Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Sebungkus Mie Instan




eBahana.com – Untuk bermurah hati, tidak perlu menunggu jadi kaya terlebih dahulu. Dalam hal-hal sederhana pun kita dapat melakukannya.

“Mas, saya buatkan Indomie yah?” Permintaan itu mengalir dari mulut seorang pria paruh baya yang juga ayah dari salah seorang murid saya. Ingin rasanya saya menolak permintaan itu mengingat kondisi keluarga tersebut yang sangat sederhana. Namun akhirnya saya menerima untuk menghargai tawaran yang diberikan. “Yaah, minyaknya habis, Mas. Maaf ya, tidak jadi buat Indomie.” Ungkapan bernada kekecewaan itu pun
keluar setelah ia mendapati minyak tanah dalam kompor habis. Penampilan fisik dari kompor minyak tanah itu pun seolah menyiratkan kondisi ekonomi dari keluarga ini. Tidak jadi menikmati Indomie, saya masih bisa menikmati kemurahan hati dari keluarga sederhana ini dengan segelas teh manis hangat, sekotak wafer coklat dan crackers keju.

“Mengapa keluarga sederhana ini bisa begitu murah hati?” begitu pertanyaan yang mencuat di benak saya. Padahal, mungkin stok Indomie yang mereka miliki tidak lebih dari lima bungkus, tetapi mereka merelakan satu bungkus untuk menyuguh tamu. Mungkin juga stok wafer dan crackers rasa keju yang mereka suguhkan adalah persediaan snack untuk satu-dua minggu, tetapi makanan itu pun mereka relakan untuk dibagikan. “Luar biasa!” gumam saya dalam hati.

Ingatan akan peristiwa ini membawa saya pada kisah janda di Sarfat (lih. 1 Raj. 17:1-16). Hari itu sebenarnya ada alasan kuat untuk janda tersebut menolak permintaan Elia. Namun, entah mengapa ia memilih untuk taat karena percaya dengan perkataan Nabi Allah. Dibuatnya terlebih dahulu roti untuk Elia, baru kemudian dibuatnya pula untuk dirinya dan anaknya. Mukjizat Allah pun terjadi tepat seperti yang Elia sampaikan. Tepung dan minyak yang dimiliki oleh perempuan itu tidak habis sampai hujan turun membasahi bumi. Berbicara tentang memberi, kitab Amsal menasihatkan hal yang bagus sekali. “Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya” (Ams. 3:27).

Memberi berkaitan dengan apa yang ada di dalam hati, bukan berapa banyak uang dalam dompet atau berapa jumlah deposito seseorang. Orang yang murah hati akan tetap berbagi sekalipun ia masih kekurangan. Orang yang murah hati tidak akan berpikir, “Kalau saya memberi, nanti untungnya untuk saya apa?” Entah bagaimana, orang yang murah hati mengerti bahwa ketika ia memberi, suatu saat akan menerima balasannya. Orang yang murah hati, akan menggerakkan tangan Tuhan untuk memberkati karena ia telah menjadi seperti selang yang mengalirkan berkat yang Tuhan percayakan, bukan membuat kolam penampungan untuk keperluan pribadi.

Seberapa erat genggaman tangan Anda dengan setiap rupiah yang Tuhan percayakan setiap bulan? Seberapa tebal tembok “gudang” penyimpanan bahan kebutuhan sehari-hari di rumah Anda, sehingga Anda enggan “menjebol” sedikit saja dan membagi isinya ketika ada yang membutuhkan ?Alangkah hebatnya dampak yang dihasilkan ketika semakin banyak orang suka memberi dengan murah hati. Namun, kita tidak bisa mengharapkan orang lain melakukannya terlebih dahulu untuk melihat hal itu terjadi. Mulailah dari diri kita sendiri, dari dalam rumah kita, untuk orang-orang yang ada di sekitar kita. Ajarkan hal itu kepada pasangan, anak-anak, para murid, mahasiswa, atau jemaat yang kita gembalakan. Lakukan hal itu dengan konsisten sampai suatu saat kita melihat bahwa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang murah hati. Berbahagialah orang
yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.

Oleh Widodo Surya Putra, mentor PPA “Domby Kid’s Hope Terban, Yogyakarta.



Leave a Reply