Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Obat Baru untuk COVID-19




eBahana.com – Pada Jumat (14/1) kemarin, WHO merekomendasikan dua obat baru, sehingga saat ini terdapat lebih banyak pilihan pengobatan COVID-19. Sejauh mana obat baru ini akan menyelamatkan nyawa pasien, tergantung pada seberapa banyak tersedia dan terjangkau. Apa yang menarik?

Obat pertama adalah baricitinib, sangat direkomendasikan untuk pasien COVID-19 derajat parah atau kritis. Obat dalam kelas inhibitor Janus Kinase (JAK) ini mampu menekan stimulasi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh. WHO merekomendasikan agar diberikan dengan kortikosteroid. Baricitinib adalah obat oral atau ditelan, yang selama ini telah digunakan untuk pengobatan radang sendi atau rheumatoid arthritis. Baricitinib ini mirip dengan obat radang sendi lain dalam kelas penghambat reseptor Interleukin-6, yang sebelumnya telah direkomendasikan oleh WHO pada Juli 2021.

WHO juga secara kondisional merekomendasikan penggunaan obat antibodi monoklonal, yaitu sotrovimab, untuk mengobati COVID-19 ringan atau sedang pada pasien yang berisiko tinggi dirawat di rumah sakit. Ini termasuk pasien lansia, immunocompromised, memiliki komorbid seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas, dan mereka yang tidak divaksinasi COVID-19. Sotrovimab adalah alternatif untuk casirivimab-imdevimab, sebuah antibodi monoklonal yang sebelumnya telah direkomendasikan oleh WHO pada September 2021. Penelitian sedang berlangsung tentang efektivitas antibodi monoklonal terhadap varian Omicron.

WHO sedang bernegosiasi dengan produsen untuk mengamankan kapasitas pasokan global dan akses yang adil dan berkelanjutan ke obat baru yang direkomendasikan ini. Pilar Access to COVID-19 Tools Accelerator (ACT-A) Therapeutics telah bernegosiasi dengan perusahaan farmasi untuk mencari rencana akses yang komprehensif untuk negara berpenghasilan rendah dan menengah, sehingga pengobatan ini dapat diterapkan dengan cepat, tidak hanya di negara kaya. ACT-A juga ingin memperluas cakupan lisensi untuk membuat produk lebih terjangkau. Dua obat baru yang direkomendasikan, yaitu baricitinib dan sotrovimab, telah diundang untuk masuk pada proses Prakualifikasi WHO, yang menilai kualitas, kemanjuran dan keamanan produk kesehatan prioritas, untuk meningkatkan akses bagi negara berpenghasilan rendah.

Pilihan pengobatan lain yang sedang dipelajari untuk COVID-19 derajat parah dan kritis, yaitu ruxolitinib dan tofacitinib. Mengingat efeknya yang tidak pasti, sampai saat ini WHO memberikan rekomendasi bersyarat terhadap penggunaannya. Sedangkan Uji Klinis Solidaritas PLUS WHO saat ini sedang mengevaluasi 3 jenis obat lainnya, yaitu artesunat, infliximab dan imatinib. Obat-obatan ini dipilih, karena potensinya untuk mengurangi angka kematian.

Ketiga obat tersebut disumbangkan oleh produsen masing-masing untuk uji klinis, melalui Surat Perjanjian antara WHO dan produsen obat. Perusahaan farmasi Ipca, Johnson dan Johnson dan Novartis, telah setuju untuk mendukung akses ke obat tersebut dengan harga yang wajar jika terbukti efektif.

Obat Artesunat diproduksi oleh Ipca, digunakan untuk mengobati malaria. Obat ini akan diberikan secara intravena selama 7 hari, menggunakan dosis standar yang direkomendasikan untuk pengobatan malaria berat. Artesunat adalah turunan dari artemisinin, obat antimalaria yang diekstrak dari ramuan Artemisia annua. Artemisinin dan turunannya telah digunakan secara luas dalam pengobatan malaria dan penyakit parasit lainnya selama lebih dari 30 tahun, dan dianggap sangat aman. Kelompok Penasihat Terapi COVID-19 WHO merekomendasikan untuk mengevaluasi sifat anti-inflamasi artesunat.

Obat imatinib diproduksi oleh Novartis, digunakan untuk mengobati beberapa jenis kanker tertentu. Obat ini akan diberikan secara oral, sekali sehari, selama 14 hari. Dosis yang digunakan adalah dosis pemeliharaan standar, yaitu dosis terendah yang diberikan pada pasien dengan keganasan hematologi dalam jangka waktu yang lama. Imatinib adalah inhibitor tirosin kinase molekul kecil, diformulasikan sebagai obat kemoterapi oral yang digunakan untuk mengobati jenis kanker tertentu. Data klinis eksperimental dan awal menunjukkan bahwa imatinib membalikkan kebocoran kapiler paru. Sebuah uji klinis acak yang dilakukan di Belanda melaporkan bahwa imatinib dapat memberikan manfaat klinis pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, tanpa adanya masalah keamanan.

Obat infliximab diproduksi oleh Johnson dan Johnson, digunakan untuk mengobati penyakit pada sistem kekebalan tubuh. Obat ini akan diberikan secara intravena sebagai dosis tunggal. Dosis yang digunakan adalah dosis standar yang diberikan pada pasien dengan Penyakit Crohn dalam waktu yang lama. Infliximab adalah penghambat alfa TNF, antibodi monoklonal chimeric yang mengenali alfa TNF manusia. Biologi anti-TNF telah disetujui untuk pengobatan kondisi peradangan autoimun tertentu selama lebih dari 20 tahun, menunjukkan kemanjuran dan keamanan yang menguntungkan dalam membatasi peradangan spektrum luas, termasuk pada populasi lanjut usia yang paling rentan secara klinis terhadap COVID-19.

Obat baricitinib dan sotrovimab dalam rekomendasi kali ini, yang merupakan pembaruan kedelapan pedoman WHO tentang terapi COVID-19, didasarkan pada bukti dari tujuh uji klinis yang melibatkan lebih dari 4.000 pasien dengan COVID-19 derajat yang tidak parah, parah, dan kritis.

Sudahkah kita bertindak bijak dalam pengobatan COVID-19?

(Fx Wikan Indrarto – Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih dan Lektor di FK UKDW Yogyakarta)



Leave a Reply