Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Masa Lalu dan Masa Depan Israel – Bagian 3




eBahana.com – Dalam Yesaya 1 Allah Sendiri mendeklarasi dosa-dosa Israel kepada mereka semua yang mendengar: “Dengarlah, hai langit, dan perhatikanlah, hai bumi, sebab TUHAN berfirman: “Aku membesarkan anak-anak dan mengasuhnya, tetapi [mereka] memberontak terhadap Aku”(ayat 2).

Bahasa Ibrani menekankan kata “mereka”: berarti anak-anak yang paling Allah pelihara dan besarkan – mereka yang memberontak terhadap-Nya.

Ayat 4-6 menggambarkan bangsa yang sakit dari kepala sampai telapak kaki; tidak ada satu pun tempat yang baik darinya.

“Celakalah bangsa yang berdosa, kaum yang sarat dengan kesalahan, keturunan yang jahat-jahat, anak-anak yang berlaku buruk! Mereka meninggalkan TUHAN, menista Yang Mahakudus, Allah Israel, dan berpaling membelakangi Dia.

Di mana kamu mau dipukul lagi, kamu yang bertambah murtad? Seluruh kepala sakit dan seluruh hati lemah lesu.

Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat: bengkak dan bilur dan luka baru, tidak dipijit dan tidak dibalut dan tidak ditaruh minyak.”

Dalam ayat 12 – 15, Tuhan mendeklarasi bahwa semua upacara-upacara agamawi Israel tidak bisa diterima oleh-Nya, sebaliknya malah memprovokasi penolakkan-Nya. Ia menutup dengan kata-kata: “Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah” (ayat 15).

Tema kedosaan Israel terulang sepanjang Yesaya. Sebagai contoh, tidak ada penulis modern bisa menulis tuduhan atas mereka lebih jelas dan berat daripada kata-kata Yesaya 59:2-8: “…tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.

Sebab tanganmu cemar oleh darah dan jarimu oleh kejahatan; mulutmu mengucapkan dusta, lidahmu menyebut-nyebut kecurangan.

Tidak ada yang mengajukan pengaduan dengan alasan benar, dan tidak ada yang menghakimi dengan alasan teguh; orang mengandalkan kesia-siaan dan mengucapkan dusta, orang mengandung bencana dan melahirkan kelaliman.

Mereka menetaskan telur ular beludak, dan menenun sarang laba-laba; siapa yang makan dari telurnya itu akan mati, dan apabila sebutir ditekan pecah, keluarlah ular beludak.

Sarang yang ditenun itu tidak dapat dipergunakan sebagai pakaian, dan buatan mereka itu tidak dapat dipakai sebagai kain; perbuatan mereka adalah perbuatan kelaliman, dan yang dikerjakan tangan mereka adalah kekerasan belaka.

Mereka segera melakukan kejahatan, dan bersegera hendak menumpahkan darah orang yang tidak bersalah; rancangan mereka adalah rancangan kelaliman, dan ke mana saja mereka pergi mereka meninggalkan kebinasaan dan keruntuhan.

Mereka tidak mengenal jalan damai, dan dalam jejak mereka tidak ada keadilan; mereka mengambil jalan-jalan yang bengkok, dan setiap orang yang berjalan di situ tidaklah mengenal damai” (Yesaya 59:2-8).

Lebih jauh, tuduhan-tuduhan serupa ditemukan pada sebagian besar nabi-nabi lain Israel. Ini semua lebih signifikan karena nabi-nabi yang sama yang menggambarkan dengan detail jelas dosa-dosa Israel juga memprediksi dengan kejelasan yang sama dan detail yang sama “restorasi” Israel.

Jika nabi-nabi Israel buta, sentimental, nasionalistik dan mengabaikan dosa-dosa bangsa mereka, maka kita bisa katakan janji-janji restorasi mereka tidak realistis, hanya angan-angan. Namun karena nabi-nabi yang sama yang menjanjikan “restorasi” adalah orang-orang yang mengucapkan tuduhan-tuduhan, kita tidak melihat logika atau konsistensi dalam tuduhan-tuduhan itu selain menolak janji-janji restorasi.

Namun nabi-nabi Israel mengatakan dengan jelas, janji-janji spesifik restorasi Israel yang akan terjadi dalam dua fase: pertama dengan tanah mereka dan kedua dengan Allah mereka. Kita selalu meletakkan dalam urutan itu karena kita melihat dalam Kitab Suci tujuan-tujuan Allah membawa sebagian besar orang Yahudi kembali ke tanah – dalam keadaan belum diselamatkan, dan tidak dalam iman, agar Ia bisa berurusan dengan mereka disana. Ini dinyatakan dalam Hosea 1:10: “Tetapi kelak, jumlah orang Israel akan seperti pasir laut, yang tidak dapat ditakar dan tidak dapat dihitung. Dan di tempat di mana dikatakan kepada mereka: “Kamu ini bukanlah umat-Ku,” akan dikatakan kepada mereka: “Kamu anak-anak Allah yang hidup.”

Tempat dimana Allah berkata, “Kamu ini bukanlah umat-Ku,” adalah tanah Israel. Karena itu, restorasi orang-orang Yahudi dan diterimanya mereka oleh Allah akan terjadi di tanah Israel.

Ada alasan praktis untuk ini yang tidak mudah diapresiasi dalam versi Kekristenan masa kini di Barat. Dibawah pengaruh nilai-nilai sekular, kita sudah membuat iman Kristen sebagai persoalan hubungan pribadi seseorang dengan Allahnya. Penekanan kita terutama pada kata “ku” – Juruselamat-ku, iman-ku, gereja-ku, pelayanan-ku dan seterusnya. Namun ini tidak merepresentasi dengan akurat perspektif alkitabiah.

Sepanjang Kitab Suci, Allah berurusan dengan individu-individu dalam konteks kelompok lebih besar – keluarga, komunitas, jemaat, bangsa. Ini diungkapkan dalam catatan keselamatan penjaga penjara di Filipi dalam Kisah Para Rasul 16. Penjaga penjara bertanya pada para rasul, “Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?” (ayat 30).

Dalam jawaban yang diinspirasi oleh Roh Kudus, Paulus melampaui kebutuhan pribadi penjaga penjara: “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu” (31).

Keselamatan yang Tuhan tawarkan melampaui penjaga penjara, termasuk seluruh rumah tangganya. Ini norma alkitabiah. Allah secara reguler berurusan dengan individu dalam konteks entitas lebih besar.

Secara historis, selalu demikian cara Allah berusan dengan Israel. Ia secara konsisten berhubungan dengan mereka bukan hanya sebagai individu-individu namun sebagai satu bangsa, yang disatukan melalui perjanjian dengan Allah. Ini bagaimana Allah bermaksud berurusan dengan mereka pada penutupan zaman ini – sebagai satu bangsa. Untuk melakukan ini, Ia harus mengumpulkan mereka sekali lagi ke satu tempat. Tempat yang diindikasi sesuai logika dan sesuai Kitab Suci adalah tanah Israel.

Janji restorasi spiritual lebih jauh ditemukan dalam Yesaya 45:17, 25: “Sedangkan Israel diselamatkan oleh TUHAN dengan keselamatan yang selama-lamanya; kamu tidak akan mendapat malu dan tidak akan kena noda sampai selamanya dan seterusnya…..tetapi seluruh keturunan Israel akan nyata benar dan akan bermegah di dalam TUHAN.”

Itu tidak sederhana! Kata “dijustifikasi” berarti “dibebaskan, diperhitungkan benar dihadapan Allah.” Dengan kata lain, kebenaran Israel akan diperhitungkan pada mereka berdasarkan iman, bukan perbuatan-perbuatan. Maka mereka menjadi keturunan spiritual sejati nenek moyang mereka Abraham, yang ditulis “percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran” (Kejadian 15:6).

Berapa banyak keturunan Israel yang akan dijustifikasi dengan cara ini? “Setiap” orang dijustifikasi. Namun camkan di pikiran bahwa sisa orang-orang Israel ini tinggal sepertiga.

Janji lain restorasi Israel ditemukan dalam Yeremia 32:36-37: “Oleh sebab itu, beginilah firman TUHAN, Allah Israel, mengenai kota ini [Yerusalem], yang engkau katakan telah diserahkan ke dalam tangan raja Babel karena pedang, kelaparan dan penyakit sampar: Sesungguhnya, Aku mengumpulkan mereka dari segala negeri, ke mana Aku mencerai-beraikan mereka karena murka-Ku, kehangatan amarah-Ku dan gusar-Ku yang besar, dan Aku akan mengembalikan mereka ke tempat ini [tanah Israel] dan akan membuat mereka diam dengan tenteram.”

Prediksi ini sudah pasti tidak digenapi secara parsial dan temporer – kembalinya mereka dari Babylon pada masa Zerubabel kepala suku Yehuda di pembuangan. Tidak juga bisa diaplikasikan pada gereja. Namun nas dalam Yeremia 32 ini hanya satu dari banyak nubuat yang mengandung janji sama dari restorasi total Israel.

Dalam Yeremia 32:38-42, Allah melanjutkan: “Maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka.

Aku akan memberi mereka satu hati dan satu tingkah langkah, sehingga mereka takut kepada-Ku sepanjang masa untuk kebaikan mereka dan anak-anak mereka yang datang kemudian.

Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa Aku tidak akan membelakangi mereka, melainkan akan berbuat baik kepada mereka; Aku akan menaruh takut kepada-Ku ke dalam hati mereka, supaya mereka jangan menjauh dari pada-Ku.

Aku akan bergirang karena mereka untuk berbuat baik kepada mereka dan Aku akan membuat mereka tumbuh di negeri ini dengan kesetiaan, dengan segenap hati-Ku dan dengan segenap jiwa-Ku.

Sebab beginilah firman TUHAN: Seperti Aku mendatangkan kepada bangsa ini segenap malapetaka yang hebat ini, demikianlah Aku mendatangkan ke atas mereka keberuntungan yang Kujanjikan kepada mereka” (Yeremia 32:38-42).

Allah mendeklarasi bahwa Ia akan membawa ke atas Israel keberuntungan yang Ia janjikan kepada mereka dengan cara yang sama Ia membawa malapetaka ke atas mereka. Malapetaka yang turun ke atas mereka fakta obyektif historis. Bukan hanya “kiasan” atau “spiritual.” Karenanya, keberuntungan yang Allah akan turunkan ke atas mereka demikian pula fakta obyektif historis. Bukan hanya “kiasan” atau “spiritual.”

Tanah yang mana Allah berkata Aku “akan membuat mereka [umat-Nya] tumbuh” bisa di interpretasi sebagai tanah Israel. Dan jika Allah melakukan ini dengan segenap hati dan segenap jiwa-Nya, siapa yang bisa merubahnya? Sudah pasti bukan pemimpin Palestina! Bahkan bukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Dalam Yeremia 50:19-20, Allah lebih jauh mengungkapkan rencana-Nya untuk merestorasi Israel: “Tetapi Aku akan mengembalikan Israel ke padang rumputnya, supaya ia makan rumput di atas Karmel dan di Basan, dan menjadi kenyang di atas pegunungan Efraim dan di Gilead. [Gilead saat ini bagian dari negara Yordania].

Pada waktu itu dan pada masa itu, demikianlah firman TUHAN, orang akan mencari kesalahan Israel, tetapi tidak didapatnya, dan dosa Yehuda, tetapi tidak ada ditemukannya, sebab Aku akan mengampuni orang-orang yang Kubiarkan tinggal hidup.”

Kata-kata terakhir, “tinggal hidup,” menggambarkan “dicadangkan.” Allah memiliki komitmen untuk mengampuni sisa bangsa Israel yang Ia akan cadangkan dengan kasih karunia-Nya.

Kata-kata penutup dalam ayat 20 juga sepakat dengan janji yang sudah dikutip dari Yesaya 45:25: “…tetapi seluruh keturunan Israel akan nyata benar [dijustifikasi].” Untuk mereka yang sudah dijustifikasi oleh iman dalam Mesias, tidak ada catatan perbuatan salah atau dosa.

Dalam Yehezkiel 36:22-23, Allah mengungkapkan satu tujuan utama untuk restorasi Israel: kemuliaan-Nya sendiri.

“Oleh karena itu katakanlah kepada kaum Israel: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Bukan karena kamu Aku bertindak, hai kaum Israel, tetapi karena nama-Ku yang kudus yang kamu najiskan di tengah bangsa-bangsa di mana kamu datang.

Aku akan menguduskan nama-Ku yang besar yang sudah dinajiskan di tengah bangsa-bangsa, dan yang kamu najiskan di tengah-tengah mereka. Dan bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, demikianlah firman Tuhan ALLAH, manakala Aku menunjukkan kekudusan-Ku kepadamu di hadapan bangsa-bangsa.”

Janji Allah untuk merestorasi Israel tidak berdasarkan perbuatan baik yang mereka lakukan, melainkan agar Allah dimuliakan melaluinya. Jika Israel layak mendapatkan pengampunan dan pemeliharaan, mereka tidak membutuhkan kasih karunia Allah. Melainkan hanya melalui kasih karunia-Nya mereka bisa direstorasi dengan-Nya.

Orang-orang sering berkata bahwa orang-orang Yahudi yang tidak bertobat dan tidak percaya tidak akan diijinkan kembali ke tanah mereka. Namun Allah berkata bahwa Ia akan membawa mereka kembali dan menyucikan mereka dari kedosaan mereka.

“Aku akan menjemput kamu dari antara bangsa-bangsa dan mengumpulkan kamu dari semua negeri dan akan membawa kamu kembali ke tanahmu.

Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu.

Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat” (Yehezkiel 36:24-26).

Pada 1940an, banyak orang Yahudi menunjukkan penghinaan terhadap Yesus ketika nama-Nya disebut. Mereka juga menolak mengeja nama-Nya dalam bahasa Ibrani yang benar.

Setelah Perang Enam Hari pada 1967, terjadi perubahan luar biasa dalam sikap ini. Banyak orang Yahudi mengakui bahwa Yesus benar-benar orang Yahudi dan mereka ingin sekali mendengar dampak yang Ia buat dalam hidup orang-orang Kristen non-Yahudi. Profesor sejarah Yahudi yang mengajar Perjanjian Baru menyatakan pada tahun-tahun sebelumnya murid-muridnya lebih tertarik belajar hanya fakta-fakta sejarah, namun sekarang mereka tertarik pada pribadi Yesus Sendiri.

Sejak 1967, muncul gerakkan baru orang-orang Yahudi yang sudah mengakui Yesus sebagai Mesias secara pribadi, dan tetap mempertahankan identitas mereka sebagai orang Yahudi. Mereka dikenal sebagai “Yahudi Mesianik.” Diseluruh dunia, jumlah mereka sekarang ratusan ribu.

Allah mengungkapkan bahwa perubahan hati ini akan mempersiapkan Israel menerima berdiamnya Roh Kudus: “Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.

Dan kamu akan diam di dalam negeri yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu dan kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu” (Yehezkiel 36:27-28).

Tidak diragukan lagi tanah yang Allah berikan kepada nenek moyang Israel. Hanya satu tanah menjawab deskripsi itu: tanah yang sekarang dikenal sebagai Israel. Janji ini menggambarkan secara harfiah dan secara historis kembalinya orang-orang Yahudi ke tanah mereka. Tidak ada cara lain untuk menjelaskan janji ini. Alkitab adalah Firman Allah, dan janji ini harus digenapi!

Namun restorasi fisikal ke tanah Israel bukan tujuan final. Hanya pendahuluan yang diperlukan untuk menuju klimaks tujuan akhir Allah: restorasi dengan Allah Sendiri. “Maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka.”

Semua peristiwa yang terjadi saat ini di Timur Tengah di atur secara ilahi untuk membawa obyektif penting tertinggi ini: rekonsiliasi Israel dengan Allah mereka.

Sedikit lebih jauh dalam Yehezkiel 36, Allah mengingatkan orang-orang Yahudi lagi bahwa mereka belum melakukan apa-apa sehingga layak mendapatkan restorasi mereka: “Bukan karena kamu Aku bertindak, demikianlah firman Tuhan ALLAH, ketahuilah itu. Merasa malulah kamu dan biarlah kamu dipermalukan karena kelakuanmu, hai kaum Israel” (ayat 32).

Pada akhirnya, seluruh umat manusia tidak memiliki harapan selain belas kasih dan kasih karunia Allah. Sesuai definisinya, tidak bisa diperoleh dengan upaya sendiri. Ini berlaku sama bagi orang-orang Yahudi dan orang-orang non-Yahudi. Allah sudah memilih untuk membuat restorasi-Nya agung atas Israel, sebagai demonstrasi historis kebenaran ini kepada semua bangsa-bangsa.

Oleh LOKA MANYA PRAWIRO.



Leave a Reply