Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Saviour Our Soul (Bagian 2)




Sebagai pengikut Kristus, terkadang tidak diketahui bahwa para penulis Injil memandang Yesus dari berbagai sudut pandang. Untuk mengisinya, akan diuraikan di bawah ini, termasuk perdebatan yang biasanya terjadi.

Kristus Menurut 4 Injil

Kita dapat mengenal Yesus melalui silsilah-Nya yang ditulis empat penulis Injil. Tulisan mereka dapat dibagi  dua kategori: Pertama, historis;  Matius memahami-Nya sebagai Raja karena Dia  anak raja Daud. Secara eksplisit, gelar raja ditulis di depan Daud (Mat 1:1, 6). Markus memahami-Nya sebagai Hamba (Mar. 10:45). Silsilah hamba kurang diperhitungkan sehingga tidak dia tulis. Lukas  memandang Yesus sebagai anak manusia karena Dia anak Adam (Luk. 3: 38).  Mereka memandang Yesus dari kemanusiaan-Nya. Kedua, teologis; Yohanes memandang Yesus dari keilahian-Nya. Yesus adalah Anak Allah (Yoh. 1:18). Yesus adalah firman yang menjadi manusia. Firman itu kekal. Manusia itu fana. Dengan demikian, sifat Bapa adalah baka, ilahi, tak tercipta. Sifat Yesus adalah surga-bumi, baka-fana, ilahi-manusiawi, tak tercipta-tercipta. Keduanya ada pada-Nya tetapi maut tidak bisa merenggut-Nya. Buktinya Dia bangkit dari kematian dan naik ke surga.

Perdebatan-perdebatan yang Terjadi

Setelah memahaminya, ada perdebatan yang terjadi. Pertama, ada anggapan Yesus lahir ke dunia karena hubungan intim Allah dan Maria. Sesungguhnya, malaikat memberitahukan kepada Maria dan Yusup bahwa kehamilan Maria dikarenakan oleh Roh Kudus yang turun dan kuasa Allah yang menaunginya (Mat. 1:18; Luk. 1:35). Peran Roh dan kuasa Allah ini bisa disejajarkan dengan Roh yang melayang-layang pada proses penciptaan (Kej. 1:2) atau pada hari Pentakosta sehingga banyak murid berbahasa bahasa-bahasa lain (Kis. 2:1-15). Meski tak tampak, hasilnya nyata. Kedua, “Bagaimanakah orang ini mempunyai pengetahuan demikian tanpa belajar! (Yoh 7:15). Mereka terbiasa pada tradisi bahwa Rabi harus mengutip ajaran Rabi lain yang lebih dihormati dan berpengalaman. Namun, Yesus tidak pernah melakukannya sehingga mereka heran. Sebenarnya, ungkapan “tanpa belajar” merupa­kan sindiran. Mengapa? Semua orang Yahudi tahu bahwa Yesus menempuh pendidikan di Beth Midrash karena Dia bergelar Rabi (Yoh. 1:38). Sindiran itu hendak meragukan ajaran-Nya karena alasan tradisi itu. Namun bagi Yohanes, Dia bukan sekadar pengajar tetapi ajaran itu sendiri karena Dia firman yang menjadi manusia (Yoh. 1:14).  Ketiga, mereka juga memustahilkan ketika Yesus  menyatakan bahwa Dia sudah ada sebelum Abraham ada (Yoh. 8:57-59). Perdebatan kian seru jika Dia menyatakan bahwa Dia melihat Iblis jatuh seperti kilat (Luk. 10:18) kepada mereka. Sebenarnya, semua kesaksian-Nya itu menunjukkan eksistensi-Nya dalam kekekalan masa lampau atau sebelum menjadi manusia. Dia adalah firman yang melekat dalam diri Bapa. Firman itu tidak diciptakan tetapi sudah ada sejak Allah ada. Justru melalui firman, segala sesuatu diciptakan.

Tidak Kemanapun

Melalui catatan Injil, Yesus diceritakan ketika dilahirkan (Mat. 1:28, Luk. 2:1-20), diserahkan di bait Allah (Luk. 2:21-40), di bait Allah usia pada 12 tahun  (Luk. 2:41-52), muncul kira-kira usia 30 tahun untuk memulai pekerjaan-Nya (Luk. 3:23). Ada 18 tahun dari kehidupan-Nya yang tidak diketahui sehingga banyak spekulasi cerita untuk mengisi kekosongan itu. Untuk mengisi kekosongan itu, ada dugaan keras Dia  ke  Timur, tepatnya India, seperti paparan dokumenter yang dinyatakan Nicholas Notovicth.

Namun, jika seseorang hendak mengajar di bait Allah, ia harus berusia 30 tahun dan bergelar Rabbi (guru) yang ditempuh melalui pendidikan di sinagoga Yahudi. Gelar ini setingkat doktor pada tingkat kesarjanaan non-Yahudi. Nyatanya, Yesus berusia 30 tahun (Luk. 3:23), bergelar Rabbi (Yoh 1:38) dan mengajar  di bait Allah (Yoh. 7:14). Jadi Yesus tidak ke mana pun,, bahkan ke luar negeri, kecuali sinagoga untuk menempuh pendidikan. Seharusnya, kita condong pada pendapat Lukas dan Yohanes daripada pendapat Notovicth. (ryp)



Leave a Reply