Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

APAKAH SEMUA BERBICARA DALAM BAHASA LIDAH (ROH)?




eBahana.com – Kita akan membahas beberapa penolakkan atau salah paham terkait dengan pengalaman berbicara dalam bahasa lidah (roh).

Satu penolakkan atau salah paham umum didasari pada pertanyaan Paulus: “Adakah mereka semua mendapat karunia untuk berkata-kata dalam bahasa roh?” (1 Korintus 12:30). Meneliti konteks ini secara cermat jawaban Paulus terhadap pertanyaan ini adalah “Tidak -semua tidak berbicara dalam bahasa roh.”

Apakah ini berarti ada orang-orang Kristen dalam gereja Perjanjian Baru yang menerima baptisan dalam Roh Kudus tanpa berbicara dalam bahasa roh?

Tidak, ini bukan apa yang Paulus katakan. Paulus disini tidak berbicara mengenai baptisan dalam Roh Kudus melainkan mengenai berbagai manifestasi supernatural Roh, yang bisa dilakukan oleh orang percaya di gereja setelah atau sebagai hasil dari pengalaman pertama dibaptis dalam Roh Kudus.

Ini sepakat dengan apa yang Paulus katakan dalam dua ayat sebelumnya. “Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.

Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar.

Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh” (1 Korintus 12:27-28).

Paulus berbicara mengenai berbagai pelayanan yang bisa dilakukan oleh masing-masing anggota yang berbeda didalam gereja. Diantara karunia-karunia ini ia menyebutkan dalam Alkitab New King James Version, “varieties of toungues” atau, lebih harfiah, “beragam jenis bahasa roh.”

Ekspresi yang sama digunakan Paulus sebelumnya dalam pasal yang sama ketika ia menyebut “sembilan karunia” manifestasi Roh Kudus yang diberikan kepada orang-orang percaya yang sudah dibaptis dalam Roh Kudus. Daftarnya sebagai berikut: “Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.

Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan.

Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan.

Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu.

Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya” (1 Korintus 12:7-11).

Paulus berbicara mengenai karunia-karunia Roh yang bisa dilakukan oleh orang-orang percaya setelah menerima baptisan dalam Roh. Ini dikonfirmasi dengan apa yang ia katakan dalam ayat 13: “Sebab dalam satu Roh kita semua telah dibaptis menjadi satu tubuh.”

Atau, lebih harfiah, “Sebab dalam satu Roh kita semua telah dibaptis kedalam satu tubuh.” Paulus disini berbicara baptisan dalam Roh sebagai satu pengalaman yang diterima oleh mereka yang ia tulis.
Sembilan karunia atau manifestasi Roh yang ia daftar bisa dilakukan oleh orang-orang percaya setelah dan sebagai hasil dari dibaptis dalam Roh Kudus.

Paulus mengindikasikan bahwa walaupun baptisan dalam Roh Kudus untuk semua orang percaya -“dalam satu Roh kita semua dibaptis kedalam satu tubuh” -setelah itu berbagai karunia Roh dibagi diantara orang-orang percaya sesuai kehendak berdaulat Roh Sendiri. Seorang percaya bisa menerima satu karunia, dan orang percaya lain bisa menerima karunia lain. Tidak semua orang percaya menerima semua karunia.

Diantara sembilan karunia Roh yang didaftar oleh Paulus, yang kedelapan adalah “berkata-kata dengan bahasa roh.” Dalam Alkitab New King James Version “different kinds of toungues.” Frasa dalam teks asli Yunani -“beragam jenis bahasa roh” dalam 1 Korintus 12:8. Dalam setiap kasus Paulus berbicara mengenai karunia spiritual khusus, bukan mengenai baptisan dalam Roh Kudus.

Untuk membahas kerja karunia khusus, diluar lingkup tulisan kotbah ini. Sebagai fakta dalam 1 Korintus 12:28, seperti dalam ayat 10 dalam pasal yang sama, Paulus tidak berbicara mengenai dibaptis dalam Roh Kudus tetapi mengenai satu dari sembilan karunia spiritual yang dilakukan oleh beberapa orang percaya (bukan semua) setelah dibaptis dalam Roh Kudus.

Ketika Paulus berkata, “Adakah mereka semua berkata-kata dalam bahasa roh?” Pertanyaan yang ada dipikirannya bukan: “Apakah semua seketika berkata-kata dalam bahasa roh?” -ketika mereka pertama kali dibaptis dalam Roh Kudus (1 Korintus 12:30).
Sebaliknya, ia bertanya: “Adakah semua orang percaya yang sudah dibaptis dalam Roh Kudus biasanya melakukan karunia berkata-kata dalam ‘beragam jenis bahasa roh’?” atau “varieties of toungues” atau “different kind of toungues.” Untuk pertanyaan ini jawabannya
-tidak. Dalam hal ini, pengalaman orang-orang percaya modern setelah dibaptis dalam Roh sepenuhnya mengikuti pola yang di tetapkan dalam Perjanjian Baru.

Perbedaan diantara karunia Roh Kudus pada mulanya, dibuktikan dengan berkata-kata dalam bahasa roh, dan sejak itu karunia “beragam jenis bahasa roh” dilestarikan secara hati-hati penggunaan bahasanya dalam Perjanjian Baru. Kata Yunani yang digunakan untuk “karunia” ketika menunjukkan karunia Roh Kudus yang diterima ketika dibaptis dalam Roh adalah “dorea.” Kata Yunani untuk “karunia” ketika menunjukkan sembilan karunia atau manifestasi Roh (termasuk karunia “beragam jenis bahasa roh) adalah “charisma.”

Dua kata ini tidak pernah dipertukarkan penggunaannya dalam Perjanjian Baru. “Charisma” tidak pernah digunakan untuk menunjukkan karunia Roh Kudus yang diterima ketika dibaptis dalam Roh. Sebaliknya, “dorea” tidak pernah digunakan untuk menunjukkan sembilan karunia Roh Kudus yang dimanifestasikan dalam kehidupan orang-orang percaya yang menerima baptisan Roh Kudus. Bahasa, pengajaran, dan contoh-contoh Perjanjian Baru mengindikasikan perbedaan jelas antara dua aspek pengalaman spiritual ini.

Mereka yang mengklaim bahwa berbicara dengan bahasa lidah bukan bukti baptisan dalam Roh Kudus logikanya harus memberi bukti alternatif yang kita bisa tahu, sesuai Kitab Suci bahwa seseorang sudah menerima baptisan dalam Roh Kudus.

Satu bukti yang umum diusulkan sebagai alternatif adalah buah spiritual (buah roh).

Argumentasinya kecuali seseorang mendemonstrasikan dalam hidupnya buah Roh Kudus secara penuh, orang tersebut tidak bisa dipertimbangkan sudah menerima baptisan dalam Roh Kudus.

Daftar lengkap buah Roh Kudus diberikan oleh Paulus dalam Galatia 5:22-23. “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.”

Ini dan nas-nas lain menyatakan dengan jelas buah utama Roh, darimana keluar berkembang semua sisanya adalah kasih.

Hanya orang Kristen bodoh yang dangkal pikirannya menolak buah roh pada umumnya, dan kasih pada khususnya sebagai terpenting tertinggi dalam kehidupan setiap orang Kristen. Namun demikian, ini tidak berarti buah spiritual bukti alkitabiah sudah menerima baptisan dalam Roh Kudus. Sebetulnya, tes buah spiritual ini harus di tolak karena bertolak belakang dengan Kitab Suci berdasarkan dua hal: pertama, para rasul tidak pernah mengaplikasikan tes; kedua, ini mengabaikan perbedaan jelas alkitabiah antara karunia dan buah.

Mari kita pelajari tes pertama yang para rasul aplikasikan dalam pengalaman mereka sendiri. Ketika 120 murid pada Hari Pentakosta menerima baptisan dalam Roh Kudus dengan bukti berbicara dalam bahasa-bahasa lain, Petrus tidak menunggu beberapa minggu atau bulan untuk melihat apakah pengalaman ini menghasilkan dalam hidupnya dan dalam kehidupan murid-murid lain ukuran buah spiritual lebih besar daripada yang mereka nikmati sebelumnya.
Sebaliknya, ia berdiri pada saat yang sama dan berkata tanpa keraguan: “tetapi itulah yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi Yoel: Akan terjadi pada hari-hari terakhir -demikianlah firman Allah -bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia” (Kisah Para Rasul 2:16-17).

Bukti apa yang Petrus miliki dalam membuat pernyataan ini? Tidak ada, kecuali fakta bahwa mereka semua mulai berbicara dalam bahasa-bahasa lain. Tidak ada bukti lebih lanjut yang diperlukan.

Lagi, setelah banyak orang di Samaria menjadi orang percaya melalui pemberitaan Filipus, Petrus dan Yohanes pergi kesitu untuk berdoa bagi mereka agar mereka menerima Roh Kudus. “Ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ.

Setibanya di situ kedua rasul itu berdoa, supaya orang-orang Samaria itu beroleh Roh Kudus.

Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorang pun di antara mereka, karena mereka hanya di baptis dalam nama Tuhan Yesus.

Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus.

Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka, serta berkata: “Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus.”

Tetapi Petrus berkata kepadanya: “Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang” (Kisah Para Rasul 8:14-20).

Dari peristiwa ini kita mengerti bahwa orang-orang di Samaria baru saja menjadi orang percaya beberapa hari, atau paling lama beberapa minggu. Namun mereka menerima Roh Kudus melalui penumpangan tangan para rasul sebagai satu pengalaman lengkap.

Tidak ada pertanyaan mengenai menunggu untuk melihat apakah dalam minggu-minggu dan bulan-bulan berikutnya sudah dimanifestasikan cukup buah spiritual dalam kehidupan orang-orang yang baru menjadi percaya itu untuk membuktikan bahwa mereka benar-benar menerima Roh Kudus. Tidak, penerimaan Roh Kudus mereka satu pengalaman lengkap, dimana setelah itu tidak ada bukti atau tes-tes lebih jauh diperlukan.

Penolakkan kadang-kadang dikemukakan bahwa Alkitab tidak dengan eksplisit menyatakan bahwa orang-orang di Samaria berbicara dengan bahasa lidah ketika mereka menerima Roh Kudus. Ini cukup benar. Namun demikian, Alkitab menyatakan jelas, dengan meletakkan kedua tangan para rasul, ada demonstrasi kuasa supernatural sehingga Simon, yang bekerja sebagai tukang sihir, bersedia membayar agar bisa menerima kuasa untuk melakukan demonstrasi supernatural serupa pada orang yang ia tumpangi tangan.

Jika kita menerima orang-orang di Samaria, hasil dari para rasul meletakkan kedua tangan atas mereka, sehingga mereka berbicara dalam bahasa-bahasa lain, maka ini cocok dengan setiap detail peristiwa yang dicatat dalam Kisah Para Rasul. Juga pengalaman mereka sejalan dengan kasus-kasus semua orang lainnya dalam Kitab Kisah Para Rasul yang menerima baptisan dalam Roh Kudus.

Atas asumsi ini, oleh karena itu, tidak mungkin membuat kesimpulan doktrinal mengenai baptisan dalam Roh Kudus. Sebagai contoh, seseorang tidak dapat berkata: “Saya tidak bisa berbicara dengan bahasa lidah; namun saya tahu saya sudah menerima baptisan dalam Roh Kudus karena saya sudah menerima bukti yang sama atau pengalaman seperti orang-orang Samaria.”

Jika orang-orang Samaria tidak berbicara dengan bahasa lidah, tidak ada cara mengetahui apalagi yang mereka bisa lakukan sebagai gantinya.

Jadi asumsi ini mengarah hanya kepada kesimpulan-kesimpulan negatif. Tidak bisa mempengaruhi kesimpulan-kesimpulan positif yang kita sudah buat dari kasus-kasus lain dimana kita tahu orang-orang, waktu menerima baptisan dalam Roh, berbicara dengan bahasa lidah.

Kasus lain yang kadang-kadang dikemukakan adalah Saulus dari Tarsus (kemudian rasul Paulus). “Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: “Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.

Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis” (Kisah Para Rasul 9:17-18).

Tentunya jika ada kasus dimana gereja mula-mula dibenarkan karena mengaplikasikan tes buah spiritual, dalam kasus Saulus dari Tarsus. Sampai waktu itu ia, menurut pengakuannya sendiri, penentang injil dan penganiaya gereja paling sengit. Namun disini kita menemukan ia menerima Roh Kudus dalam satu pengalaman, melalui peletakkan tangan Ananias, dan setelah itu tidak ada anjuran sekecil apapun bahwa tes buah spiritual dalam hidupnya harus diaplikasikan.

Sekali lagi, ada kelompok orang yang menentang bahwa Kitab Suci tidak menyatakan bahwa Saulus (kemudian Paulus) berbicara dengan bahasa lidah ketika Ananias meletakkan tangan padanya. Betul Kitab Suci tidak memberi detail apa yang terjadi pada Paulus. Namun demikian, berdampingan dengan peristiwa ini dalam Kisah Para Rasul 9, kita harus membaca kesaksian Paulus sendiri, seperti dicatat dalam 1 Korintus. “Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua” (1 Korintus 14:18).

Ketika kita mengkombinasikan kesaksian Paulus dengan contoh-contoh lainnya dalam Kitab Para Rasul, masuk akal menyimpulkan bahwa Paulus mulai pertama berbicara dengan bahasa lidah ketika Ananias meletakkan tangannya ke atasnya untuk kepenuhan Roh. Kesimpulan ini diperkuat dengan apa yang terjadi ketika Paulus setelah itu, meletakkan tanganya di atas orang-orang percaya baru di Efesus. “Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat” (Kisah Para Rasul 19:6).

Tidak alamiah berpikir Paulus meletakkan tangannya ke atas orang-orang baru percaya di Efesus, menyalurkan kepada mereka pengalaman Roh yang ia sendiri belum pernah terima.

Satu kasus lebih jauh dan menentukan adalah Kornelius dan rumah tangganya, seperti dihubungkan dalam Kisah Para Rasul 10. Petrus dan orang-orang Yahudi yang lain pergi ke rumah Kornelius dengan enggan, bertentangan dengan keinginan mereka, hanya karena Allah secara eksplisit mengarahkan mereka pergi. Setelah Petrus memberitakan injil baru sebentar, Roh Kudus turun ke atas semua yang mendengar perkataannya.

Petrus dan orang-orang Yahudi lain terheran-heran karena mereka mendengar orang-orang bukan Yahudi ini berbicara dengan bahasa lidah.

Sampai saat itu Petrus, seperti orang-orang Yahudi yang sudah percaya, belum memahami bahwa dimungkinkan bagi bangsa-bangsa lain seperti Kornelius menerima keselamatan dan menjadi Kristen. Namun satu manifestasi berbicara dengan bahasa lidah ini langsung meyakinkan Petrus dan orang-orang Yahudi lainnya bahwa bangsa-bangsa lain sama seperti orang-orang Yahudi sendiri. Petrus tidak pernah mengusulkan perlu bagi orang-orang di rumah Kornelius melakukan tes lebih jauh atau menunggu buah spiritual atau mencari bukti lain. Sebaliknya ia langsung memerintahkan agar mereka dibaptis, yang mana mereka secara terbuka menerima dan menjadi orang Kristen. Petrus setelah itu melaporkan insiden ini kepada pemimpin-pemimpin gereja apostolik di Yerusalem. “Dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita” (Kisah Para Rasul 11:15, 17).

Kita tahu dari pasal sebelumnya bahwa Kornelius dan rumah tangganya semua berbicara dengan bahasa lidah. Namun dalam peristiwa ini Petrus tidak mengangap perlu menyebut manifestasi yang menentukan ini. Ia hanya berkata: “Roh Kudus turun ke atas mereka, seperti ke atas kita dahulu….Allah memberi mereka karunia yang sama seperti Ia memberi kita.” Dengan kata lain, manifestasi berbicara dengan bahasa lidah pada saat itu secara universal begitu diterima sebagai bukti menerima Roh Kudus sehingga Petrus bahkan tidak perlu menyebutnya. Ia dan pemimpin-pemimpin gereja lainnya menerima dengan yakin. Pemimpin-pemimpin gereja lainnya menyimpulkan: “Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah, katanya:

“Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup” (Kisah Para Rasul 11:18).

Apa yang meyakinkan Petrus dan para rasul lainnya bahwa bangsa-bangsa lain bisa mengalami keselamatan melalui iman dalam Kristus seperti bangsa Yahudi? Satu hal, dan hanya satu hal: fakta mereka mendengar orang-orang bukan Yahudi itu berbicara dengan bahasa lidah. Dalam seluruh peristiwa ini tidak ada usul bahwa Petrus atau para rasul lainnya mencari bukti dalam kehidupan orang-orang bukan Yahudi itu, selain dari fakta mereka berbicara dengan bahasa lidah. Tidak ada pertanyaan menunggu buah spiritual dimanifestasikan.

Dalam hal ini para rasul bersikap logis -bukan karena buah spiritual tidak penting, namun buah spiritual, dengan kodratnya, berbeda sama sekali dengan karunia. Karunia diterima melalui satu tindakkan iman; buah spiritual dihasilkan melalui proses secara bertahap termasuk menanam, mengurus dan mengkultivasi.

Baptisan dalam Roh Kudus adalah karunia -satu pengalaman -diterima dengan iman. Bukti bahwa seseorang sudah menerima karunia ini adalah ia berbicara dengan bahasa-bahasa lain.

Setelah itu, satu tujuan utama karunia diberikan adalah untuk memungkinkan orang itu menghasilkan lebih dan buah spiritual yang lebih baik dibanding yang ia bisa hasilkan tanpa karunia. Tidak ada salahnya menekankan pentingnya buah spiritual. Kesalahannya ini membingungkan antara “karunia” dengan “buah spiritual,” membingungkan “bukti karunia” yang diterima dengan “maksud karunia” itu diberikan. Kita masih perlu memikirkan banyaknya salah paham yang umum sehubungan dengan bahasa lidah sebagai bukti menerima baptisan dalam Roh Kudus.

 

OLEH LOKA MANYA PRAWIRO.



Leave a Reply