Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Kerja Allah dan Kerja Duniawi




eBahana.com – Tindakan penganiayaan, pembunuhan, dan pelemparan yang dilakukan penggarap-penggarap kepada hamba tuan tanah pemilik kebun anggur, ibarat diberi hati minta jantung. Para penggarap seharusnya memberikan bagian dari hasil panen buah anggur itu. Akan tetapi yang dilakukan mereka terhadap para hamba utusan tuan tanah justru penganiayaan sampai dengan pembunuhan. Bahkan peristiwa itu terjadi bukan hanya sekali tetapi ketika tuan tanah mengutus kembali hambanya yang jumlahnya lebih banyak, namun tindakan yang sama dilakukan kembali oleh para penggarap dengan menganiaya dan membunuhnya.

Hal yang menjadi pertanyaan, apakah tuan tanah itu marah dan mendatangi penggarap-penggarap tersebut untuk meminta pertanggungjawaban mereka? Kejadian demi kejadian yang dialami oleh tuan tanah itu tidak membuatnya marah dan emosional serta kehilangan akal sehat dan kesabaran sehingga melakukan pembalasan kepada mereka. Tapi ia justru melakukan tindakan sebagai berikut:

“Akhirnya ia mengutus anaknya kepada mereka katanya: anaku akan mereka segani. Tetapi ketika penggarap-penggarap melihat anak itu, mereka berkata kepada yang lain: ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisanya menjadi milik kita.”

Setelah utusan yang pertama dan kedua gagal–bahkan utusan itu mereka bunuh dan terlebih dahulu mereka aniaya–karena memang ia hanya mengutus hamba-hambanya sehingga utusan itu tidak dianggap (diremehkan). Ia berasumsi harus anaknya sendiri yang diutusnya supaya menemui penggarap-penggarap itu dan meminta apa yang menjadi haknya atau bagiannya.

Tetapi asumsi dengaan mengutus anaknya, penggarap-penggarap akan segan kepadanya dan memberikan haknya kepadanya,  itu salah besar. Mereka justru melakukan tindakan yang sebaliknya. Kedatangan anaknya untuk menjadi utusan justru membuka motif (tujuan), mengapa mereka tidak memberikan bagi hasil itu? Dengan ia mengutus anaknya itu membuat  nafsu serakah dari penggarappenggarap semakin terlihat terang benderang. Tujuan utama dari penggarap-penggarap ingin merebut paksa kebun anggur milik tuan tanah adalah dengan membunuh ahli warisnya. Dengan kata lain, anaknya turut dibunuh.

Jika dilihat dari sudut pandang hukum negara (kerajaan), apa yang dilakukan mereka sudah masuk dalam perbuatan melawan hukum. Mereka akan disangkakan pasal penipuan, penganiayaan serta pembunuhan. Melihat tindakan melawan hukum itu terencana  atau direncanakan:

“ia adalah ahli waris mari kita bunuh dia supaya warisanya menjadi milik kita.”

Maka jaksa akan melakukan tuntutan hukuman mati atau minimal hukuman seumur hidup. Apa yang dilakukan tuan tanah dengan mengutus anaknya untuk meminta hak bagi hasil panen buah anggur adalah tindakan subyektifitasnya sebagai manusia yang penuh dengan keterbatasan (tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini dan yang akan datang). Tetapi hal luar biasa dari kehidupan tuan tanah itu adalah hati yang penuh dengan kesabaran walaupun anaknya dibunuh oleh para penggarap namun ia tidak dendam dan tidak membalas atas kematian anaknya. Tuah tanah itu membalas kejahatan dengan  kebaikan.

Ia tidak membawa penggarap-penggarap itu ke jalur hukum (meja hijau). Ia menyerahkan semua perkaranya kepada Tuhan Allah. Sebab Dia adalah hakim dari segala hakim yang adil (tidak bisa disuap dan diintervensi oleh siapapun dan kuasa manapun  juga). Hal yang menjadi pertanyaan, manusia mana yang mempunyai kesabaran sedalam lautan dan seluas samudera jika bukan Allah? Tuan tanah adalah representasi dari Allah yang telah menciptakan semuanya, keagungan dan kebesaran-Nya mengatasi langit bumi. Oleh karena itu kita wajib menyembah dan bersujud di hadapan-Nya, yaitu dengan memuji dan memuliakan nama-Nya. Seperti yang disampaikan Yesus berikut ini:

Kata Yesus kepada mereka, “Belumkah kamu baca dalam kitab suci, batu yang dibuamg oleh tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib  di mata kita. Sebab itu Aku berkata kepadamu, bahwa kerajaan Allah akan diambil dari padamu, dan akan diberikan suatu bangsa yang menghasilkan buah kerajaan itu

Batu yang dibuang oleh tukang bangunan itu sama atau ada benang merahnya dengan apa yang disampaikan di dalam perumpamaan di atas:

 “Akhirnya ia mengutus anaknya kepada mereka: anaku akan mereka segani.”

Pertanyaanya, mengapa anak tuan tanah yang diutus mendatangi para penggarap sama dengan batu yang telah dibuang oleh tukang bangunan? Sebab keduanya adalah representasi dari Kristus sementara penggarap-penggarap (penyewa kebun anggur) dan tukang bangunan adalah representasi dari orang Farisi, Saduki serta ahli Taurat lainnya. Mereka tidak suka terhadap eksistensi Yesus di tengah bangsa Israel karena dianggap sebagai ancaman yang serius bagi para pemimpin agama Yahudi tersebut.

Tindakan-tindakan yang dilakukan penggarap-penggarap yang kejam dan tidak berprikemanusiaan dengan melakukan penganiayaan dan pembunuhan kepada para hamba dan anak tuan tanah itu, menjadi bukti bahwa mereka adalah manusia serakah yang bermaksud menyerobot dan merebut paksa perkebunan anggur yang bukan miliknya. Di Israel pemimpin agama juga pemimpin masyarakat (pemimpin umat). Tentu saja mereka sekaligus hakim. Sayangnya mereka adalah para pemimpin yang tidak mempunyai integeritas dan kapabilitas sehingga mudah memperjualbelikan hukum dengan berkolaborasi bersama tuan tanah pemilik modal yang serakah.

Terlebih pada era sekarang praktik kolaborasi penyerobotan tanah dan melibatkan tuan tanah yang melibatkan juga stakeholder (pemangku kepentingan dengan para penipu dan masih banyak lagi) disebut mafia tanah. Dalam perumpamaan ini, yang menjadi korbannya adalah tuan tanah yang jujur dan baik hati, sedangkan pelakunya adalah para penggarap. Tidak menutup kemungkinan pengarap-penggarap itu sudah melakukan penyerobotan tanah berulangkali dengan modus penyewa kebun anggur milik tuan tanah. Ketika tiba waktunya panen tidak memberikan hak bagi hasil kepadanya tetapi membunuh utusaanya dan atau membunuh pemiliknya. Hal yang perlu diketahui bersama, pada zaman sekarang kerja sistem mafia yang hanya untuk kepentingan diri sendiri dan golongan tertentu itu, ada pada berbagai sektor pekerjaan dan sudah terorganisir dengan rapi. Mereka sangat sulit dideteksi, apalagi oleh masyarakat dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan rendah. Justru mereka yang menjadi mangsa.

Pertanyaanya, apakah  gereja sebagai organisasi yang menghimpun orang-orang kudus masih steril dengan hal-hal demikian? Gereja pun tidak luput dari praktik-praktik mafia. Sebab banyak pengikut Kristus juga bekerja pada berbagai sektor yang strategis, baik formal maupun non-formal, dan baik  negeri maupun suasta. Tidak dipungkiri bahwa 60-80% pengusaha (pebisnis) sukses adalah orang Kristiani. Fakta di lapangan menunjukan–sungguh patut disayangkan–di antara mereka banyak pengusaha plat hitam (pengusaha yang masih berbuat hal-hal yang bertentangan dengan firman Tuhan. Banyak kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme,  jual beli jabatan serta penyuapan untuk memenangkan tender, melibatkan mereka juga. Menyikapi hal di atas, hanya kekuatan iman kepada Kristus dan kekuatan kuasa Roh Kudus sajalah yang akan mengawal perjalanan hidup kita, sejak dahulu hingga sekarang.

(Markus Sulag)



Leave a Reply