Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Objektif dan Subjektif Tak Bisa Bersatu




 

Yogyakarta, eBahana.com

Sejak  manusia yang pertama diciptakan sampai dengan saat ini, dunia pertanian dan peternakan selalu seiring sejalan. Mengapa bisa demikian? Karena kedua hal di atas ada benang merahnya dengan keberlanjutan kehidupan seluruh makluk, terutama manusia. Pertanian dan pertanian itu menyangkut tentang pangan (hajat hidup orang banyak). Oleh karena itu Allah memberikan perhatian lebih terhadap kedua bidang itu. Dan untuk kali ini kita akan menelaah tentang perhatian Allah terhadap salah satu dari keduanya, yaitu gembala. Seperti firman Tuhan yang disampaikan nabi Yeremia di bawah ini:

Aku akan mengangkat bagimu gembala-gembala  yang sesuai dengan hatiku.”

Jikalau kita cermati dari ayat di atas,  maka sebagai Allah, Ia tidak mau  diintervensi oleh pribadi manapun  dan penguasa di manapun di dunia ini, saat melakukan segala perkara termasuk mengangkat atau memilih dan menentukan siapa yang akan diangkat menjadi seorang gembala. Sebab hanya Dia pribadi yang lebih memahami, siapa yang layak untuk memangku jabatan gembala tersebut. Dia adalah Allah Yang Maha Tahu.

Dalam memilih seorang gembala Dia menggunakan penilaian yang sangat objektif. Sebab Dia adalah Allah  yang lebih tahu daripada manusia itu sendiri.  Mengapa Dia bisa objektif? Karena Ia melihat dan menilai setiap manusia sampai ke dasar hatinya. Sebagai Allah, Ia tahu orientasi dan motivasi setiap manusia, baik  motif yang positif  ataupun motif yang negatif. Tetapi sangat berbeda dengan manusia di dalam memilih seorang gembala, karena keterbatasanya maka penilaianya terhadap seseorang tidak selalu objektif . Bisa juga subyektifitasnya mengemuka di dalam hati dan pikiranya, sehingga memengaruhi objektifitasnya dalam menentukan siapa yang harus menjadi seorang gembala.

Biasanya manusia  mau memilih yang lain itu bukan karena integritas, kapasitas, kapabilitas tetapi karena kolusi dan nepotisme. Itu semua bisa terjadi karena faktor harta benda kemewahan, derajat pangkat yang dijanjikan oleh seseorang yang dipilih. Subjektifitas dan objektifitas, itulah yang menjadi pembeda antara manusia dengan Allah. Mengapa Allah selalu objektif? Karena Dia adalah sumber dari segala sumber kebenaran. Namun berbanding terbalik dengan manusia, keinginan daging dan akibat dosa menjadikan manusia selalu subjektif di dalam segala hal, termasuk saat menentukan masa depan kehidupanya.

Gembala dan penggembalaan itu ada korelasinya dengan hubungan antara Allah dan manusia dan hubungan antara sesama manusia. Artinya, gembala itu ada benang merahnya dengan kasih. Mengapa gembala menjadi simbul atau ikon para pengikut Kristus.  Bahkan sejak Habil anak Adam dan Hawa sudah menjadi peternak atau gembala domba. Profesi menjadi gembala dari generasi ke generasi terus berlanjut, mulai dari Nuh, Abraham, Ishak dan Yakub. Bahkan pada zaman Musa dan seterusnya sampai dengan para nabi.

Hal yang lebih menakjubkan adalah siapapun yang menjadi pemimpin rakyat Israel atau bangsa Israel harus berproses terlebih dahulu menjadi seorang  gembala. Contoh, Musa dan Daud adalah pemimpin bangsa Israel yang mengawali karirnya dimulai dari seorang gembala. Mereka sudah terbukti dan teruji menjadi seorang  pemimpin yang luar biasa baik dan benar di hadapan Tuhan Allah. Sehingga selama dipimpin mereka, bangsa Israel menjadi  bangsa yang masyhur yang disegani kawan ataupun lawan. Semua yang tertulis di atas hanya ingin menjelaskan bahwa kita sebagai pengikut Kristus harus percaya proses dan harus sanggup melalui proses demi proses yang telah dialami ataupun yang belum  dilalui.

Bukan hanya kita saja yang harus berproses, tetapi para nabi, para hakim, dan masih banyak lagi utusan-Nya yang percaya proses dan mau berproses dengan kehendak Allah. Yesus sendiri juga mau berproses dengan kehendak Allah Bapa, padahal  Dia sendiri adalah Allah. Tetapi Dia  juga sebagai manusia sejati. Proses-proses yang dilakukan-Nya sebagai manusia sejati adalah: dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan dari dara Maria.  Sebagai manusia Ia juga bertumbuh dan berkembang dari kandungan perempuan, jadi bayi, bertumbuh seperti anak-anak sampai dengan dewasa. Merasakan lapar, haus, bisa marah dan mempunyai sifat dan karakter manusia.  Hal yang membedakan  adalah: Dia tidak berdosa. Karena tanpa Yesus mau melalui proses tersebut, maka visi dan misi Allah untuk menyelamatkan manusia dari belenggu dosa tidak mungkin terjadi. Proses terberat yang harus dilaksanakan Yesus adalah jalan salib. Seperti yang diungkapkan-Nya:

“Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau ambilah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu yang terjadi”

Sebagai manusia sejati, Yesus merasa berat dan merasa tidak mampu untuk menjalankan tugas dari Bapa. Tetapi karena ketaatan dan kesetiaan, Dia tetap melaksanakan-Nya. Kalimat “Jika Engkau  mau ambilah cawan ini dari pada-Ku”, kalimat itu bukan kalimat yang memaksa Allah untuk melepaskan diri dari segala kesulitan yang Ia derita. Kata ‘jika Engkau mau’ merupakan bentuk kepasrahan Dia kepada-Nya. Kata ‘jika Engkau mau’ menjelaskan bahwa Yesus sebagai manusia sejati bukan pribadi yang egois tetapi pribadi yang rendah hati. Kalimat itu juga  menegaskan bahwa Yesus adalah pribadi yang kuat setia kepada perintah Bapa.

Tetapi bukan kehendak-Ku melaikan kehendak-Mu yang terjadi”

Yesus sebagai manusia sejati juga menyerahkan hak sepenuhnya kepada Allah Bapa, apakah permonan-Nya akan dikabulkan  atau tidak itu hak prerogatif Allah Bapa sendiri. Yesus tahu bahwa permohonan-Nya tidak akan dikabulkan oleh Bapa. Tetapi Dia tidak kecewa tetapi justru Ia berkata:

Melainkan kehendak-Mu yang terjadi”

Dia tau bahwa hanya diri-Nya yang sanggup menjalankan visi dan misi Allah untuk menyelamatkan dosa manusia. Yesus sebagai Allah sejati tentunya mengetahui akan hal itu sehingga Dia berkata: “Melainkan kehendak-Mu yang terjadi.”

Kita sebagai pengikut Dia harus mengikuti jejak-Nya. Memang menjadi sama seperti Kristus sangat berat (tidak mudah). Tetapi kita punya Roh Kudus dan firman-Nya yang  akan memampukan kita semua sampai Tuhan  datang  yang kedua kali.

(Markus Sulag)



Leave a Reply