Sosial Religius & Religius Sosial
eBahana.com – Di dalam kehidupan manusia sering kali melupakan 3 hal, yaitu,
- Menjalin hubungan yang baik antara manusia dengan Allah,
- Menjalin hubungan yang baik antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya,
- Menjalin hubungan yang baik antara manusia dengan alam sekitarnya.
Berdamai dengan Allah, berdamai dengan sesamanya dan berdamai dengan alam sekitarnya. Dan yang menjadikan manusia sering kali melupakan ketiga hal di atas adalah individualisme dan atau harta benda kemewahan. Apabila kehidupan manusia sudah memusat pada individu dan harta benda maka hubungan antara Allah, manusia, dan alam sekitarnya pasti akan hancur. Pada hal manusia itu sejatinya tidak bisa hidup tanpa adanya perdamaian. Untuk mengatasinya supaya manusia tidak melupakan Tuhan, tidak melupakan sesamanya dan tidak melupakan alam sekitarnya, oleh karenanya setiap orang harus bisa menjadi manusia sosial religius, atau sebaliknya menjadi manusia yang religius Sosial. Dan yang menyebabkan manusia gagal menjadi manusia sosial religius dan atau manusia religius sosial adalah dosa. Apakah yang dimaksud dengan manusia sosial religius?
Manusia yang dapat menyeimbangkan relasi antara Allah dengan manusia, menyeimbangkan relasi antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya (dengan sesama manusia), serta menyeimbangkan relasi antara manusia dengan alam sekitarnya. Hal itu terjadi karena, manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Dosa yang diperbuat Adam dan Hawa itu telah merusak citra diri manusia untuk menjadi manusia sosial religius dan manusia religius sosial. Dosa itu pula yang menjadi penghalang utama untuk mewujudkan hal itu, sebab dosa sangat bertentangan dengan kehidupan sosial religius yang mendasarkan hidupnya pada hukum kasih. Sedangkan perbuatan dosa telah nyata yaitu mendasarkan diri pada keinginan daging.
Mengapa manusia diciptakan sebagai manusia sosial religius sebab manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan yang lainnya. Akan tetapi dosa telah merusak semuanya sehingga manusia tidak ada yang benar seorang pun tidak. Karena dosa itu pulalah yang membuat Allah telah membuat demarkasi antara Dia Yang Maha Kudus dengan manusia yang penuh dengan dosa. Seperti yang dikatakan oleh Nabi Yesaya: “Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Dia tidak mendengar, ialah segala dosamu.” Karena dosa, yang membuat hubungan manusia dengan diri-Nya menjadi putus dan berbeda visi dan misinya, manusia tidak lagi mendasarkan hidupnya pada hukum kasih, mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia seperti dirinya sendiri. Contoh manusia sosial religius adalah jemaat mula mula, sebagai manusia sosial religius aktivitas apa yang dilakukan dalam hidup mereka sehari hari? Yang dilakukan jemaat mula mula adalah: “Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari di bait Allah, memecah memecahkan roti secara bergantian di rumah masing-masing, dan makan bersama gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah.”
Kata memecahkan roti di sini bukan saja untuk mengingat pengorbanan Dia di kayu salib untuk menebus dosa manusia yang percaya kepada-Nya sebagai Tuhan dan juru selamat tetapi juga bentuk dari kehidupan bersosialisasi jemaat yang satu dengan yang lain. Dalam hal memenuhi kebutuhan hidup bersama. Bentuk kekuatan manusia sosial religius yang dilakukan jemaat mula-mula adalah: Memecah kan roti di rumah masing masing secara bergantian. Namun kekuatan dari sosial religius bukan hanya itu saja tetapi: Kerukunan, kebersamaan, empati di dalam segala hal. Yang menjadi ciri utama dari manusia sosial religius adalah: Bersyukur dalam segala hal, baik di dalam suka maupun di dalam duka. Bersuka-cita senantiasa dan tetap berdoa sambil makan bersama dengan gembira adalah perilaku yang harus mereka lakukan dalam kehidupan sehari hari. Kegembiraan atau keceriaan yang ditunjukkan oleh mereka menjadi tambahan energi baru bahkan terbarukan yang sanggup memancarkan kasih Kristus kepada semua orang dari dahulu, sekarang dan selamanya.
Sementara manusia religius sosial itu yang sanggup melakukan hanya Yesus, karena Dia adalah Allah yang sejati dan manusia yang sejati. Hal ini ditunjukkan Yesus selama kurang lebih 33 tahun semasa hidup-Nya. Selama itu pula Ia tidak pernah berhenti menyerukan tentang pekerjaan Tuhan dan mengenalkan diri-Nya bahwa Dia adalah Mesias yang dijanjikan di dalam kitab Perjanjian Lama, Dia mengajar dan memperkenalkan jati diri-Nya tidak selalu di bait Allah atau Sinagok-Sinagok tetapi dimanapun tempat yang Dia sukai. Dia mengajar terkadang di rumah penduduk di danau, di atas perahu, dan di tempat-tempat yang lain. Yesus di dalam kerja-kerja-Nya tidak mengutamakan tempat tetapi mengutamakan orang yang hadir. Kita bisa melihat dan menganalisisnya bagaimana manusia Yesus sebagai religius Sosial seperti yang berhasil dicatat oleh Matius di dalam Injilnya di dalam khotbah di atas bukit yang dibuka dengan ucapan bahagia. Dalam ucapan bahagia tersebut dimulai dengan ucapan bahagia kepada orang miskin, mengapa demikian? Karena orang miskin yang lebih membutuhkan kehadiran Yesus daripada orang yang kaya. Mereka lebih tulus berharap kepada Dia dari pada mereka yang lebih kaya seperti yang dikatakan-Nya: “Orang yang sakit yang lebih membutuhkan tabib dari pada yang sehat.”
Sebab cara pandang Yesus terhadap kemiskinan sangat berbeda dengan dengan pemimpin agama Yahudi dan masyarakat pada umumnya. Di dalam bersosialisasi, Yesus selalu mengutamakan atau menomorsatukan mereka, sedangkan yang lain berkontradiktif dengan pandangan-Nya, bahkan kalau perlu keberadaan mereka di tengah masyarakat dihapuskan. Sebab pada saat Yesus hidup sampai dengan saat ini seseorang itu miskin bukan karena malas bekerja tetapi memang semua hak orang miskin telah diamputasi oleh para pengambil kebijakan supaya mereka tetap berposisi sebagai seorang yang miskin, baik miskin secara ekonomi, sosial budaya. Mereka miskin karena tidak mendapat pendidikan yang layak dan sama seperti mereka yang kaya. Yesus sebagai manusia religius sosial selalu berpikir, berucap dan bertindak holistik atau menyeluruh sedangkan mereka selalu berpikir, bertindak sepotong sepotong. Bagi kita yang telah mengaku Kristus adalah Tuhan dan juru selamat dalam hidup kita sehari hari sudah berada di jalur yang benar. Sekarang hanya Roh Kudus yang sanggup mengontrol, menjaga diri kita supaya tetap berada dalam jalur yang benar, yaitu menjadi manusia sosial religius dan menjadi manusia religius sosial.
Oleh Markus Sulag.