Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Momentum Kesehatan 2021




 Sudahkah Anda terlibat membantu?

eBahana.com – Semua negara terus berjuang melawan COVID-19 yang merenggut lebih banyak nyawa pada tahun 2021 daripada pada tahun 2020. Terdapat beberapa momentum kesehatan global pada tahun 2021 yang sungguh menginspirasi untuk ditindaklanjuti di tahun 2022. Apa yang menarik?

Pertama, inovasi dan ketidaksetaraan dalam menghadapi pandemi COVID-19, termasuk ketimpangan dalam akses kepada alat kesehatan, obat, vaksin dan RS. Lebih dari 8 miliar dosis vaksin COVID-19 telah diberikan di seluruh dunia tetapi pada akhir November 2021, hanya 1 dari 4 petugas kesehatan di Afrika yang divaksinasi dengan dosis penuh dan hanya 0,4% tes COVID-19 mampu dilakukan oleh negara berpenghasilan rendah. Target vaksinasi global telah ditetapkan dan prioritas di setiap negara harus melindungi populasi mereka yang paling berisiko, seperti petugas kesehatan dan lansia. Mulai 20 Desember 2021, telah divalidasi 10 jenis vaksin COVID-19 yang aman, efektif, dan berkualitas tinggi, serta terus memperbarui pedoman terapi sesuai data klinis terkini.

Kedua, kolaborasi adalah kunci sukses menghadapai pandemi COVID-19. Otak ilmiah terbaik dunia telah berkumpul dan berkolaborasi untuk menjawab pertanyaan penelitian kritis dalam mengatasi COVID-19. Kolaborasi lainnya berupa ACT-Accelerator, yang mampu mengurangi separuh biaya tes cepat COVID-19 dan menyediakan lebih dari 148 juta tes untuk negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Kolaborasi dalam hal vaksin disebut COVAX, telah mengirimkan lebih dari tiga perempat miliar dosis secara global, meskipun masih ada tantangan besar, seperti penimbunan vaksin dan rendahnya transparansi dari produsen. Kolaborasi lainnya berupa hub transfer teknologi mRNA yang merupakan contoh yang bagus tentang perjanjian yang transparan, global, non-eksklusif, yang akan memungkinkan semua negara untuk membuat tes serologis untuk diagnosis COVID-19.

Ketiga, keadaan darurat kemanusiaan lainnya masih terus bertahan. Di tengah pandemi COVID-19, bantuan untuk masyarakat yang terjebak dalam krisis kemanusiaan yang berkepanjangan, seperti yang terjadi di Yaman, Suriah, Afghanistan dan Ethiopia Utara, juga terus diberikan. Di Yaman, COVID-19 semakin memperketat sistem kesehatan yang telah dilanda konflik dan wabah penyakit lainnya, di mana hanya setengah dari fasilitas kesehatan negara yang dilaporkan berfungsi. Setelah lebih dari satu dekade terjadi krisis politik, telah terjadi peningkatan pengiriman pasokan medis dan dukungan kesehatan mental di Suriah. Keadaan darurat kemanusiaan terbesar di dunia saat ini terjadi di Afghanistan, karena tidak hanya menghadapi pandemi COVID-19 tetapi juga diare akut, demam berdarah, campak, polio, dan malaria. Kesulitan berat  berupa kekurangan bahan bakar, makanan dan obat, telah menimpa Etiopia Utara.

Keempat, mengatasi tantangan dalam layanan kesehatan, karena pandemi COVID-19 menghentikan dua dekade kemajuan global menuju cakupan kesehatan semesta atau Universal Health Couverage (UHC). Sekitar 23 juta anak balita melewatkan layanan imunisasi rutin pada tahun 2020, jumlah terbesar dalam lebih dari satu dekade, yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit yang dapat dicegah seperti campak dan polio. Lebih dari setengah negara pada Juni sampai Oktober 2021 melaporkan adanya gangguan pada layanan kesehatan untuk diabetes, skrining dan pengobatan kanker, dan manajemen hipertensi. Bahkan sebelum pandemi COVID-19, dunia telah gagal mencapai target mencapai 1 miliar lebih banyak orang mendapat manfaat dari UHC, karena setengah miliar orang jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem terkait pembayaran yang harus mereka lakukan untuk layanan kesehatan.

Kelima, peran lebih besar oleh para wanita. Sistem dan layanan kesehatan dalam dua tahun terakhir cukup berhasil, karena pengorbanan besar para wanita yang merupakan 70% tenaga kesehatan dan sosial. Para wanita juga memainkan peran utama dalam mendorong terobosan ilmiah. Namun demikian, wanita dan anak perempuan menghadapi tantangan kesehatan baru atau yang lebih tinggi, karena pandemi COVID-19 telah memperburuk ketidaksetaraan yang dialami para wanita dan mengganggu akses ke layanan kesehatan.

Keenam, vaksin COVID-19 dan malaria menjadi harapan baru dalam memerangi berbagai penyakit menular. Penggunaan vaksin COVID-19 secara global dan vaksin malaria untuk anak berisiko, khususnya di sub-Sahara Afrika, menandai momen penting bagi kesehatan anak dan pengendalian malaria. Program percontohan vaksin RTS,S untuk mengendalikan malaria yang sedang berlangsung di Ghana, Kenya dan Malawi yang telah menjangkau lebih dari 800.000 anak sejak 2019. Vaksin telah menghidupkan kembali semangat berperang melawan malaria, yang telah merenggut nyawa lebih dari 600.000 orang di Afrika pada tahun 2020, terutama pada anak balita yang mencapai 80% kasus kematian. Vaksinasi juga merupakan langkah yang harus diambil ketika resistensi obat antimikroba mencapai ambang kritis.

Ketujuh, dorongan baru untuk memerangi diabetes, bertepatan dengan tahun 2021 sebagai peringatan 100 tahun penemuan insulin yang merupakan obat diabetes utama. Tahun 2021 telah menyatukan banyak orang yang hidup dengan diabetes, akademisi, masyarakat sipil, komunitas bisnis dan banyak lagi, untuk mengurangi risiko diabetes dan memastikan bahwa semua orang diabetes memiliki akses ke layanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas baik. Harga  insulin masih berada di luar jangkauan sebagian besar orang yang membutuhkannya.

Kedelapan, penggunaan tembakau menurun, karena sejumlah besar orang memutuskan untuk berhenti merokok. Antara tahun 2000 dan 2020, jumlah orang yang menggunakan tembakau turun 69 juta, dari sekitar sepertiga populasi global menjadi di bawah seperempat. Dua tahun lalu, hanya 32 negara yang berada di jalur untuk menurunkan penggunaan tembakau sebesar 30% antara 2010 dan 2025. Sekarang, 60 negara berada di jalur untuk mencapai target pengurangan tembakau tersebut.

Kesembilan, tantangan demensia atau pikun. Setiap lansia dapat melakukan banyak hal sendiri untuk tetap sehat, tetapi mereka tidak dapat melakukan semuanya sendiri. Respons global kesehatan masyarakat terhadap demensia, ternyata hanya seperempat negara di dunia yang memiliki kebijakan, strategi, atau rencana nasional untuk mendukung penderita demensia dan keluarganya. Kesenjangan ini semakin mengkhawatirkan, karena jumlah orang yang hidup dengan demensia terus bertambah. Lebih dari 55 juta orang (8,1% wanita dan 5,4% pria di atas 65 tahun) hidup dengan demensia dan dengan meningkatnya harapan hidup di seluruh dunia, jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 78 juta pada tahun 2030, bahkan akan menjadi 139 juta pada tahun 2050.

Momentum kesehatan sepanjang tahun 2021 mengingatkan kita akan pentingnya berinvestasi dalam bidang kesehatan sebagai motor pembangunan. Negara tidak perlu memilih prioritas apakah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan keadilan sosial terlebih dahulu, atau pembangunan masyarakat yang berkelanjutan, ketahanan pangan dan nutrisi yang memadai, mengatasi perubahan iklim atau menggenjot roda ekonomi. Semua hasil penting ini ternyata berjalan seiring, tidak terpisahkan, dan saling terkait (hand in hand), dalam menciptakan dunia yang lebih sehat dan adil setelah pandemi COVID-19 usai.

(dr. Fx. Wikan Raditya, dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta)



Leave a Reply