Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Kesucian Orang Percaya




eBahana.com – Satu hal yang harus dipahami adalah hal kesucian berorientasi dari diri Allah sendiri, yaitu pada pikiran dan perasaan Allah. Dari hal ini sangat dapat dimengerti mengapa Paulus mengatakan bahwa yang diusahakannya adalah mengerti kehendak Allah, yaitu apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna. Selanjutnya, Paulus berusaha untuk berkenan kepada Allah, sebab kehidupan setiap orang diperhadapkan pada penghakiman-Nya. Jika suatu sikap atau tindakan tidak sesuai dengan keinginan/kehendak Allah, itu bukanlah kesucian, walau hal tersebut tampaknya baik dan tidak melanggar norma umum manusia.

Jadi, apa sebenarnya kesucian itu? Kesucian, dari akar kata “suci”, yang artinya dalam bahasa Indonesia bisa bermacam-macam. Suci bisa berarti bersih, bebas dari dosa, tidak bersalah, tidak bernoda, tidak bercela, dan murni. Sinonim suci adalah kudus. Memahami kesucian dari perspektif kekristenan harus didasarkan pada apa yang dikemukakan Alkitab. Dalam bahasa Ibrani ada beberapa kata yang dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan sebagai suci atau kudus. Namun, yang paling menonjol dan terkait dengan pembahasan kita adalah kata niqqayon Kata ini berarti tidak bersalah atau bebas dari hukuman dan bersih. Kata yang lain adalah qodesh ( קֹדֶשׁ ). Kata qodesh atau qados artinya dipisahkan dari yang lain untuk digunakan. Dalam bahasa Yunani kita menemukan dua kata yang diterjemahkan kudus atau suci dalam bahasa Indonesia. Pertama adalah katharoi (καθαροὶ), dari akar kata katharos (καθαρός). Kata ini memiliki pengertian free from impure admixture, without blemish, spotless (bebas dari campuran, tidak bernoda). Kata yang berikut adalah hagios (ἅγιος). Kata ini berarti most holy thing, a saint (hal yang paling suci, orang kudus). Kata hagios ini dalam pengertian luasnya adalah keadaan yang berbeda dari yang lain.

Kata “suci” dalam pengertian agama berkenaan dengan keadaan seseorang adalah keadaan diri seseorang yang tidak melakukan pelanggaran terhadap hukum dan tatanan agamanya. Dalam hal ini kesucian dikaitkan dengan melakukan hukum atau syariat. Berbeda dengan kekristenan, kesucian menunjuk pada keadaan di mana seseorang dapat bersekutu dengan Allah karena berkeadaan sesuai dengan kesucian Allah. Ini bukan hanya keadaan tidak melakukan pelanggaran terhadap hukum, melainkan juga memiliki keadaan di mana seseorang bisa sepikiran dan seperasaan dengan Allah.

Kata “suci” dalam Perjanjian Baru hendak menunjukkan keadaan hati yang terpelihara dari pengaruh kejahatan dunia. Hati yang terpelihara dari segala perasaan negatif, seperti dendam, kepahitan, cemburu, iri, tidak mengampuni, mengingini hal-hal yang bukan bagiannya, dan sebagainya. Kesucian di sini bukanlah kesucian lahiriah, melainkan kesucian batiniah. Bukan sekadar keadaan tidak berdosa karena tidak melakukan suatu perbuatan dosa yang tampak, melainkan suatu sikap hati yang tidak mengandung unsur-unsur kejahatan terhadap sesama (Mat. 15:17–20).

Berkenaan dengan hal ini, pengudusan ada dua macam. Pertama, pengudusan atau penyucian oleh darah Yesus. Ini adalah pengudusan atas semua kesalahan yang telah, sedang, dan bisa kita lakukan ke depan. Tuhan
Yesus menjamin pengampunan atas semua dosa yang kita lakukan. Kedua, pengudusan oleh firman (logos dan rhema). Ini isi doa Tuhan Yesus dalam Yohanes 17:17. Pengudusan ini adalah pengudusan dalam karakter kita. Melalui firman, kita terus-menerus diubah dan dibentuk menjadi manusia Allah (man of God) sehingga mengalami perubahan dari kodrat manusia (human nature) dengan kodrat dosanya (sinful nature), menjadi
seorang yang berkodrat ilahi (divine nature) yang mengambil bagian dalam kekudusan Allah. Pengudusan yang kedua ini merupakan proses penyempurnaan. Dalam proses pengudusan ini orang percaya bukan hanya tidak berbuat suatu kesalahan, bahkan tidak bisa melakukan kesalahan lagi, sebab karakternya seperti Yesus yang juga sama sekali tidak berbuat dosa. Firman Tuhan mengatakan bahwa orang yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa lagi (1 Yoh. 3:9; 5:18). Banyak orang Kristen hanya mengenal pengudusan yang pertama, tetapi tidak memasuki proses pengudusan yang kedua. Pengudusan yang kedua ini sama dengan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar.

Oleh Pdt. Dr. Erastus Sabdono.



Leave a Reply