Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Dibebaskan dari Diri Sendiri & Dibebaskan dari Kedagingan – Bagian 7




eBahana.com – Kita sudah melihat bagaimana salib membebaskan kita dari zaman jahat sekarang ini dan dari tuntutan-tuntutan hukum. Dalam nas yang kita pelajari dari Galatia 2, Paulus mempresentasi kita dengan pembebasan ketiga yang salib capai untuk kita, satu yang sangat signifikan. “pembebasan kita dari [diri kita sendiri].”

“namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Galatia 2:20).

Salib membebaskan kita dari tirani ego lama kita. “Ego” kata lain untuk “Aku.” Dibebaskan dari tirani ego sepenting pembebasan- pembebasan lain yang disebut dalam Galatia. Bahasa Yunani menggunakan “perfect tense” – sedang berlangsung, “Aku sudah disalibkan.” Ini artinya meskipun kematian kita dicapai ketika Kristus disalib, bukan hanya sesuatu yang terjadi dimasa lalu dalam sejarah. Sebaliknya status yang berkelanjutan untuk kita. Aku secara permanen dan terus menerus disalibkan dengan Kristus; Aku sampai pada akhir dari diriku.

Allah kadang-kadang harus menggunakan jalan yang sangat sulit untuk membawa kita ke akhir dari diri kita. Kita kadang-kadang terganggu dan sedih, mengeluh, “Allah, apa yang Engkau sedang

lakukan padaku? Jawabannya sederhana: Ia membawa kita ke tempat dimana Galatia 2:20 ada dalam hidup kita. Ketika aku disalibkan dengan Kristus, aku sudah sampai pada akhir dari “diri ku.”

Untuk tujuan-tujuan kita, “aku” di interpretasi sebagai “kesombongan” (arogansi), “ambisi mementingkan diri sendiri” dan “memusatkan pada diri sendiri.” Ini masalah-masalah paling umum dalam pelayanan Kristen hari ini. Tidak ada seorang pun dalam pelayanan yang dikecualikan dari tendensi-tendensi ini. Setiap dari kita yang dipanggil Allah untuk melayani umat-Nya perlu terus menerus menjaga diri terhadap tiga bahaya ini: kesombongan, ambisi mementingakan diri sendiri dan memusatkan pada diri sendiri. Tolong dimengerti ketika kita berbicara mengenai kesombongan dan ambisi mementingkan diri sendiri, kita tidak mengacu pada harga diri, atau kesenangan absah yang kita dapatkan dalam keberhasilan pribadi kita dan keberhasilan anggota keluarga kita, atau ambisi positif yang memotivasi kita untuk melayani; kita mengacu pada kesombongan yang berlebihan atau mementingkan diri yang mengabaikan orang lain ketimbang menguatkan dan melayani mereka.

Seperti terjadi pada banyak hamba Tuhan, yang melarikan diri dari masalah-masalah mereka. Mereka mungkin melarikan diri dari pasangan mereka, pekerjaan mereka, atau kesulitan-kesulitan khusus mereka. Sering masalah riil-nya – satu yang mengikuti kita kemana pun kita pergi – “diri kita.”

Kita semua harus mengatasi masalah kesombongan diri, ambisi mementingkan diri sendiri, dan memusatkan pada diri sendiri. Bagaimana kita mengatasinya? Satu-satunya jalan untuk bebas dari masalah “aku” adalah melalui salib.

Kita bisa simpulkan kesombongan adalah kunci sebab orang melakukan kejahatan diantara orang-orang Kristen. Tidak ada seorang pun dalam kehidupan Kristen masuk dalam kesalahan kecuali melalui kesombongan. Kesombongan dosa pertama dalam sejarah alam semesta. Menariknya, dosa pertama itu tidak terjadi di bumi. Terjadi di surga, dalam terang kekekalan dan kemuliaan Allah. Oleh karenanya, fakta kesombongan menyolok dan begitu lazim – suatu pemikiran yang mengerikan.

Jika kesombongan bisa menerobos dalam hadirat Allah betapa jauh lebih mudah kesombongan menerobos di bumi? “Kesombongan adalah dosa yang mana Satan tidak pernah membuat kita merasa bersalah.”

Satu dari manifestasi-manifestasi kesombongan adalah memusatkan pada diri sendiri.

Dalam Filipi 2:3-4, Paulus memberi gambaran perilaku yang berlawanan dengan mementingkan diri sendiri.

“Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia- sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”

“Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia- sia.” – Berapa banyak masalah dalam gereja masa kini bisa berkurang jika nasihat itu di patuhi. Berapa banyak pelayanan yang di motivasi ambisi mementingkan diri sendiri dan keinginan untuk di akui? Ambisi mementingkan diri sendiri dan mencari puji-pujian yang sia-sia adalah masalah-masalah yang mengkorup kehidupan gereja. Satu-satunya jalan untuk menangani ambisi dan mencari puji-pujian yang sia-sia adalah melalui salib. Tidak ada jalan lain.

Dalam dua ayat sebelumnya, Paulus menyatakan alternatif ambisi pribadi: “Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan” (Filipi 2:1-2).

Kasih, persekutuan, kasih mesra dan belas kasih adalah ekspresi- ekspresi yang indah – dan kita semua ingin melihatnya tumbuh subur dalam gereja kita. Meski demikian, kita pertama harus menyadari kualitas-kualitas ini bertentangan dengan mementingkan diri sendiri dan memusatkan pada diri sendiri.

Dalam empat ayat pertama Filipi 2, Paulus mengkontras kebalikannya. Ayat 1 dan 2 – kasih, persekutuan, kasih mesra dan belas kasih adalah apa yang kita ingin nikmati. Namun ayat 3 dan 4 – dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia- sia adalah apa yang kita paling sering alami dalam diri kita dan dalam diri orang lain. Sampai kita datang pada salib dan menerima hukuman mati Allah atas “kita,” kita tidak pernah memiliki solusi untuk masalah-masalah ini. Tidak ada jalan lain untuk menanganinya kecuali melalui salib.

Dalam 2 Timotius 3, Paulus melukiskan gambaran jelas seperti apa karakter dan perilaku manusia di hari-hari terakhir. Ia mendaftar delapan cacat cela etikal dan moral yang akan menjadi karakteristik kebudayaan manusia sementara akhir zaman makin dekat.

Degenerasi sedang berlangsung diseluruh dunia; dan sedang terjadi dengan kecepatan luar biasa. Apa yang kita lihat sekarang tepat seperti yang digambarkan oleh Paulus dalam 2 Timotius. Alkitab berbicara terus terang jangan pernah memuaskan diri dalam angan- angan. Janji-janjinya benar, dan peringatan-peringatannya juga benar. Sementara kita membaca nas-nas berikutnya, mari kita perhatikan berapa banyak yang dimanifestasi dalam kebudayaan kita masa kini.

“Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.

Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.

Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!” (2 Timotius 3:1-5).

Terjemahan alternatif untuk “masa sukar” adalah “masa-masa stres.” Gambaran itu patut diperhatikan, karena lima puluh tahun yang lalu, tidak banyak diskusi mengenai stres. Hari ini, dokter mengatakan stres mendasari semua jenis penyakit. Maka, perubahan signifikan sudah terjadi dalam setengah abad terakhir. Alasan masa-masa stres bukan ekonomi, perkembangan nuklir, atau terorisme. Alasannya ada didalam manusia.

Berapa banyak ciri yang Paulus daftar di nas diatas menyolok dalam kebudayaan kita masa kini? Kita tidak dapat berkata masalah- masalah ini terbatas hanya pada satu negara. Masalah-masalah ini menyebar diseluruh bumi. Akar sebabnya ada dalam pernyataan pertama: “Manusia akan mencintai dirinya sendiri ” (2 Timotius 3:2). Mengasihi diri sendiri dalam arti selalu memikirkan dirinya, atau rasa bangga diri menimbulkan semua masalah-masalah lain. Kita mungkin berpikir orang-orang yang Paulus sebut ini bukan Kristen.

Namun Paulus secara spesifik berkata mengenai mereka, “Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka….” (2 Timotius 3:5).

Paulus tidak akan pernah menggunakan kata “menjalankan ibadah” mengenai agama non-Kristen. Dengan jelas, orang-orang ini beragama Kristen, namun mereka memungkiri kekuatannya. Dan ketika mereka menyangkal kekuatannya – mereka menyangkal Satu yang bisa merubah orang-orang yang mementingkan dirinya sendiri ini. Apa kekuatan itu? Kuasa salib. Kebalikan dari mencari kuasa itu untuk dibebaskan dari diri mereka, mereka bergantung pada program-program menolong diri sendiri, seperti psikologi dan lain- lain.

Mudah bagi orang-orang Kristen menjadi sangat terhormat. Mereka mungkin bisa menjauhkan diri dari narkoba, alkohol, perzinahan, dan semua dosa-dosa lain. Mereka mungkin anggota-anggota gereja yang baik dan warganegara yang taat hukum. Namun, mungkin mereka orang-orang yang sangat mementingkan diri sendiri dan memusatkan pada diri sendiri. Orang-orang seperti ini secara lahiriah menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya – atau menentang – kuasa salib untuk merubah mereka secara radikal. Sampai “diri kita” berhasil ditangani, kita belum mengalami diubah secara radikal.

Kata “radikal” berasal dari kata Latin “radix,” yang berarti “akar.” Radikal yang masuk ke akar. Yohanes Pembaptis memperkenalkan injil dan Yesus dengan mendeklarasi, “Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api” (Matius 3:10).

Injil kerajaan Allah pesan paling radikal yang pernah mengkonfrontasi umat manusia. Menangani isu-isu akar – terutama “mementingkan diri sendiri,” atau “mengasihi diri sendiri.” Satu- satunya kapak yang akan memotong akar adalah salib.

Kita harus menangani akar – yang terdiri dari mengasihi diri sendiri, mementingkan diri sendiri, dan memusatkan pada diri sendiri.

Sampai akar sudah ditangani, kita belum benar-benar bisa memiliki faedah-faedah injil yang Allah intensikan untuk kita miliki. Mengasihi diri dan kodrat Kristus berlawanan. Kita harus membiarkan mengasihi diri mati agar kodrat Kristus bisa masuk mengambil alih tempatnya.

Dalam menangani isu-isu pribadi seperti ini, kita harus realistik tentang diri kita dan tidak memandang terlalu tinggi spiritualitas kita. Bukan intensi kita membawa siapa pun kebawah hukuman, karena Allah maha pemurah, pengampun dan sabar. Namun kita juga jangan membohongi diri sendiri, dengan berpikir bahwa secara spiritual kita lebih dari kita sebenarnya. Penting bagi kita untuk memeriksa seberapa banyak kita mengasihi diri sendiri, mementingkan diri sendiri dan memusatkan pada diri sendiri – masih mendominasi hidup kita. Mengukur komponen-komponen itu akan memberi kita jawaban dimana kita sebenarnya berada secara spiritual.

Dalam Matius 16:24-25, Yesus mengungkapkan langkah-langkah pertama untuk mengikuti-Nya: “Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.

Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.”

Jika kita ingin mengikut Yesus, langkah esensial pertama adalah “menyangkal diri kita.” Apa yang Yesus maksudkan ketika Ia berkata kita harus menyangkal diri kita? Menyangkal adalah mengatakan tidak. Karenanya, jika kita ingin mengikut Yesus, langkah pertama adalah berkata tidak pada diri kita.

Dalam Yunani asli secara harfiah dikatakan “menyangkal jiwa kita.” Berbicara secara umum, ada tiga aspek jiwa: kehendak, intelek, dan emosi. Kehendak berkata, “Aku ingin”; intelek berkata, “Aku pikir”; dan emosi berkata, “Aku rasa.”

Karenanya, ketika kita menyangkal diri kita, kita berkata, “Bukan apa yang aku ingin, melainkan apa kehendak Allah.” “Bukan apa yang aku pikir, melainkan apa yang Allah katakan.” “Bukan apa yang aku rasa, melainkan apa yang Roh Kudus ingatkan aku.” Ini tiga bidang dimana kita harus menyangkal diri kita. Ketika kita sudah menyangkal diri kita dengan cara-cara ini, kita baru bisa mengikut Yesus.

Yesus berkata langkah kedua adalah “memikul salib.” Allah tidak memaksakan salib pada kita. Ia tidak memaksakan salib pada Yesus. Yesus mengangkat salib-Nya sendiri. Ini dua definisi mengenai salib pribadi. Pertama, salib kita adalah dimana kehendak Allah dan kehendak kita bertemu. Kedua, salib kita adalah dimana kita mati.

Mengangkat dan memikul salib adalah keputusan kita. Kita tidak dipaksakan untuk melakukannya. Langkah yang kita bisa tolak.

Namun menurut Yesus, kita tidak bisa mengambil langkah ketiga “mengikut-Nya” sampai kita sudah melakukannya – memikul salib kita. Jika kita ingin datang pada-Nya kita harus pertama menyangkal diri kita. Lalu kita harus memikul salib kita, yang mana kita mati dalam mengasihi diri sendiri dan memusatkan pada diri sendiri.

Allah memiliki salib spesifik untuk setiap dari kita. Seperti Yesus, keputusan kita untuk mengambilnya. Namun kebenarannya, kita tidak bisa maju lebih jauh tanpa membuat keputusan ini.

Setelah kita sudah mengambil tiga langkah ini, kita bisa berkata, seperti Paulus dalam Filipi 4:13, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Terjemahan lain dari ayat ini: “Aku bisa melakukan segala sesuatu melalui Satu yang memberiku kekuatan didalamku.” Kita tidak bisa menerima kuasa- Nya didalam kita selama kita mengerjakan sendiri dalam diri kita.

Melalui kasih karunia Allah, salib membebaskan kita dari tirani memusatkan pada diri sendiri.

Menyadari besarnya kebebasan kita melalui salib, mari kita katakan “Terima kasih, Allah Bapa.”

Bidang keempat dalam hidup kita yang dibebaskan salib – disebut dalam Kitab Suci “kedagingan.” Dalam Galatia 5:24, Paulus menulis, “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.”

Kita perlu mengerti referensi-referensi dalam Kitab Suci mengenai “kedagingan,” bukan tubuh fisikal kita. “Kedagingan” adalah “kodrat” yang kita terima ketika kita lahir dalam tubuh fisikal. Secara esensial kodrat pemberontak, yang memiliki berbagai macam keinginan dan perasaan yang tidak sejalan dengan kehendak Allah.

Perhatikan Paulus berkata, “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging.”

Orang-orang yang menjadi milik Yesus Kristus bukan denominasi atau kelompok agamawi, seperti Baptis, karismatik, Katolik. Mereka yang menjadi milik Kristus ditandai dan dibedakan dari lainnya sebagai orang-orang yang telah menyalibkan daging.

Dalam 1 Korintus 15:23, Paulus berkata individu-individu yang akan diperhitungkan dalam kebangkitan adalah “mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.” Tanda penting dari orang- orang yang menjadi milik Kristus adalah mereka yang telah menyalibkan daging. Kita bisa simpulkan dengan menyatakan Yesus datang kembali untuk orang-orang Kristen yang “telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.”

Kita tidak bisa membuat persiapan untuk kembalinya Tuhan pada menit terakhir. Menit terakhir akan terlambat. Kita harus menangani daging sebelumnya.

Kodrat daging berlawanan dengan kehendak dan jalan-jalan Allah. Dalam Roma 8, Paulus berkata “Sebab keinginan daging [manusia duniawi] adalah perseteruan terhadap Allah.” Kata “duniawi” memiliki arti yang sama dengan “daging.” Kata sama yang berasal dari akar Latin “carnalis.”

“Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.

Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah” (Roma 8:7-8).

Siapa pun yang dikendalikan oleh kodrat daging tidak berkenan kepada Allah. Kita bisa mencoba sekuat mungkin, kita bisa menjadi agamawi sesuka kita, namun tidak ada yang berasal dari daging kita diterima Allah.

Paulus mempresentasi kebenaran ini dalam Galatia 5:17: “Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging – sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.”

Keinginan daging natural kita kebalikkan dari kehendak dan jalan- jalan Roh Allah. Kita bisa menghampiri Allah dengan semua intensi spiritual baik untuk hidup sepenuhnya untuk-Nya. Kita bisa mencoba mempersuci diri kita. Kita bahkan bisa maju ke altar gereja dan memanjatkan doa yang baik.

Meski demikian, beberapa minggu kemudian, kita akan berpikir bagaimana kita sudah sampai begitu jauh dari apa yang kita intensikan dan lakukan! Ini penjelasannya: “Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh.” Dalam diri kita ada perseteruan terhadap Allah – keinginan daging kita.” Musuh itu harus ditangani

melalui salib. Sampai kita “menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya” (Galatia 5:24), kita tidak bisa dengan sukses menjalani kehidupan Kristen.

Mungkin perlu kita ketahui bahwa Paulus sendiri memiliki masalah yang sama. Bergumul dengan kodrat daging bukan pertempuran hanya beberapa minggu yang orang-orang hadapi. Universal dalam setiap manusia. Jika kita membaca Roma 7, kita akan melihat pergumulan pribadi Paulus melawan daging. Orang-orang Kristen yang paling berdedikasi – dan mereka yang Allah intensikan untuk paling dipakai – adalah mereka yang mengalami pergulatan dan pergumulan.

Banyak orang Kristen memiliki sikap jika kita diselamatkan, dibaptis dalam air, dibaptis dalam Roh, dan berbicara dalam bahasa lidah, kita tidak akan memiliki masalah-masalah lagi. Kenyataannya tidak seperti itu. Alasannya adalah daging – sederhana – karena daging adalah musuh Allah.

Ini apa yang Paulus katakan dalam Roma 7:15 mengenai pengalamannya sendiri: “Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.”

Apakah Paulus unik dalam pengalaman ini? Tidak, ia tidak unik. Sama dengan kita semua. Tidak seorang pun dari kita bisa menunjuk orang lain, bahwa dilema Paulus hanya terjadi pada mereka. Setiap dari kita harus mengakui bahwa terjadi juga pada kita. Paulus menjelaskan kenapa ini terjadi. Alasannya? “Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya” (Roma 8:7).

Banyak orang mungkin heran mengetahui bahwa agama tidak akan menyelesaikan dilema ini. Agama, kebalikan dari kerja Roh Kudus, adalah sistim yang menggunakan peraturan-peraturan untuk mencoba membuat daging takluk. Agama bisa membuat daging agamawi, namun tidak memiliki kuasa untuk membuat daging diterima Allah. Orang-orang agamawi hanya menekan daging.

Mereka memaksa daging mereka menyesuaikan secara lahiriah, sementara sikap pemberontakkan batin mereka tidak berubah.

Dalam Galatia 5:19-21, Paulus mendaftar hasil-hasil dari legalisme dan hawa nafsu duniawi yang merajalela tidak terkendali diantara orang-orang Galatia: “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu – seperti yang telah kubuat dahulu – bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”

Jika kita analisa perbuatan-perbuatan daging dalam nas ini, kita akan mendapatkan empat katagori:

Pertama, amoralitas sexual. Ini termasuk perzinahan, persundalan, kenajisan, dan kebejatan. Banyak orang percaya amoralitas sexual kerja dari daging. Beberapa bahkan percaya satu-satunya bidang yang perlu ditangani. Meski demikian, amoralitas sama sekali bukan masalah terbesar.

Bidang kedua adalah okultisme. Ini termasuk penyembahan berhala dan ilmu sihir. Jelas, ini perbuatan-perbuatan daging. Namun ketika daging memuaskan diri dalam praktik-praktik ini, membuka pintu bagi penindasan setan.

Motivasi awal untuk penyembahan berhala dan ilmu sihir berakar dalam kodrat daging. Ilmu sihir cara umat manusia mencoba mengendalikan orang lain dan membuat mereka patuh. Usaha apa pun untuk mengendalikan orang lain adalah awal dari ilmu sihir.

Ketika proses itu berlanjut dan mendalam, menjadi satanik.

Ketiga dan katagori terbesar dalam daftar perbuatan-perbuatan daging adalah sikap dan hubungan salah. Paulus mendaftar kebencian, pertengkaran, iri hati, kemarahan, ambisi mementingkan diri sendiri, perselisihan, ajaran sesat, dan rasa dengki. Ini berbagai deskripsi perilaku dan hubungan salah. Kita perlu menyadari masalah-masalah ini sama dengan dosa-dosa daging seperti perzinahan atau persundalan. Pada umumnya, orang-orang agamawi mengabaikan atau bahkan membiarkan perbuatan- perbuatan daging ini – sementara, pada waktu yang sama, mereka sangat menentang semua bentuk amoralitas sexual.

Katagori terakhir adalah “memanjakan diri secara sensual.” Katagori ini termasuk kemabukan, pesta pora, dan sejenisnya. Tidak relevan bagaimana praktik-praktik ini dikatagorikan. Dalam arti luas, semua itu ekspresi berbeda dari kodrat daging kita dan bisa ditangani hanya dengan salib. Kuasa salib yang bekerja dalam kita membebaskan kita dari daging.

Kembali ke masalah lain yang di hasilkan daging, dalam 1 Korintus 3, Paulus menunjuk sebab perpecahan dalam gereja – kodrat, kedagingan (manusia duniawi). Sampai kodrat kedagingan ditangani melalui salib, kita akan selalu memiliki perpecahan dalam tubuh Kristus. Paulus menulis kepada orang-orang Kristen di Korintus: “Karena kamu masih manusia. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?

Karena jika yang seorang berkata: “Aku dari golongan Paulus,” dan yang lain berkata: “Aku dari golongan Apolos,” bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?” (1 Korintus 3:3-4).

Bagaimana Paulus tahu orang-orang Korintus manusia duniawi, atau kedagingan? Fakta bahwa ada perpecahan dan perselisihan bukti cukup untuk mengenali mereka hidup dalam kedagingan. Lebih jauh, ia tahu ada perpecahan diantara mereka karena beberapa mengatakan, “Aku dari golongan Paulus,” dan yang lain, “Aku dari golongan Apolos.”

Selama kita terpecah belah dengan mengikuti pemimpin-pemimpin manusia ketimbang Kristus, kita manusia duniawi. Paulus tidak berkata bisa diterima mengikuti Paulus namun tidak bisa diterima mengikuti Apolos. Ia berkata salah setia pada pemimpin manusia yang bisa memecah belah.

Diantara orang-orang Kristen hari ini, beberapa orang berkata, “Aku dari golongan Luther,” atau “Aku dari golongan Wesley,” atau mereka berkata mereka dari golongan pendeta atau guru tertentu. Orang-orang Kristen yang membuat beberapa individual atau pengajaran menjadi komitmen mereka, masuk dalam katagori ini.

Banyak orang berpikir doktrin sebab terjadinya perpecahan. Namun itu tidak benar. Manusia duniawi yang menyebabkan perpecahan.

Tentunya, teologi bisa digunakan melalui manusia duniawi untuk memecah belah tubuh. Namun sebab akar perpecahan dalam tubuh Kristus adalah daging – yang mana solusi satu-satunya adalah salib.

Apa solusi yang Allah sediakan untuk masalah-masalah yang berkelanjutan dengan daging ini. Paulus menyatakan dengan jelas dalam Roma 6:6:

“Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.”

Seperti kita sudah catat mengenai dibebaskan dari hukum, solusi Allah adalah “eksekusi.” Ia sudah memberi solusi itu kepada kita melalui identifikasi kita dengan kematian Yesus. Namun tantangan terbesar kita adalah kita harus belajar bagaimana mengaplikasikan solusi yang Allah sudah sediakan bagi kita.

Kristus sudah melakukan bagian-Nya, namun dari pekerjaan-Nya kita harus mengaplikasikannya pada diri kita. Dikatakan dalam 1 Petrus 4:1-2: “Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian – karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa – supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.”

Petrus meringkas prinsip ini: “karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa.” Pertanyaannya, “Jika Yesus menderita mewakili kita, kenapa kita harus menderita lagi?” Jawabannya, “Yesus sudah menyediakan solusinya, namun kita harus mengaplikasikannya.”

Sesuai Galatia 5:24, “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, [ia telah menyalibkan] daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.” Allah tidak menyalibkan kita. [Kita harus melakukannya sendiri] – dan penyaliban menyakitkan. Apa yang harus kita lakukan untuk menyalibkan kodrat daging kita? Kita harus memakukan sikap memberontak dan keinginan jahat kita pada salib.

Kita harus mengambil paku-paku ayat-ayat Kitab Suci dan memakukannya melalui tangan dan kaki kita untuk menyerahkan pemberontak dalam diri kita sampai mati. Kita harus melakukan itu sendiri. Tuhan tidak melakukannya untuk kita. Menyakitkan – namun itu jalan keluar dari dosa.

Mungkin ada sesuatu yang menggerakkan dalam hati kita. Ada bidang dalam hidup kita dimana kita tahu daging yang menang. Ini momen kita untuk memulai proses memaku keinginan dan sikap daging kita pada salib.

Tanya diri kita apakah kita siap untuk memulai proses itu hari ini. Isu yang kita hadapi mungkin tidak bisa diselesaikan seluruhnya melalui doa yang akan kita panjatkan. Namun sedikitnya kita bisa mengatakan pada Tuhan bahwa kita bersedia mengambil langkah- langkah pertama. Mari kita berdoa:

“Tuhan, saya tahu Engkau meletakkan jari-Mu pada bidang yang saya perlu tangani. Tolong saya saat ini. Saya membawa masalah ini kehadapan takhta-Mu. Dalam hadirat-Mu, saya menyadari pekerjaan daging yang menjadi penghalang dalam hubungan saya dengan Engkau. Dengan iman, saya meletakkannya pada salib, dan saya memakukan paku pertama untuk mengorbankannya dan menyerahkannya. Dalam melakukan itu, saya mendeklarasi kebenaran yang saya sudah belajar: mereka yang menjadi milik-Mu sudah menyalibkan daging dengan hawa nafsu dan keinginan- keinginannya. Dengan iman, saya proklamasi bahwa salib Yesus Kristus membebaskan saya dari setiap pekerjaan daging dalam hidup saya. Dalam nama Yesus. Amin!

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply