Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Hidup Bukan Kebetulan, Tapi Punya Tujuan




eBahana.com – “… segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia” (Kol. 1:16)

Sepasang suami istri kaget ketika mendapati bahwa sang istri hamil di usia tua. Padahal, keduanya telah melakukan program Keluarga Berencana. Alat kontrasepsi yang digunakan diyakini menjamin keberhasilan pembatasan kelahiran tersebut. Atas saran dokter, kehamilan itu diteruskan. Apakah anak yang dilahirkan itu merupakan anak kebetulan? Tidak!

Ayub begitu menderita, dalam ujiannya menyatakan bahwa “di dalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang
hidup dan nafas setiap manusia” (Ayub 12:10). Artinya, semua kehidupan berpusat kepada-Nya. Dan, dalam
setiap kehidupan ada rencana Allah.

Manusia pertama diciptakan pada hari keenam. Bukan hari pertama atau hari ketiga atau hari-hari sebelumnya. Namun, manusia diciptakan setelah segala sesuatunya diciptakan.

Perbuatan Allah itu sering membuat kita bertanya-tanya. Namun, sebaiknya kita pahami bahwa ada maksud yang unik, tujuan Allah dalam segala sesuatunya. Maka, bila kita mau mempunyai hidup yang baik, kita harus membangun hubungan dengan sumber kehidupan yakni Allah. Hidup ini sementara. Alkitab memetaforakan
usia hidup manusia sebagai uap; bunga, mekar dan layu; bayang-bayang yang berlalu; atau rumput yang sirna.

Tujuan Hidup
Bagaimanakah kita menggunakan hidup menurut kehendak Allah? Ada 5 tujuan hidup orang percaya yang saya kutip dari buku Rick Warren, penulis Purpose Driven Life.

Pertama, kita dirancang untuk menyenangkan Tuhan. Kita adalah ciptaan yang sempurna. Meski pernah jatuh dalam dosa, tetapi di dalam Yesus Kristus, hidup kita dipulihkan asal percaya kepada-Nya. Kehidupan kita
pasti diselamatkan. Hidup manusia bertujuan untuk kemuliaan Allah (Yes. 43:7).

Kedua, kita dibentuk untuk menjadi keluarga Allah. Yesus mengajar kita berdoa dengan berkata: “Bapa kami
yang di surga …”. Kata Bapa sebagai sebutan untuk Allah merupakan gambaran kerinduan Allah akan hubungan kita dengan-Nya sebagai hubungan Bapa dengan anak. Allah ingin kita sekeluarga dengan-Nya (1 Yoh. 3:1).

Ketiga, kita diciptakan untuk menjadi seperti Kristus. Begitu kita hidup berhubungan dengan Allah, kita dibentuk Tuhan. Karakter kita diubahkan menjadi seperti Kristus (Ef. 4:15). Memang kita tidak mampu, tetapi
Tuhan memberikan kuasa-Nya, menganugerahkan kasih-Nya supaya kita sanggup menjadi seperti Yesus. Perubahan selalu memerlukan proses dan waktu. Kita harus tekun, setia, dan sabar.

Keempat, kita diasah untuk melayani Tuhan. Kita dilengkapi untuk berfungsi di dalam-Nya. Baik sebagai rasul, nabi, penginjil, gembala atau pengajar. Semua anak Tuhan harus terlibat dalam pekerjaan pelayanan. Yesus memberi contoh datang untuk melayani, bukan untuk dilayani (Ef. 4:12,16).

Kelima, kita diciptakan untuk suatu misi. Kita sebagai orang percaya mempunyai misi agung yaitu pergi
memberitakan Injil. Pertama, kita melakukan misi dengan berdoa. Mungkin kita tidak bisa pergi ke kota-kota lain atau ke negara-negara lain, tapi kita bisa berdoa untuk suku-suku dan bangsa-bangsa. Kedua, kita bermisi dengan berkorban. Baik materi maupun non-materi. Ketiga pergi bersaksi mewartakan Yesus (Mat. 28:19-20).

Begitu mengagumkan tujuan Allah bagi hidup kita. Menggairahkan dan menakjubkan. Untuk itu perlu terjalin
hubungan dengan Tuhan. Dan yang pasti, kita akan jauh lebih diberkati dari sebelumnya, karena kita mengerti
tujuan hidup ini.

Oleh: Pdt. DR. MD Wakkary, Penulis adalah Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Pentakosta Indonesia (PGPI). Gembala Sidang GPdI Maranatha Medan.



Leave a Reply