Memaknai Eden dalam Kehidupan Masa Kini
eBahana.com – Kejadian 2:8–14.
Bila kita menyebut nama Eden, pikiran kita pasti akan teringat pada sebuah taman yang diciptakan Tuhan. Di taman itulah Tuhan menempatkan manusia untuk hidup sebelum akhirnya manusia terusir dari sana karena jatuh dalam dosa.
Dalam Kejadian 2:8, kata yang diterjemahkan sebagai Eden adalah GAN yang berarti taman. Sementara dalam Yesaya 51:3 diterjemahkan PARADEISOS (yang berpagar), yang kemudian mendapat arti ‘taman, halaman kesukaan’.
Sekarang, mari perhatikan ayat berikut ini: “Sebab TUHAN menghibur Sion, menghibur segala reruntuhannya; Ia membuat padang gurunnya seperti taman Eden dan padang belantaranya seperti taman TUHAN. Di situ terdapat kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur dan lagu yang nyaring” (Yes. 51:3).
Bila mengacu pada Yesaya 51:3, kita akan mendapati bahwa di Eden ada kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur, dan lagu yang nyaring. Mengapa demikian? Banyak orang menyangka, Eden seperti taman yang banyak pepohonan hijau, pepohonan yang rindang, hamparan rumput hijau yang menyejukkan mata, sungai kecil nan jernih di bagian tengahnya, dan semua dibingkai dengan suara kicauan burung yang merdu. Nyatanya, Eden bukan hanya taman seperti itu, karena sesungguhnya Eden juga merupakan tempat pertemuan antara Tuhan dan manusia. Di Edenlah nama Tuhan dipermuliakan dan di situ pula manusia yang memuliakan-Nya diberkati.
Selanjutnya, Alkitab menyebutkan ada suatu sungai mengalir dari Eden, atau dari dataran itu dan mengairi taman itu. Nama keempat sungai yang berada di luar Taman Eden, ialah:
1 – PISYON (Kej. 2:11). Pisyon atau Pison artinya Increase artinya meningkat = artinya peningkatan.
גִּיחוֹן . 2 – GIKHON (Kej. 2:13). Gikhon atau Gihon artinya membuih (bursting forth). Juga bisa diartikan sebagai kelimpahan.
חִדֶּקֶל . 3 – KHIDEQEL (Kej. 2:14). Khideqel atau Tigris artinya rapid dan diartikan percepatan.
פְּרָת . 4 – FERAT (Kej. 2:14). Ferat atau Efrat artinya fruitfulness dan diartikan berbuah atau pelipatgandaan.
Secara lahiriah, kita memang tidak lagi bisa kembali ke Eden karena telah jatuh dalam dosa. Namun demikian, secara rohani kita masih tetap bisa menikmati kehidupan seperti di Eden. Caranya adalah dengan menjalankan kehidupan seperti di Eden. Yaitu dengan percaya kepada kasih Tuhan (Yoh. 3:16), percaya seperti yang dikatakan Alkitab (Yoh. 7:38), tetap tekun beribadah (1 Tim. 4:7-8), tidak menjauh dari pertemuan-pertemuan ibadah (Ibr. 10:25), dan memiliki hati yang melekat (manunggal) dalam Tuhan (Mzm. 91:14–16).
Oleh. Pdt. Dr. Johan Biaf, M.Th, Ketua Prodi Magister Teologi dan LPPM, Institut Kristen Borneo Balikpapan KALTIM