mereka tidak percaya kepada Allah, dan tidak yakin akan keselamatan dari pada-Nya.”

Kata “keselamatan” adalah kata alkitabiah untuk setiap pemeliharaan kasih karunia Allah bagi umat-Nya – Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sama. Satu kata mencakup semua yang menyimpulkan semua adalah “keselamatan.” Setiap prinsip yang diaplikasikan pada keselamatan pada umumnya diaplikasikan pada semua aspek pemberian kita.

Seluruh prinsip dijabarkan dalam Efesus 2:8: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.” Saluran yang membawa kasih karunia Allah kedalam kita adalah iman. Tanpa iman kita tidak memiliki saluran.
Allah mencurahkan berkat-Nya namun tidak ada yang mengalir ke kita karena kita tidak memiliki salurannya. Agar menerima kasih karunia, kita harus menggunakan saluran iman. Maka berkat Allah akan mengalir ke saluran kita kedalam kehidupan kita – berkat spiritual, fisikal dan finansial. Semua adalah keselamatan.

Ada dua belas tempat dalam Perjanjian Baru Yunani dimana kata Yunani untuk “diselamatkan” digunakan secara spesifik untuk kesembuhan fisikal. Kesembuhan hanya satu aspek dari keselamatan – kesembuhan fisikal. Keselamatan penuh berpusat dalam satu Pribadi, Yesus Kristus, yang adalah Juru Selamat, Tabib Penyembuh, Pembebas, Pembaptis dengan Roh Kudus. Satu dari

nama besar perjanjian kekal yang tidak berubah (satu dari tujuh nama perjanjian Jehovah) adalah Pemelihara Besar: “Jehovah-jireh, “TUHAN akan menyediakan.” Setiap satu dari nama perjanjian itu mengungkapkan aspek kekal, kodrat Allah yang tidak berubah seperti “TUHAN yang tidak berubah.” Ia Pemelihara seperti Ia Juru Selamat atau Tabib Penyembuh atau Pembebas atau Pembaptis.
Dan semua termasuk dalam keselamatan mulia ini.

Mengingat karya Kalvari, karya yang sempurna – sempurna dalam setiap segi, sempurna dalam setiap aspek.” Sempurna dalam aspek finansial seperti sempurna dalam setiap aspek lain. Bagian dari kasih karunia. Diterima melalui iman. Kasih karunia datang melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus di kayu salib menjadi miskin agar kita melalui kemiskinan-Nya menjadi kaya. Semua melalui salib, semua melalui kasih karunia; semua melalui iman.

Dalam poin terakhir ini, kita memperhatikan satu prinsip besar: “Kita harus bertindak dalam iman.” Iman tanpa perbuatan adalah mati.
Iman tanpa tindakan-tindakkan yang sesuai adalah mati.” Iman mati tidak menghasilkan hasil-hasil hidup. Banyak orang berkata mereka percaya, namun hanya kata-kata tanpa tindakkan. Mereka duduk dengan pasif, tidak aktif, tidak melakukan apa-apa.

Iman mati, dan mereka orang-orang Kristen mati. Iman tanpa perbuatan adalah mati. Kata Yunani begitu jelas. Berarti “mayat.” Menjijikan, namun itu bagaimana dengan iman tanpa perbuatan.

Apakah kita benar-benar percaya pada Allah? Jika kita benar-benar percaya, kita bersedia melakukan perbuatan dalam iman dengan kelimpahan kita. Jika kita tidak bertindak dalam iman, sama dengan ketidakpercayaan. Semuanya itu. Ketidakpercayaan – yang

dikombinasikan dengan ketakutan. Dua dosa kutukan yang mematikan – ketakutan dan ketidakpercayaan.

Dalam kitab Wahyu 21:8, dua kategori orang yang dibuang kedalam “lautan api” adalah orang-orang penakut dan orang-orang yang tidak percaya. Dan selain mereka orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah – penyembah berhala dan semua pendusta akan mendapat bagian mereka di dalam lautan api. Namun dua kategori orang pertama yang akan mengalami penghukuman kekal dalam lautan api adalah orang-orang penakut dan orang-orang yang tidak percaya.

Apa yang akan menahan kita memberi diri kita kepada Allah kecuali ketakutan dan ketidakpercayaan? “Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu” (Kisah Para Rasul 20:27). Ketika Paulus menggunakan kata-kata “Aku tidak lalai, ” mengindikasikan selalu ada banyak tekanan melawan pengkhotbah untuk tidak mengatakan seluruh kebenaran Injil mengenai beberapa subjek.

Mari kita dengan singkat merikapitulasi apa yang sudah kita bahas sejauh ini. Kita sudah fokus pada kasih karunia Allah menyediakan pemeliharaan penuh untuk kita, dan kasih karunia dalam diri kita yang menyebabkan kita memberi dengan sukacita kepada Allah. Kita menunjukkan dalam Perjanjian Baru tidak ada seorang pun mendikte kita apa yang kita berikan. Keputusan pribadi yang harus kita lakukan untuk diri kita sendiri. “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2 Korintus 9:7).

Lalu kita membahas tujuh faktor relevan sementara kita ingin memberi diri kita dan sumberdaya kita kepada Tuhan: pertama dimulai dengan memberi diri kita sendiri, kedua, memberi menarik kasih Allah kepada kita. Allah mengasihi pemberi yang sukacita.
Ketiga, memberi adalah bukti ketulusan kasih kita kepada Allah dan umat-Nya, keempat, ketika umat Allah membagi, semua memiliki cukup, kelima, memberi melengkapi dan membangun kebenaran kita melalui iman dalam Yesus Kristus, keenam, memberi adalah jaminan kita menghadapi masa-masa sukar dan jahat, ketujuh, memberi melalui kasih karunia, disertai dengan iman.

Dalam alam keuangan, hukum menabur dan menuai diaplikasikan sebanyak dalam alam lainnya. “Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga” (2 Korintus 9:6). Fakta yang tidak bisa dirubah.

Mari kita ikuti nasihat sementara kita mempelajari prinsip pemeliharan melimpah Allah. Praktikkan memberi. Buat keputusan untuk menjadi dermawan. Jangan kikir. Jangan diam dan berkata, “saya mungkin tidak akan dapat lagi.” Ukuran yang kita pakai untuk memberi akan menjadi ukuran yang kita terima kembali. Tujukan dalam hati kita bahwa kasih karunia memberi, disertai dengan iman, akan bekerja dalam hidup kita.

Mari kita berdoa untuk memberi diri kita kepada Allah. Ini bisa menjadi momen penting perubahan hidup kita sementara kita mengkomitmenkan diri kita dan sumberdaya kita kepada Tuhan. Jika kita ingin mengkomitmenkan diri kita sepenuhnya pada kebenaran- kebenaran yang kita sudah pelajari, mari kita berdoa dengan suara keras seperti berikut:

Tuhan Yesus, saya datang kepada-Mu dengan kasih karunia-Mu, dan dengan iman dalam nama-Mu. Saya ingin mengkomitmenkan diri saya sepenuhnya kepada-Mu saat ini, dan saya ingin memberi kepada-Mu segala sesuatu dan segala sesuatu yang saya miliki. Saya mengakui tidak ada apa pun yang saya miliki benar-benar milik saya. Semua karunia yang saya terima dari-Mu. Dan sekarang, saya meletakkannya dalam tangan-Mu, mengembalikannya kepada-Mu dengan ucapan terima kasih. Saya bukan milik saya, melainkan saya sudah dibeli dengan darah-Mu yang berharga. Engkau sudah membeli saya, dan saya memberi diri saya sekali lagi kepada-Mu.

Tuhan Yesus, sementara saya meletakkan diri saya dan semua yang saya miliki kedalam tangan-Mu, saya minta Engkau memberi saya kasih karunia dan hikmat untuk mengelola apa yang Engkau sudah beri kepada saya. Tolong saya memberi dengan sukacita, sebagai pemberi yang dermawan. Tolong saya untuk menginvestasikan sumberdaya-Mu dengan bijaksana. Tolong saya untuk merespons pada dorongan Roh Kudus-Mu sementara saya membagi sumberdaya yang Engkau sudah berkati saya. Tolong saya untuk peka dan sadar terhadap orang miskin, umat-Mu, orang-orang Yahudi, dan saudara-saudara saya dalam Gereja yang memiliki kebutuhan. Tolong saya untuk memberi dengan cara yang membawa kemuliaan dan kehormatan bagi nama-Mu.

Dan untuk semua kebaikan dan semua berkat yang mengalir sebagai hasilnya, saya memberi kepada-Mu kehormatan, pujian dan kemuliaan – karena hanya Engkau yang layak menerimanya.

Seluruh diri saya dan semua yang saya miliki dan akan miliki, saya komitmenkan sekarang kepada-Mu dalam kasih dan iman. Dalam nama-Mu Yesus Kristus saya berdoa. Amin Dengan mengucapkan doa ini, kita sudah meletakkan diri kita secara total dalam tangan Tuhan – langkah iman sempurna – Ia pasti akan memberi upah. Kita akan menerima hak istimewa-Nya dan keberhasilan dalam tahun- tahun yang akan datang. Tuhan memberkati kita dengan kelimpahan sementara kita mengalami janji pemeliharaan-Nya.

 

 

OLEH LOKA MANYA PRAWIRO.



Leave a Reply