Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Berpikir, Berbicara, dan Bertindak dengan Benar




eBahana.com – Syarat keempat untuk menerima kelimpahan Allah adalah “berpikir, berbicara dan bertindak dengan benar.” Pertama kita perlu memberi penekanan pada berpikir atau bermeditasi. Mustahil untuk berpikir salah dan hidup benar. Begitu pula, jika kita berpikir benar, kita pasti hidup benar. Catat instruksi yang diberikan pada Yosua ketika ia mendapat tugas memimpin umat Allah, Israel, masuk kedalam warisan mereka di Tanah Perjanjian: “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung” (Yosua 1:8).

Itu adalah janji kemakmuran dan keberhasilan paling lengkap yang seseorang ingin terima. Mari kita lihat lebih dekat: meditasi, mengakui, lakukan. Sementara Yosua menghadapi tugas besar membawa hampir tiga juta orang kedalam tanah mereka, Allah memberinya instruksi spesifik. Allah mengatakan padanya, “Jika engkau mengikuti perintah, engkau akan berhasil.”

Dua kata digabung dalam Yosua 1:8: “kemakmuran” dan “keberhasilan.” Itu mencakup setiap jenis situasi. Jika kita makmur dan berhasil, tidak ada ruang untuk kekurangan. Tidak ada ruang untuk kegagalan. Allah berkata, “jika kita melakukan hal-hal tertentu, maka kita akan makmur dan berhasil.”

Semua pengarahan yang disyaratkan bagi Yosua untuk diikuti berhubungan dengan Kitab Hukum. Ini Kitab Suci yang ada pada zaman Yosua – apa yang kita sebut Pentateukh dan apa yang umat Yahudi sebut Taurat – lima kitab pertama Alkitab, lima kitab Musa. Itu yang Yosua miliki. Camkan dipikiran bahwa hari ini, diberikan pada kita 66 kitab. Jika Yosua bisa melakukan dengan baik dengan hanya lima kitab, bayangkan betapa lebih baik kita bisa melakukan dengan 66 kitab.

Apa persyaratan dasar untuk menerimanya? “Bermeditasi” dalam hukum Tuhan. “Berbicara” isi hukum Tuhan. “Mentaati” hukum Tuhan.

Pertama, kita “bermeditasi” dalam hukum Tuhan siang dan malam. Bermeditasi adalah sesuatu yang kita lakukan dalam pikiran kita.

Kedua, kita tidak ijinkan kata-kata hukum Tuhan meninggalkan mulut kita. Kita “mengucapkannya.” Kita mendeklarasikannya. Kita harus memenuhi pembicaraan kita dengan kebenaran-kebenaran Kitab ini. Kata alkitabiah untuk itu “mengakui.” “Mengakui” berarti mengatakan sama dengan mulut kita sesuai yang Allah katakan dalam Firman-Nya. Jangan bicara banyak mengenai hal-hal kecil dan kosong. Melainkan, ekspresikan kebenaran-kebenaran Kitab Suci dalam pembicaraan kita.

Ketiga, kita harus hati-hati melakukan segala sesuatu yang tertulis didalamnya – melakukan dan bertindak. Kita “mentaati” hukum Tuhan. Begitu kita sudah bermeditasi, begitu kita sudah mengucapkan, lalu kita melakukannya. Kita melakukan apapun yang dikatakan. Kita aplikasikannya pada setiap bidang kehidupan kita.

Apa yang kita pikir, apa yang kita katakan dan apa yang kita lakukan menentukan apa yang kita alami. Diringkas: Berpikir, berbicara dan melakukan Firman Allah.

Siapa pun yang melakukan ini – berpikir, berbicara dan melakukan Firman Allah – dijamin menerima janji kemakmuran tanpa batas.

“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.

Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil” (Mazmur 1:1-3).

Baca lima kata terakhir itu dengan cermat. Tidak ada ruang untuk kegagalan atau frustasi disana. Segala sesuatu yang orang itu lakukan berhasil. Catat bahwa syarat untuk kita berpikir, berbicara dan melakukan Firman Allah ditekankan dalam pernyataan- pernyataan negatif dan positif.

Pernyataan negatif, tindakkan-tindakkan yang kita “tidak” boleh lakukan, diberikan dalam ayat 1. Kita tidak boleh berjalan menurut nasihat orang fasik, berdiri dijalan orang berdosa dan duduk dalam kumpulan pencemooh. Perhatikan dalam proses itu ada perlambatan secara gradual – dari berjalan sampai berdiri dan duduk. Jika kita mulai berjalan dengan cara orang fasik, maka kita akan berdiri, dan akhirnya kita akan duduk.

Kita harus menghindari progresi jahat itu. Namun ada orang-orang Kristen yang secara reguler menerima nasihat orang fasik dalam

banyak bidang kehidupan mereka. Lalu mereka bertanya kenapa mereka tidak makmur dan berhasil. Mereka melanggar syarat negatif utama: berjalan menurut nasihat orang fasik.

Mengikuti pernyataan-pernyataan negatif, ada dua syarat positif. Pertama, orang yang berhasil senang akan Firman Tuhan. Kita harus menemukan kesenangan kita dalam Firman Allah.

Kedua, orang yang berhasil, bermeditasi dalam Firman Allah siang dan malam. Jika kita memilih satu resep dalam Kitab Suci sentral untuk kemakmuran adalah bermeditasi dalam Firman Allah. Apapun yang memenuhi dan menguasai pikiran kita akan menentukan pengalaman kita.

Berdasarkan pemenuhan syarat ini – berpikir, berbicara dan melakukan Firman Allah – Alkitab berkata bagi siapa pun, “Apa saja yang diperbuatnya berhasil.” Saat ini, sementara kita membaca kata-kata ini, bertekadlah menjadi seperti orang itu. Lalu kembali ke ayat-ayat yang sudah kita dapat. Baca dan bermeditasi atasnya sampai ayat-ayat tersebut menjadi bagian dari kita. Ketika itu terjadi, menjadi alamiah untuk kita mengikutinya.

Syarat kelima untuk kemakmuran: “Injinkan Allah menambah menurut cara dan waktu-Nya.” Jangan merebut kelimpahan. Ijinkan Allah menambahnya. Lagi, sama dalam keuangan seperti dalam pertanian. Kita menanam benih, namun Allah yang membuat panen tumbuh. Esensi dari iman adalah kita mengijinkan Allah melakukannya. Kita memenuhi syarat-syarat, namun Allah yang memenuhi janji.

Nasihat berikut memberi keamanan besar. Ijinkanlah Allah menambah pada kita sesuai cara dan waktu-Nya. Berusaha keraslah mengejar Kerajaan Allah dan ijinkan Allah menambah.

Ada dua ayat sehubungan dengan ini. Yang pertama, “Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu” (Ulangan 28:2).

Kata “menjadi bagianmu” dalam frasa “jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu.” Dengan kata lain, kita tidak perlu berlari mengejar berkat; kita hanya perlu mengkultivasi ketaatan kita pada Tuhan. Ketika kita hidup dalam ketaatan pada Tuhan, maka berkat menjadi bagian kita. Itu bentuk kemakmuran yang diinginkan. Itu bentuk kekayaan yang memiliki berkat Allah didalamnya. Kita tidak mencari kekayaan. Kita mentaati Allah. Namun karena kita hidup dalam ketaatan, berkat-Nya datang kepada kita dan menjadi bagian kita.

Ayat kedua diambil dari kata-kata Yesus dalam Matius 6:33: “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”

Ini persoalan prioritas. Apa yang benar-benar kita cari? Apakah kita mencari kekayaan lebih dahulu? Maka kita tidak bisa mendapatkan berkat Allah. Namun jika kita mencari Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya terlebih dahulu, maka Allah menjamin Ia akan
menambah kepada kita semua hal yang kita perlukan, termasuk hal- hal material. Yesus berkata kita tidak perlu kuatir mengenai hal-hal material – Bapa kita tahu kita memerlukannya. Namun harus menjadikan prioritas kita benar. Fokus pikiran dan kehendak kita pada mentaati Allah dan melebarkan: Kerajaan-Nya dan cari kebenaran-Nya, dan Allah akan mengurus semua hal-hal ini. Kita

tidak mencari “hal-hal.”; kita mencari “Kerajaan.” Maka Allah menambah semua “hal-hal” yang kita butuhkan.

Untuk meninjau kembali, mari kita daftar lagi syarat-syarat untuk menerima kelimpahan Allah.

Pertama, motif dan sikap kita harus benar. Kedua, kita harus menerapkan iman. Ketiga, kita harus menghormati Allah, ayah ibu kita, pelayan-pelayan Allah dan pemimpin-pemimpin spiritual kita dengan memberi. Keempat, kita harus mempraktikkan berpikir, berbicara dan bertindak benar. Kelima, kita harus mengijinkan Allah menambah sesuai cara dan waktu-Nya.

Jika kita memenuhi syarat-syarat ini, kita memiliki kepastian kelimpahan Allah menjadi bagian kita.

 

 

OLEH LOKA MANYA PRAWIRO.



Leave a Reply