Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Hidup, untuk Makan?




eBahana.com – Apabila kehidupan manusia itu ingin berwarna, maka harus mempunyai motivasi dan orientasi. Namun, manusia di dalam kehidupan seringkali salah dalam berorientasi dan bermotivasi dalam hidupnya. Hal itu sama seperti banyak orang yang mengikuti Yesus di bawah ini.

Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya, “Bila mana Engkau tiba di sini?” Yesus menjawab mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu, dan kamu kenyang.”

Mereka yang mengikuti Yesus pada saat Dia di seberang laut itu adalah sebagian dari mereka yang sama dan telah memakan roti ketika Dia memberi makan kepada lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan. Tujuan mereka mengikuti Yesus karena masalah perut, orientasi yang pragmatis, dan dengan tujuan jangka pendek. Dengan kata lain masalah kedagingan saja. Artinya mereka mengikuti Yesus karena diberi makan. Semua yang terjadi itu mengindikasikan mereka adalah seorang yang pemalas. Dengan mengikuti ke mana Yesus pergi ketika perut lapar mereka diberi makanan. Hal itu sering disebut:

“Hidup untuk makan”

Dalam realita kehidupan, seringkali melihat orang yang mempunyai prinsip hidup hanya untuk makan. Di dalam pikirannya, di dalam ucapan, dan tindakannya hanya satu, yaitu bisa makan dan makan. Seseorang yang mempunyai prinsip demikian pasti menggunakan segala cara, termasuk cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma, khususnya norma agama dan norma sosial. Seseorang yang mempunyai prinsip hanya untuk makan itu biasanya berwatak individualistis dan hidupnya hanya untuk mamon.

Orang yang berprinsip hanya untuk makan maka keinginan daging yang mendominasi seluruh aktivitas hidupnya. Apalagi pada era globalisasi dan era digitalisasi saat ini, manusia yang hidup hanya untuk makan akan semakin banyak dan mendominasi  Seseorang yang mempunyai prinsip hidup untuk makan itu selalu penuh kekuatiran dan ketakutan pada masa depanya. Padahal firman Tuhan sudah mengatakan di dalam firman-Nya:

“Karena itu Aku berkata kepadamu: janganlah khawatir akan hidupmu, apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah khawatir pula akan tubuhmu, apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian”

Orang yang berprinsip hidup untuk makan itu hidupnya tidak ada damai sejahtera. Sebab jika hidup hanya untuk makan saja, hidup itu tidak mempunya arti bagi sesama apalagi bagi Tuhan. Sebab prinsip hidup untuk makan berkontradiksi dengan kehendak Tuhan. Hal yang dikehendaki Tuhan di dalam kehidupan umat manusia, sudah tercatat di dalam firman Tuhan di bawah ini:

Bekerjalah bukan untuk makan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu, sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah dengan meterainya.

Apa yang disampaikan oleh firman Tuhan: Bekerjalah bukan untuk makanan yang dapat binasa, yang disebut makanan yang tidak dapat binasa adalah makanan untuk jiwa dan roh. Tetapi makanan tersebut juga bisa dimaknai dengan segala sesuatu yang ada benang merahnya dengan hidup di masa yang akan datang, baik ketika kita masih berada di dunia maupun sesudah Tuhan datang untuk yang kedua kalinya. Namun firman Tuhan itu juga bisa diartikan:

“Makan untuk hidup”

Firman Tuhan yang ditulis oleh Rasul Yohanes senada dengan firman Tuhan yang ditulis Rasul Matius:

“Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakain.”

Hal yang perlu kita ketahui bersama bahwa kehidupan di dunia ini ada tiga masa, yaitu masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Pertanyaanya, apakah semua itu untuk kehidupan kita? Kita ada sebagaimana saat ini karena masa lalu juga. Kalau istilah sekarang, masa lalu itu disebut sejarah. Tuhan Allah selalu memberikan motivasi kepada umat-Nya dengan menceritakan sejarah nenek moyang mereka, baik sejarah yang kelam maupun sejarah yang gilang gemilang. Hal itu supaya sejarah kelam masa lalu tidak terulang di zaman ini. Maka Firman Tuhan selalu mengingatkan umatnya sebagai berikut:

“Ajar kami menghitung hari-hari kami sedemikian, sehingga kami peroleh hati yang bijaksana”

Untuk bisa memiliki prinsip makan untuk hidup, harus selalu mengevalusi diri seperti yang dilakukan Musa ketika ia bermazmur. Makan untuk hidup tujuanya adalah supaya tubuh selalu sehat dan kuat untuk bekerja bagi Tuhan, berdoa kepada Tuhan, bersekutu dan bersaksi atau menyaksikan kemurahan Tuhan kepada banyak orang yang belum mengenal Kristus. Semakin banyak orang yang mempunyai prinsip makan untuk hidup semakin mempercepat kerajaan-Nya di bumi seperti di Surga. Memang itu tugas dan kewajiban yang sangat berat tetapi kuasa Firman Allah dan kuasa Roh Kudus yang akan menolong kita semua.

(Markus Sulag)



Leave a Reply