Perempuan di Mata Allah
eBahana.com – “Menjadi perempuan adalah takdir yang tak menyenangkan.” Begitulah anggapan sebagian orang. Lihat saja beberapa kisah yang tertulis dalam Alkitab! Adam terjatuh ke dalam dosa karena Hawa memberikan kepadanya buah dari pohon yang terlarang. Ishak memberikan berkatnya kepada Yakub karena akal-akalan Ribka. Daud membunuh Uria karena Batsyeba. Simson kehilangan kekuatannya karena Delila. Sejak awal, penyebab kejatuhan manusia ke dalam dosa adalah perempuan! Jadi, bukankah sejak awal mula perempuan adalah sumber dosa?
Apakah perempuan memang diciptakan untuk menjadi sumber masalah? Tentu tidak! Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan serupa menurut gambar-Nya (Kejadian 1: 27). Allah menciptakan perempuan dari tulang rusuk laki-laki supaya perempuan menjadi penolong yang sepadan baginya. Sekalipun memiliki peran yang berbeda, mereka tidak memiliki perbedaan hak untuk menerima kasih karunia Allah (bandingkan dengan Galatia 3: 28).
Di mata Allah, perempuan memiliki peranan penting baik dalam posisi sebagai seorang istri, ibu, maupun pelayan gereja. Tidak sedikit kisah dari tokoh perempuan dalam Alkitab yang dapat menjadi teladan bagi perempuan dalam menjalankan peran itu. Debora, Ester, Rut, Lidia, Hana dan Maria misalnya. Mereka menetapkan prioritas hidup untuk merespon dan berkontribusi melayani Tuhan.
Namun demikian bukan berarti perempuan boleh jumawa. Merasa diri penting sehingga memaknai emansipasi sebagai legalitas untuk meremehkan laki-laki. Hari perempuan internasional yang kita peringati saat ini bukan penanda bahwa wanita boleh semena-mena. Namun sebagaimana Maria, perempuan bijak menjawab panggilan Tuhan atas hidupnya dengan berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (EBL)