Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Temukan Pasangan Hidupmu…




eBahana.com

Dr. Neil Clark Warren, seorang konselor pernikahan ternama di Amerika Serikat, pernah menyatakan lebih dari 80% persoalan dalam pernikahan, ternyata benihnya sudah ada sejak pasangan tersebut dalam masa penjajagan (alias pacaran) dan pertunangan. Saat cinta bersemi dan berkembang, banyak pasangan yang terbuai dengan atmosfir cinta yang ada, terbawa dalam suasana romansa, dan tak jarang rasa cinta begitu kuat hingga menguasai logika pasangan yang sedang dimabuk cinta.

Saat pasangan sedang dilanda cinta pun pengharapan yang indah mulai berkembang. Apalagi terpukau dengan sikap baik dan romantika yang terjadi sehingga banyak pasangan tak lagi bersikap waspada dalam membangun relasi. Masukan dan pandangan dari teman bahkan orang tua yang terkesan tidak mendukung langsung ditolak atau dibantah. Bila perlu sampai memberontak kepada orang tua. Tidak sedikit juga yang melanggar batas, bahkan hamil di luar nikah, dan tidak sedikit yang melakukan aborsi karena ketidaksiapan menghadapi konsekuensi dari perbuatan mereka.

Dalam menemukan pasangan hidup, kata kuncinya ada pada kata‘menemukan’. Kata ‘menemukan’ lebih tepat digunakan. Karena bila berkaitan dengan pasangan hidup, seharusnya Anda sudah paham siapa diri Anda, apa yang menjadi kelebihan dan kelemahan Anda, dan gambaran umum pasangan seperti apa yang Anda harapkan menjadi pendamping Anda.

Padahal Alkitab sudah mencatat suatu kisah perjalanan pernikahan yang bisa menjadi patokan bagi banyak anak muda, maupun bagi orang tua yang membimbing anak-anaknya dalam menemukan pasangan hidupyang tepat, yaitu kisahRibka dipinang bagi Ishak (Kejadian 24).

  1. KESESUAIAN IMAN
    Abraham mengutus pelayannya, Elieser, mencarikan calon istri bagi Ishak dengan memegang janji Tuhan pada (Kejadian 24 : 7). Abraham mencarikan calon istri buat anaknya dari kelompok orang yang juga taat kepada Tuhan dari negri asalnya, bukan dari negri di mana mereka tinggal saat itu (saat itu mereka tinggal di lingkungan orang fasik).

Pernikahan HARUS berlandaskan kesesuaian iman. Ini seharusnya menjadi prinsip paling utama dan paling penting dalam membangun pernikahan, termasuk saat melakukan ‘penjajagan’ (atau yang dikenal dengan istilah pacaran). Firman TUHAN dengan jelas menegaskan prinsip ini: “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu degan gelap? “(2 Korintus 6:14).

Dalam Alkitab versi NIV, bila diterjemahkan secara bebas, ayat tersebut tertulis demikian: “Janganlah kamu dipasangkan kuk bersama dengan orang yang tidak percaya. Karena kesamaan apakah yang ada pada kebenaran dan kejahatan? Atau persekutuan seperti apakah yang mungkin antara terang dan kegelapan?”

‘KUK’ adalah alat yang dipakai petani untuk diikatkan pada punggung lembu/kerbau untuk mengendalikan mereka saat membajak. Petani yang bijak akan mengikatkan dua lembu/kerbau yang sama-sama terlatih, dengan ukuran tubuh, kekuatan dan sifatnya sama (sepadan dan seimbang), agar dapat bekerja dengan lancar dalam pembajakan sawah/ladang. TUHAN bagaikan ‘Petani’ yang Maha Bijaksana. Dia tahu bahwa kita tidak akan pernah bahagia bila terikat pada seseorang yang ingin menarik kita ke arah yang berlawanan dengan keinginan kita untuk taat kepada TUHAN.

Itulah mengapa IA memberikan arahan kepada kita untuk menikah hanya dengan orang yang seiman dan bertumbuh dalam imannya di dalam Tuhan. Yang termasuk dalam kategori ‘tidak seiman atau tidak sepadan’, adalah:
a. Penganut kepercayaan lain, yang tidak mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
b. Tidak bertumbuh dalam iman pada Kristus (Kristen Tanpa Pertobatan/ Pertumbuhan).

Di dalam kesesuaian iman, Anda dapat berpadu dengan pasangan Anda melakukan kehendak Tuhan dan membawa kemuliaan bagi nama-Nya. Dalam kesesuaian iman, membuat Anda dan pasangan akan lebih mudah bersepakat dalam mendidik dan membesarkan anak, dan dalam banyak hal pada hidup pernikahan.

2. KETERLIBATAN TUHAN
Elieser berdoa kepada Tuhan untuk memberinya tanda (Kejadian 24:12–14) tentang siapa gadis yang tepat untuk menjadi istri Ishak, dan TUHAN menjawab doanya. Doa tidak hanya saat kita sedang sakit, atau butuh mukjizat dalam kehidupan, tapi dalam proses menemukan pasangan hidup, selama membangun relasi. Bahkan sampai akhirnya menikah dan menjalani hidup pernikahan, doa HARUS menjadi sebuah gaya hidup. Saat kita berdoa berarti kita mengakui keterbatasan yang ada, dan sekaligus mengakui keutamaan Tuhan di dalam setiap aspek dan tahapan kehidupan kita.

Perasaan dan kedagingan bisa membuat seseorang salah dalam mengambil keputusan, apalagi karena perasaan cinta bisa begitu kuat. Bahkan menguasai pikiran dan membuat orang yang sedang jatuh cinta berpikir mereka sedang memiliki cinta yang kuat, yang mendorong mereka untuk mengambil keputusanuntuk menikah. Karena itulah penting bagi setiap calon pasangan suami istri untuk :
a. Berdoa minta tuntunan TUHAN agar tidak salah mengambil keputusan.
b. Berkonsultasi dan berada dalam bimbingan hamba TUHAN atau mentor rohani yang menjadi perpanjangan tangan TUHAN’ untuk membimbing dan mengarahkan sesuai dengan prinsip Firman TUHAN.

Bila sejak dalam membangun relasi Anda sudah melibatkan TUHAN, maka Anda dihindarkan dari berbagai masalah yang tidak perlu terjadi jika sejak awal Anda sudah melibatkan TUHAN danmenerapkan prinsip-prinsip firmanNYA.

3. UTAMAKAN KARAKTER.
Elieser tidak berdoa/meminta istri yang cantik dan menarik bagi Ishak. Ia meminta kepada TUHAN seorang istri yang berkarakter baik buat Ishak, dan Ribka memang memiliki karakter yang baik. Pada jaman itu tidak mudah sebenarnya bagi Ribka untuk mengambil air di sumur. Ia harus membawa pasu/bejana, menuruni anak tangga untuk sampai ketinggian air sumur, memasukkannya ke dalam pasu/bejana, lalu menapaki anak tangga lagi untuk sampai ke permukaan tanah. Bisa dibayangkan, untuk memberi minum Elieser dan unta-unta yang dibawa oleh Elieser, berapa kali Ribka harus naik turun mengambil air. Apalagi seekor unta bisa minum air lebih sekadar 1-2 bejana air. Hanya seseorang yang punya karakter yang tulus dan bermurah hati yang mau melakukannya kepada orang asing yang baru dikenalnya. Apalagi Ribka berdialog dengan Elieser dengan sikap yang santun.

Penampilan fisik memang tetap harus dipertimbangkan, namun penampilan fisik bisa berubah, bisa memudar sesuai dengan bertambahnya usia. Karakter yang baik, apalagi berdasarkan iman kepada Kristus, akan cenderung lebih ‘bertahan lama’ daripada penampilan fisik. Karena itulah dari mulai membangun relasi sampai memutuskan untuk menikah. Diperlukan waktu minimal 1 (satu) tahun, agar Anda bisa benar-benar mengenal karakter calon pasangan Anda. Kalau Anda membangun relasi jarak jauh (long distance relationship), tentunya memerlukan waktu yang lebih lama lagi untuk Anda benar-benar mengenal karakter seseorang.

Anda harus melihat calon pasangan dalam berbagai situasi: bagaimana saat ia marah, bagaimana saat ia sedih, bagaimana reaksinya saat ada dalam tekanan, dan sebagainya. Saat ini juga ada tes-tes kepribadian sederhana yang bisa membantu calon pasutri untuk mendapatkan indikasi karakter Anda dan calon pasangan hidup, dan bagaimana Anda berdua membangun relasi berdasarkan kecenderungan kepribadian yang muncul dari hasil tes, sambil tetap mempertimbangkan apa yang Anda alami selama interaksi langsung dengannya.

Bila Anda berelasi dengan calon pasangan yang tepat bagi Anda, karakter Anda akan menjadi lebih baik, Anda menjadi lebih dekat kepada TUHAN, dan menjadi lebih rajin. Namun bila sebaliknya yang terjadi, Anda perlu mempertimbangkan kembali sebelum melanjutkan relasi Anda. Jangan hanya terpukau oleh karisma ataupun mengandalkan perasaan cinta Anda. Ingat: perasaan cinta, sebagaimana halnya perasaan/emosi lainnya seperti susah, senang, marah, sedih; bisa datang dan pergi, bisa berubah dengan seketika. Karena itulah perasaan cinta TIDAK BISA diandalkan…!

4. RESTU DARI ORANGTUA
Setelah ditolong oleh Ribka, Elieser mau menemui, dan berkenalan dengan orang tua beserta keluarga besar Ribka. Dan setelah lebih mengenal keluarga besar Ribka, Elieser menyampaikan maksud kedatangannya, yaitu ingin meminang Ribka bagi Ishak, dan memohon restu/ijin dari Betuel–ayah dari Ribka.

Dalam pengalaman saya bersama istri hampir 19 tahun mengonseling pasutri, kami menemukan pasangan yang membangun rumah tangganya tanpa restu dari orangtua, atau orangtua ‘setengah hati’ memberikan restunya, umumnya mengalami masalah. Setelah mereka berekonsiliasi maka pernikahan mereka mengalami pemulihan dan terobosan.

Selain itu, saat kami melakukan konseling pra nikah, kami selalu menjadwalkan 1 sesi khusus pertemuan dengan kedua orang tua calon pengantin. Kami ingin memastikan bahwa masing-masing orang tua benar-benar memberikan restunya dengan ikhlas. Bila ternyata ada ‘ganjalan’, maka harus dituntaskan pada pertemuan itu. Karena kami mempercayai setelah berkat dari TUHAN maka hal penting yang harus didapat oleh pasangan suami istri adalah berkat dan restu dari orang tua, yang TUHAN tunjuk sebagai wakilNYA di dunia ini.

Memberontak terhadap orang tua, memaksakan kehendak untuk tetap melanjutkan hubungan meski tidak direstui oleh orang tua, tidak sejalan dengan Firman TUHAN dalam Efesus 6:2-3: “Hormatilah ayahmu dan ibumu–ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.”

Salah satu ‘masalah klasik’ sehubungan dengan masalah restu/ijin dari orang tua, adalah bagaimana kalau seseorang (seolah-olah) mendapat konfirmasi dari TUHAN bahwa memang teman dekatnya saat ini adalah pasangan dari TUHAN baginya. Padahal orang tuanya tidak setuju atau tidak merestui. Ini yang harus Anda perhatikan: TUHAN tidak mungkin memberikan suatu konfirmasi/arahan yang bertentangan dengan firmanNYA sendiri…!

Jadi tidak mungkin TUHAN ‘memberikan jodoh’ yang malah membuat Anda harus memberontak dan menentang orangtua Anda sendiri. Bila ada ketidaksetujuan dari orangtua, lakukan dialog, jembatani calon pasangan untuk bisa membangun relasi dengan orang tua Anda, agar mereka bisa mendapatkan gambaran yang lebih objektif tentang teman dekat Anda. Keputusan untuk menikah, adalah keputusan yang besar dan penting setelah keputusan menerima YESUS sebagai TUHAN dan Juru Selamat. Jika Anda memerhatikan gambar di bawah ini, Anda bisa memahami bahwa keputusan dengan siapa Anda menikah SANGAT MENENTUKAN bagaimana 70% hidup Anda.

Karena itu perhatikan dengan baik setiap langkah Anda dalam membangun relasi dengan lawan jenis. Lakukan dengan cermat setiap prinsip Firman TUHAN, dan taati tuntunan dan arahan pemimpin Anda, agar Anda tidak mengalami permasalahan yang sebenarnya bisa Anda hindari bila Anda melakukan firmanNYA.

Mari menyelamatkan pernikahan, sebelum pernikahan itu dimulai…

***

(Himawan Hadirahardja, penulis adalah Direktur Eksekutif Family First Indonesia, Pembicara, dan Penulis Buku Keluarga)

 



Leave a Reply