Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Yesus dan Politik (Part I)




eBahana.com – Kelahiran Yesus di bumi ini pada saat masa gelap 400 tahun, apa itu masa gelap 400 tahun yaitu masa di mana Dia tidak mengutus para nabi dengan kata lain selama itu Dia tidak berfirman. Dengan demikian apa yang disampaikan para pemimpin agama Yahudi kepada umat Israel berasal dari statement dan pemikiranya sendiri yang dipengaruhi oleh subyektifitas pribadi. Oleh karena itu wajar jika terjadi krisis ekonomi, sosial budaya, politik dan hukum. Pada masa itu memang krisis identitas, krisis moral. YHWH yang membebaskan mereka dari bangsa Mesir melalui para nabi tidak lagi menjadi soko guru penopang kehidupan mereka. Maka dari itu wajar apabila terjadi hukum rimba (yang kuat yang berkuasa dalam hal apapun termasuk religius. Sehingga wajar jika Israel mudah sekali dikuasai oleh bangsa asing.

Yesus sejak masih di dalam kandungan sudah berurusan dengan politik, ketika itu kaisar Agus mengeluarkan maklumat supaya mendaftarkan diri (semacam sensus penduduk) di kotanya masing-masing. Tidak ketinggalan pula Yusuf dan Maria juga melakukan hal yang sama dengan yang lainya. Karena tinggal di Nazaret mereka berangkat pagi-pagi supaya ketika sampai di Yerusalem dapat terlayani dengan baik. Tetapi di tengah perjalanan Maria terasa bahwa kandungannya mau lahir sehingga cari penginapan tetapi ternyata semua penginapan sudah penuh hanya tersisa kandang ternak. Karena terpaksa Maria melahirkan bayinya disebuah kandang karena tidak ada lagi kamar yang layak di penginapan.

Tumbal Politik

Yesus dari bayi sudah menjadi korban politik kekuasaan yang diawali sejak rombongan orang Majus dari timur mencari keberadaan raja orang Yahudi yang baru lahir dan pencariannya sampai ke istana Herodes. Lalu mereka bertanya di mana lahirnya raja orang Yahudi yang baru lahir? Sebelum rombongan orang majus pergi, Herodes berpesan ketika sudah menemukan bayi yang baru lahir supaya memberi tahu kepadanya karena dia juga ingin menyembah bayi yang baru lahir itu. Walaupun itu hanya basa-basi karena dia terkejut, marah karena ia khawatir kalau kalau kedudukannya akan terancam sebagai raja akan dilengserkan suatu saat nanti. Apa yang dialami oleh Herodes dari masa ke masa selalu ada karakter Horodes dengan cara apa pun ingin mempertahankan statusnya sebagai seorang raja termasuk dengan cara menghilangkan nyawa orang.

Ketika ia merasa tertipu oleh orang Majus dari timur karena mereka tidak jadi datang kembali untuk melaporkan keberadaan bayi Yesus yang baru lahir. Lalu ia murka dan memberi perintah utuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir. Karena haus kekuasan dan ingin mempertahankannya ia rela melakuan apa saja termasuk melakukan pembantaian anak-anak. Karena kekuasaan, ia kehilangan pri kemanusiaan dan pri keadilan.

Oleh malaikat, Yusuf dan Maria diminta menyingkir ke Mesir mengajak Dia sampai situasi aman, dan pencarian dan bayi terus dilakukan sampai Herodes meninggal dunia. Setelah kematiannya maka malaikat memerintahkan Yusuf dan Maria kembali ke kediamannya di Nazareth. Sebenarnya sejak masa perjanjian lama, Allah telah mengingatkan Israel yang meminta seorang raja untuk memerintah seperti bangsa yang lain, Ia telah memberitahu konsekuensinya salah satunya adalah rakyat membayar pajak dan akan kehilangan banyak tanah-tanah yang diperuntukkan untuk kerajaan dari raja sampai prajurit. Tetapi Israel tetap ngotot untuk minta seorang raja maka diberikannya Saul. Yang menjadi pertanyaan apakah ada perubahan yang lebih baik, ternyata kesejahteraan, kemakmuran berkeadilan sosial, tergantung rajanya takut akan Tuhan atau tidak. Contohnya sangat banyak, pascaa surutnya raja Salomo, pemerintahan Israel timbul tenggelam dipengaruhi oleh siapa yang menjadi raja. Hal itu dirasakan sampai masa kelahiran Yesus tidak berbeda. Kunci kesejahteraan, kedamaian, kemakmuran itu juga dipengaruhi oleh kebijakan dari seorang pemimpin yaitu pro rakyat atau pro pemodal. Di samping itu pemerintahnya bersih dari KKN atau tidak, tetapi jangan dilupakan bahwa seorang pemimpin harus yang berintegritas, berkapasitas dan mempunyai kapabilitas.

Para pengikut Kristus harus mampu menjadi teladan dalam berpolitik dan berdemokrasi dengan cara memilih pemimpin tidak karena uang atau janji janji manis yang sehingga kita tidak menjadi tumbal politik. Markus Sulagi



Leave a Reply