Dibebaskan dari Dunia – Bagian 8
eBahana.com – Kebebasan kelima dan terakhir adalah “dibebaskan dari dunia.” Paulus mengekspresikan kebebasan ini dengan cara berikut: “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia” (Galatia 6:14).
Pertama, kita harus mendefinisi “dunia” seperti digunakan dalam ayat ini. “Duniawi” satu dari istilah-istilah yang orang Kristen gunakan untuk mengkritik orang Kristen lain dan menghukum orang non-Kristen. Meski demikian, itu bukan tujuan atau keinginan Allah. Definisi “duniawi” yang baik: “dunia adalah orde atau sistim kehidupan yang menolak pemerintahan adil dan benar Yesus Kristus.” Pernyataan ini mengakui bahwa Yesus adalah Pemimpin dan Pemerintah umat manusia yang ditetapkan Allah.
Jadi, dunia adalah sistim, atau sikap, yang menolak pemerintahan adil dan benar Yesus. Orang-orang duniawi bisa menjadi agamawi, baik, dan terhormat. Meski demikian, sering, ketika kita menantang orang-orang ini untuk perlunya berserah tanpa pamrih pada ketuhanan Yesus, sikap keras hati dan pemberontakkan mereka termanifestasi. Itu “dunia.”
Berikut sedikit kebenaran-kebenaran dari Perjanjian Baru yang berkaitan dengan dunia seperti di definisikan dalam konteks di atas.
Dalam Yohanes 15:18-19, Yesus menggunakan frasa “dunia” enam kali ketika Ia berkata kepada murid-murid-Nya, “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu.
Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.”
Yesus telah memilih kita dari dunia. Kata “gereja” dalam Yunani Perjanjian Baru adalah “ekklesia,” yang berarti “sebuah perkumpulan atau jemaat yang dikhususkan atau dipanggil keluar.” Dalam kasus gereja, sekelompok orang yang di panggil keluar dari dunia. Kita bisa berada “dalam dunia” atau “dalam gereja.” Namun tidak bisa dalam kedua-duanya bersamaan. Mereka satu sama lain ekslusif.
Rasul Yohanes menulis tentang daya tarik dan pesona dunia: “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
Sebab semua yang ada di dalam dunia, – yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, – bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia” (1 Yohanes 2:15-17).
Apakah kita mengasihi dunia? Perkara kita mengasihi dunia atau tidak pertanyaan untuk zaman ini. Untuk sebagian dari kita, ketika kita muda khususnya, kita mengalami pencobaan besar mengasihi dunia. Tampak mempesona dan menggairahkan. Memiliki banyak untuk ditawarkan. Meski demikian, semua pesona dunia kecermelangan murah; tidak ada realita padanya.
Sementara kita lebih tua, kita tidak begitu mengasihi dunia dibanding kita mengasihi apa yang kita sudah peroleh dari dunia – seperti mobil, rumah besar, atau pakaian yang kita koleksi. Ada sesuatu yang kuat menarik kita pada harta-harta itu.
Orang-orang dewasa lebih tua biasanya kecewa dengan dunia. Namun bahkan ketika kita mencapai umur lebih tua, masih ada daya tarik kuat dari dunia yang menggenggam kita. Mungkin sesuatu dalam hal intelektual, sentimental, filosofis, atau latar belakang agamawi yang menambah kuat kekuatan dunia menggenggam pikiran dan emosi kita.
Semua dari kita bergulat melawan daya tarik dunia. Satu dari disiplin-disiplin yang kita bisa lakukan untuk memeranginya – jangan memenuhi pikiran kita dengan sampah duniawi. Jika kita berpikir sesuatu yang tidak sehat dalam pikiran kita, kita menutup pikiran kita padanya dan mematikannya. Jangan membawa sampah dalam pikiran kita. Banyak orang Kristen yang tidak pernah memuaskan diri dalam amoralitas, namun memuaskan diri dalam sampah intelektual. Itu satu cara dunia memegang hidup mereka.
Dalam surat pertama Yohanes yang dikutip sebelumnya, rasul berkata kita tidak bisa mengasihi dunia dan Allah Bapa pada saat yang sama. Kita harus memilih – karena segala sesuatu dalam dunia bukan dari Allah Bapa. Dalam sistim dunia yang menarik perhatian kita, Yohanes menyebut ada tiga tipe spesifik pencobaan: “keinginan daging, dan keinginan mata serta keangkuhan hidup” (1 Yohanes 2:16).
Dalam pencobaan awal di taman Eden, semua tiga pencobaan ini terjadi. Buah di pohon baik untuk dimakan; terasa baik untuk daging. Buah tampak baik: menyenangkan untuk mata. Buah menimbulkan keinginan untuk membuat seseorang bijaksana: ini daya tarik untuk keangkuhan hidup (lihat Kejadian 2:15-17; 3:1-7). Keangkuhan hidup sangat pintar. Mengatakan pada kita, “saya bisa mengurus hidup saya sendiri. Saya tidak butuh Allah.”
Esensi dosa yang Adam dan Hawa langgar tidak lahir dari keinginan untuk melakukan kejahatan. Sebenarnya, pencobaan – halus dan memiliki kuasa – untuk sesuatu yang baik: menjadi seperti Allah, tahu yang baik dan yang jahat. Tidak ada yang salah dengan keinginan itu. Meski demikian, bagi Adam dan Hawa dalam ketidaktaatan mereka, merefleksi esensi dosa, keinginan menjadi [independen] dari Allah. Keinginan itu keangkuhan hidup. Selama dalam kita ada apa pun melawan ketergantungan pada Allah, kita belum menangani keangkuhan hidup dalam diri kita.
Yohanes berkata, “Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya” (1 Yohanes 2:17). Itu pernyataan yang menggairahkan. Segala sesuatu dalam dunia ini tidak abadi (sementara) – tidak akan bertahan. Namun jika kita menolak hal-hal dunia dan menyelaraskan kehendak kita seluruhnya dengan kehendak Allah, kita tidak tergoyahkan, tak terkalahkan, dan tak tenggelam sesuai kehendak Allah. Jika kita menyelaraskan diri kita dengan tujuan-tujuan Allah, tidak ada yang bisa mengalahkan kita, karena tidak ada yang bisa mengalahkan kehendak Allah.
Maka, pilihan-pilihan ada dihadapan kita: kita bisa terlibat dengan dunia dan menderita kesengsaraan. Atau, kita bisa berbalik badan dari dunia, menyelaraskan diri kita dengan kehendak Allah, dan menjadi tak tergoyahkan, tak tenggelam, dan tak terkalahkan.
Dalam 1 Yohanes 5:19, rasul membuat pernyataan besar: “Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.” Dalam Yunani asli, bagian terakhir ayat ini di ekspresikan bahkan dengan istilah lebih sederhana. Dikatakan, “…seluruh dunia berada dibawah si jahat.” Si jahat adalah Satan.
Seluruh dunia dibawah pengaruh Satan.
Dalam Wahyu 12:9, Satan disebut “naga besar,” “si ular tua,” yang disebut Iblis atau Satan, yang [menyesatkan seluruh dunia.] Kita harus mengerti seluruh dunia dibawah tipu daya Satan. Kita harus ingat kita tidak bisa mengasihi Allah dan dunia secara simultan.
Yakobus menulis, “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah” (Yakobus 4:4).
Yesus berkata, “Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku” (Yohanes 14:30). Sehubungan dengan pernyataan ini, kita musti bertanya pada diri kita apakah Satan memiliki apa pun “dalam kita.”
Gereja tidak akan pernah dikalahkan dari luar.
Kita tidak akan bisa dikalahkan oleh kekuatan-kekuatan luar. Namun, dalam diri kita, ada yang bisa mengalahkan kita. Yesus berkata, “ia (Satan) tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku.” Kita juga harus seperti itu. “Kapal di laut semua baik. Namun laut di kapal semua salah.”
Apa aplikasinya? Gereja di dunia semua baik; dunia di gereja semua salah. Ketika laut masuk kedalam kapal, kapal tenggelam. Ketika dunia masuk kedalam gereja, gereja tenggelam. Satu-satunya penyembuhan – satu-satunya kekuatan yang bisa membebaskan kita dari genggaman dunia dan membawa pelepasan pada kita – adalah salib.
Maka, berikut, lima kebebasan yang disediakan oleh salib seperti digambarkan dalam Galatia: kebebasan dari zaman jahat masa kini; kebebasan dari hukum sebagai cara – cara untuk dibenarkan atau dijustifikasi; kebebasan dari diri sendiri; kebebasan dari daging dan kebebasan dari dunia.
Mari kita mengakui dua proklamasi ini lagi untuk mempertegas kebebasan kita – setiap kebebasan yang dibeli untuk kita oleh Yesus di Kalvari. Mari kita ucapkankan bersuara dengan berani mendeklarasi kemenangan total Yesus atas Satan melalui salib.
Mengakui Kuasa Darah: Melalui darah Yesus, saya ditebus keluar dari cengkraman Satan. Melalui darah Yesus, semua dosa saya diampuni.
Melalui darah Yesus, saya terus menerus disucikan dari semua dosa. Melalui darah Yesus, saya dijustifikasi, dibuat benar, seperti saya seolah-olah tidak pernah berdosa.
Melalui darah Yesus, saya di kuduskan, dibuat kudus, dikhususkan untuk Allah.
Melalui darah Yesus, saya memiliki keberanian untuk menghampiri hadirat Allah.
Melalui darah Yesus, saya mengalahkan pekerjaan Satan.
Darah Yesus terus menerus berseru pada Allah di surga mewakili saya.
Efesus 1:7; Petrus 1:19. Efesus 1:7. 1 Yohanes 1:7. Roma 5:9. Ibrani 13:12. Ibrani 10:19. Wahyu 12:11. Ibrani 12:24. Mengakui kebenaran-kebenaran Wahyu 12:11:
Tubuh saya adalah bait Roh Kudus; ditebus, disucikan, dan di kuduskan oleh darah Yesus. Anggota-anggota tubuh saya, adalah instrumen-instrumen kebenaran, yang diserahkan pada Allah untuk pelayanan-Nya dan kemuliaan-Nya. Satan tidak memiliki tempat di dalam saya, tidak ada kuasa atas saya, tidak ada klaim yang belum diselesaikan melawan saya. Semua sudah diselesaikan oleh darah Yesus. Saya mengalahkan Satan dengan darah Domba Allah dan dengan kata-kata kesaksian saya, dan saya tidak mengasihi hidup saya sampai kedalam maut. Tubuh saya untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh saya.
Mari kita membuat pengakuan ini secara reguler. Cara sangat praktikal untuk mengaplikasikan kemenangan yang Yesus menangkan atas Satan di salib.
Oleh Loka Manya Prawiro.