Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Menanti Momennya Tuhan (1)




ebahana.com – Perkawinan itu adalah relasi antara manusia laki laki dan perempuan yang paling awal dilembagakan oleh Allah. Apa tujuan Dia berbuat demikian? Supaya manusia beranakcucu dan bertambah banyak. Terlebih ketika manusia sudah jatuh ke dalam dosa (putus hubungan dengan Allah). Lembaga perkawinan itu mutlak diperlukan, hal itu bertujuan untuk membingkai manusia dan memfilter manusia dari hawa napsu kejahatan seksualitas. Sebab realitas di panggung kehidupan sesungguhnya, dosa perzinahan termasuk ke dalam kategori jumlah yang tertinggi.

Dengan pernikahan ini diharapkan mampu meminimalisir praktik jual beli perempua, khususnya di kalangan masyarakat ekonomi menengah ke atas. Praktik-praktik dosa, selama dunia ini masih ada, hal itu akan seiring jalan bersama. Itulah alasan Allah, mengapa perkawinan itu dilembagakan. Begitu juga dengan Yesus, sebagai manusia sejati Dia juga seringkali bersentuhan dengan kegiatan perkawinan salah satunya yang ada di bawah ini:

Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ. Yesus dan murid murid-Nya diundang dalam perkawinan itu. Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur. Kata Yesus kepada-Nya: “Mau apakah dari pada-Ku ibu? Saat-Ku belum tiba.”

Di dalam sebuah perkawinan pasti ada dinamika dan romantika. Perkawinan yang ada di desa Kana, entah apa yang terjadi dengan penyelenggara pesta, mengapa pada saat tamu masih banyak tetapi kehabisan air anggur?Apakah penyelenggara pesta perkawinan tersebut berlatarbelakang ekonomi menengah ke bawah, atau tamu undangan yang datang ke pesta lebih banyak dibandingkan jumlah undangan yang tersebar sehingga menjadi penyebab kekurangan anggur, padahal tamu yang datang masih banyak. Dan tidak menutup kemungkinan Maria ibu Yesus dan keluarga serta para murid termasuk dari tamu yang tidak mendapat bagian anggur itu. Oleh karena itu ia timbul belas kasihan dan menghampiri-Nya, lalu berkata:

Mereka kehabisan anggur”

Kalimat yang disampaikan oleh Maria ibu-Nya adalah pemberitahuan kepada Yesus. Yesus harus diberitahu karena Dia bersama para murid-Nya juga undangan dalam perkawinan tersebut. Tujuan dari ibu-Nya memberitahu Dia tentang habisnya air anggur dalam pesta perkawinan adalah supaya Dia melakukan sesuatu. Sebagai ibu-Nya ia pasti tahu siapa Dia sebenarnya. Yesus adalah Allah karena Dia dikandung dari Roh Kudus. Oleh karena ia tahu kalau Dia adalah Allah, dengan memberitahu air anggur habis maka pasti Dia akan berbuat sesuatu untuk menyelamatkan muka penyelenggara pesta perkawinan. Tetapi Yesus justru berkata:

Mau apakah dari pada-Ku ibu? Saat-Ku belum tiba.”

Pernyataan Yesus itu sangat kontradiktif dengan situasi yang ada di pesta perkawinan tersebut, Yesus seolah tidak peduli penderitaan mereka. Dan yang lebih aneh, yang harus ditelaah dengan baik dan benar adalah pernyataan-Nya:

Saat-Ku belum tiba”

Pernyataan Tuhan Yesus di atas, berbicara pada momen itu saja atau menyeluruh? Dan saat-Ku belum tiba itu ada banyak kemungkinan, karena anggurnya belum benar-benar habis, Dia baru melakukan sesuatu ketika anggur benar-benar habis, sementara tamu masih banyak. Saat-Ku belum tiba itu berkaitan perbedaan pandangan soal waktu antara waktu-Nya Tuhan dan waktunya manusia. Seperti firman-Nya yang tertuang di dalam pengkotbah:

Untuk segala sesuatu ada masanya. Untuk sesuatu apapun di bawah langit ada waktunya.”

Kehidupan manusia di dunia ini memang dibatasi oleh masa dan waktu, dan manusia tidak boleh memaksakan segala sesuatunya sesuai dengan kehendaknya sendiri. Demikian pula ketika Yesus diminta untuk melakukan sesuatu untuk menyelamatkan pesta perkawinan yang terselenggara di Desa Kana. Dia menjawab:

“Saat-Ku belum tiba”

Pada saat Dia berkata demikian, Dia sebagai Allah sejati sedangkan maria ibu-Nya Yesus sebagai manusia sejati ketika memberitahukan situasi pesta perkawinan menggunakan masa dan waktu manusia. Sementa kedua masa dan waktu itu belum tentu sama. Yang perlu diketahui bersama bahwa waktu Tuhan itu yang paling baik dan benar dibandingkan waktunya manusia (duniawi). Maka dari itu sebagai manusia, dengan penuh kasih dan kesabaran harus mau menunggu waktu dan momen-Nya Tuhan datang menghampiri. Jika manusia kehilangan kesabaran di dalam menunggu momen-Nya bisa celaka di dalam hidupnya. Kuasa Firman-Nya dan kuasa Roh Kudus yang akan membimbing kita semua.

(Markus Sulag)



Leave a Reply