Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Kesombongan Rohani (1)




eBahana.com – Sekalipun sudah menjadi pengikut Kristus tetapi selama masih berada di dunia dan masih terdiri dari darah dan daging, manusia masih sering berpikir, berucap, dan bertindak individualistis. Membanggakan diri sendiri, membanggakan keluarga, dan membanggakan kelompok /golongan. Hal itu memang salah di mata Tuhan karena pengikut Kristus harus mendasarkan kasih kepada Allah dan sesama. Peristiwa ini masih terjadi juga pada jemaat mula-mula ketika zaman para rasul. Semua ini dapat kita cermati dan telaah di dalam Firman Tuhan berikut:

Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbulah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang İbrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari.

Kepenuhan Roh Kudus dan cara hidup jemaat mula-mula yang gemar bersekutu, berdoa, memecah-mecahkan roti dan menjual segala miliknya untuk diberikan kepada orang miskin juga mempengaruhi pelipatgandaan pertumbuhan murid Kristus. Akan tetapi seiring bertambahnya jumlah murid yang terdiri dari berbagai latar belang, baik suku, bangsa dan bahasa, menimbulkan gesekan-gesekan di dalamnya, dan apabila tidak diselesaikan menimbulkan perpecahan di dalam jemaat. Hal itu ditegaskan di dalam.firman Tuhan: “Ketika jumlah murid semakin bertambah, timbulah sungut-sungut di antara orang orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang Ibrani “

Seharusnya jika jumlah murid semakin bertambah banyak, suka cita juga semakin bertambah. Namun yang terjadi justru sebaliknya, mereka yang merasa kuat menggunakan dominasinya untuk mencari keuntunganya sendiri. Peristiwa dalam ayat di atas sangat bertentangan dengan kehendak Allah. Dalam hal ini siapa yang lebih kuat? Pihak yang lebih kuat adalah kelompok Ibrani, dan yang lemah adalah orang Yahudi yang berbahasa Yunani. Pertanyaanya, mengapa terjadi pengkotak-kotakan di antara keduanya? Sebab Ibrani juga Yahudi.

Hal yang dimaksudkan Ibrani di sini adalah: mereka yang merupakan bangsa Yahudi, masih kuat melaksanakan warisan leluhurnya, termasuk dalam pemakaian bahasa İbrani, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun aktivitas lainnya. Sedangkan orang Yahudi yang berbahasa Yunani adalah kelompok Yahudi yang sangat moderat. Mengapa mereka memakai bahasa Yunani ketika beraktivitas? terkhusus aktivitas sosial dan hal yang lainnya. Sebab pada waktu itu bahasa Yunani merupakan bahasa internasional. Daerah Timur Tengah termasuk Israel, pernah menjadi jajahan Yunani. Pengaruh budaya Yunani begitu kuat. Maka sekalipun tidak lagi dijajah bangsa Yunani, bahasanya masih dipakai dalam berbagai pergaulan internasional. Bahkan Yesus sendiri dalam pergaulan-Nya di samping menggunakan bahasa Ibrani, Aram, juga memakai bahasa Yunani.

Ada beberapa faktor yangg melatarbelakangi orang-orang Ibrani di dalam melakukan tugas pelayanan diakonia (pelayanan kepada janda-janda) lebih memprioritaskan para janda yang berasal dari golonganya sendiri. Kemungkinan yang pertama adalah bentuk kesombongan rohani karena golongan mereka bagian dari umat pilihan Allah yang masih memegang teguh adat istiadat nenek moyang. Oleh karena itu mereka merasa diri paling benar dari kelompok-kelompok pengikut Kristus manapun, termasuk golongan Yahudi yang berbahasa Yunani. Dan karakter sombong rohani/merasa diri paling benar itu menurun kepada generasi golongan Yahudi yang masih memegang teguh adat istiadat leluhurnya.

Kemudian kemungkinan yang kedua adalah pengikut Kristus Ibrani itu sedang berpolitik, yaitu politik kekuasaan di dalam gereja mula-mula. Berpolitik di sini yaitu menggunakan jabatanya untuk mencari keuntungan pribadi dan golonganya sendiri. Hal yang terjadi dengan pengikut Kristus Ibrani adalah bentuk loyalitas yang membabi-buta. Dan itu bertentangan dengan prinsip-prinsip iman Kristen yang mendasarkan kasih kepada Allah dan sesama.

Perilaku yang dilakukan oleh pengikut Kristus Ibrani ini masih sering dilakukan oleh pengikut Kristus pada zaman ini juga. Mereka merasa diri paling pinter, paling kaya, dan paling rohani sehingga menganggap yang lain itu di bawah. Sombong rohani itu masih banyak terjadi di gereja-gereja zaman ini sehingga memunculkan jemaat kelas satu dan kelas dua. Semua terjadi karena bermuara pada egoisme pribadi atau kelompok. Oleh karena itu karakter yang demikian harus dibersihkan dari hati dan pikiran, baik pribadi maupun persekutuan orang Kudus. Kuasa Roh Kudus dan kuasa Firman yang akan menolong kita dari dahulu sekarang sampai selamanya.

(Markus Sulag)



Leave a Reply