Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Kematian Jasmani dan Rohani (3)




eBahana.com –  Allah menciptakan manusia sebagai makluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu Dia menciptakan laki laki dan perempuan. Hadirnya manusia perempuan untuk menjadi penolong manusia laki laki, terutama sebagai penolong yang sepadan denganya. Artinya, keduanya memiliki kedudukan yang sama. Walaupun dalam perkembangannya setelah manusia Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, kaum laki-laki menjadi dominan dalam hal kekuasaan.

Di Israel, seorang perempuan tidak masuk hitungan atau tidak punya eksistensi atau keberadaannya tidak diakui dalam struktur masyarakat. Tetapi pada dasarnya walaupun eksistensinya tidak diakui namun tanpa adanya seorang perempuan regenerasi manusia tidak akan terealisasi. Itulah alasan Allah membentuk lembaga keluarga. Allah menghendaki supaya manusia dalam membangun sebuah keluarga saling bekerja sama dalam hal kebaikan dan kebenaran. Tetapi seringkali antara harapan dan kenyataan itu sangat berbeda. Dalam satu keluarga mereka melakukan kerja sama tidak selalu untuk kebaikan dan kebenaran. Tetapi bisa jadi kerja sama yang mereka lakukan untuk kejahatan juga. Hal itu yang terjadi dengan Ananias dan Safira. Seperti catatan yang tertulis dalam Kisah Para Rasul:

Kata Petrus: Mengapa kamu berdua bersepakat mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga keluar.

Mereka berdua membuat kesepakatan yang bukan demi kebaikan dan kebenaran namun kesepakatan untuk berdusta. Penulis Kitab Para Rasul menyatatakan bahwa kesepakatan mereka untuk menahan sebagian dari hasil penjualan adalah mendustai Roh Tuhan. Karena itu konsekuensinya jelas lebih berat pada dirinya sendiri. Kepada Safira, Petrus langsung berkata dengan kalimat: “Kamu berdua” dan itu tidak bisa dipisahkan dengan kalimat bersepakat. Sebab kata bersepakat itu hanya bisa terjadi jika dua orang atau lebih.

Mengapa Petrus menggunakan kata kamu berdua, ketika bertanya kepada Safira? Karena ia seorang perempuan yang eksistensinya tidak diakui walaupun ia ada dan ikut bersepakat (menyetujuinya.) Tetapi di hadapan Tuhan itu pertanggungjawabanya adalah sendiri sendiri (tidak bisa diwakilkan). Maka dari itu, sekalipun ia seorang perempuan tetapi karena juga ikut bersepakat mendustai Tuhan maka ia juga ikut menerima hukuman seperti suaminya. Kita bisa membuktikan jika Allah tidak membeda-bedakan hukuman melalui ayat di bawah ini:

Lalu rebahlah perempuan itu seketika di depan kaki Petrus dan putuslah nyawanya. Ketika orang-orang muda itu masuk, mereka mendapati ia sudah mati, lalu mereka mengusungnya keluar dan menguburnya di samping suaminya.

Hukuman yang sama juga dijatuhkan kepada Safira istri Ananias, dengan tanda bukti sebagai berikut:  “Lalu rebahlah perempuan itu seketika di depan kaki Petrus dan putuslah nyawanya.” Kematian Safira istri Ananias itu membuktikan bahwa tidak ada dusta besar atau dusta kecil. Dan dusta adalah termasuk dalam tindakan berdosa, sedangkan hukuman dosa adalah kematian. Maka mati jugalah Safira dengan rebah di depan kaki Petrus dan putus nyawanya.

Reaksi yang sama juga terjadi pada orang banyak ketika Safira juga mati mendadak, mereka  sangat takut. Hal ini juga menjadi satu peringatan bagi para pengikut Kristus supaya mereka konsisten di dalam imanya kepada Kristus. Dan bagi mereka yang mendengar kematiannya secara mendadak, bagi yang belum bertobat, peristiwa ini menjadikan mereka takut dan mau bertobat kepada Allah.

Sekarang bagaimana dengan kita para pengikut Kristus yang hidup pada saat ini? Hidup yang harus tetap konsisten memegang teguh iman kita kepada-Nya, supaya peristiwa Ananias dan Safira yang mati mendadak karena dusta kepada Roh Tuhan harus bisa menjadi suatu peringatan dan pembelajaran bagi kita semua agar jangan sekali-kali mendustai Roh Tuhan. Karena ketika mati dalam kondisi masih dikuasai iblis, secara otomatis roh juga mati dan pada akhirnya masuk ke dalam kerajaan maut. Maka dari itu kita harus tetap berada dalam kuasa Roh Kudus dan Firman-Nya. Dalam posisi ini tubuh jasmani boleh mati tetapi roh kita tetap hidup bersama dengan Kristus di sorga.

(Markus Sulag)



Leave a Reply