

eBahana.com
Dalam kehidupan kita di tengah dunia, tidak semua orang suka dengan diri kita. Hal itu disebabkan dosa yang mendera hidup semua orang. Mengapa denikian?
Oleh sebab hidup kita tidak sempurna (penuh keterbatasan) sehingga tidak bisa memuaskan keinginan setiap orang. Mereka yang tidak senang dengan diri kita biasanya mengganggu kehidupan, dalam semua aspek baik jasmani maupun rohani. Apa tujuan mereka mengganggu?
Tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk menjatuhkan dan menghancurkan eksistensi kita, tidak menutup kemungkinan mereka membunuh kita. Semua hal di atas disampaikan Yesus seperti berikut:
Yesus menerangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: “hal Kerajaan Surga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya.”
Bicara Kerajaan Surga seperti bicara situasi-kondisi kebaikan dan kebenaran tubuh, jiwa dan roh. Tetapi Kerajaan Surga juga berbicara teritorial atau wilayah tertentu, seperti yang diungkapkan Yesus dalam Doa Bapa Kami:
“datanglah kerajan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Surga.”
Kehadiran pengikut Kristus di suatu tempat dituntut untuk menciptakan shalom-Nya. Sehingga diharapkan terjadi sinergitas antar komponen yang menjadi satu kesatuan yang utuh. Mengapa Yesus mengumpamakan Kerajaan Surga seperti penabur benih yang menaburkan benihnya di tanah yang baik?
Benih itu berhubungan dengan pangan dan yang membutuhkan pangan itu adalah makluk hidup seperti manusia, tumbuhan, dan hewan. Manusia sebagai ciptaan Allah yang paling sempurna dibandingkan ciptaanNya yang lainya. Manusia juga diciptakan segambar dengan Allah dan adalah mandataris-Nya, dan yang dikehendaki untuk mengelola bumi. Hal yang perlu diingat manusia, jangan menyalahgunakan wewenang yang diberikan Dia kepada manusia.
Sebab faktanya, rusaknya bumi sehingga terjadi bencana alam dikarenakan manusia menyalahgunakan wewenang yang diberikan Allah kepadanya. Oleh karena itu penggalan Doa Bapa Kami: Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di Surga itu sama dengan berdamai dengan Tuhan, berdamai dengan sesama, dan berdamai dengan alam sekitar.
Menaburkan benih di tanah yang baik, ada benang merahnya dengan pangan. Pangan adalah sumber kehidupan bagi manusia karena ia tanpa makanan pasti mati. Demikian juga dengan spiritualitas kita, membutuhkan makanan berupa firman kebenaran Tuhan. Apabila sumber makanan rohani yang berupa firman Tuhan (benih yang baik) tidak mencukupi maka kerohanian akan mati. Selain benih yang baik, harus ditunjang tanah yang baik, karena kedua komponen itu adalah sesuatuterpokok dalam budidaya pertanian.
Tanah yang baik adalah perumpamaan dari hati yang baik (hati yang telah dipenuhi Roh Kudus). Oleh karenanya ketika ditaburi benih firman Tuhan, bertumbuh dan berbuah lebat. Akan tetapi jangan lupa menjaga kewaspadaan karena dalam kehidupan kita akan berdampingan dengan musuh. Musuh tidak senang dengan semua aspek yang kita rencanakan, yang telah kita kerjakan, dan yang akan kita kerjakan. Seperti perumpamaan Tuhan Yesus berikut ini:
“Tetapi pada waktu semua orang tidur datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi.”
Apa itu lalang? Menurut Wikipedia: apa perbedaan antara gandum dan lalang? Gandum pada umumnya triticium asestivum dan lalang itu kemungkinan adalah lolium temulantum, lalang biasanya tumbuh di pertanahan yang sama dengan gandum dan dianggap sebagai rumput liar. Kedua tumbuhan itu sangat mirip sehingga pada sejumlah tempat di dunia lalang disebut gandum palsu (bahasa Inggris: false darnel).
Kemiripan kedua tumbuhan ini, terutama pada awal pertumbuhan, mulai berbeda ketika bulir bulir gandum muncul. Batang bulir pada lalang temulentum lebih kurus dari gandum. Warna gandum menjadi kecoklatan ketika ranum sedangkan lalang ranumya menjadi warna hitam. Jika kita melihat keduanya serupa tetapi tidak sama dan saling berkontradiktif dalam segala hal baik bentuk dan isinya. Kalau melihat difinisi yang telah dipaparkan di atas maka akan jelas. Supaya tidak keliru dalam menentukan mana lalang dan mana yang gandum membutuhkan kewaspadaan dan ketelitian. Supaya tidak salah di dalam memilih di antara keduanya. Hal itu sudah disampaikan Yesus. Pada waktu semua orang tidur datanglah musuh menaburkan benih lalang di antara gandum lalu pergi. Kalau kita melihat proses yang dilakukan oleh musuh
Pada waktu malam, pada saat semua orang tidur, datanglah musuh, menaburkan benih lalang lalang di antara gandum, lalu ia segera pergi meninggalkan ladang gandum tersebut.
Kalau kita melihat kerja-kerja musuh di atas, ia menjalankan aksinya pada malam hari. Sebab waktu tersebut lazimnya manusia beristirahat dalam tidur. Mengapa ia bekerja malam hari? Supaya ia tidak diketahui orang. Hal yang dikerjakan musuh pada malam itu adalah menaburkan benih lalang di antara gandum. Oleh karena hampir sama bentuk dan isinya sehingga sangat sulit untuk membedakanya.
Setelah benih gandum itu bertumbuh, baru mengerti mana yang gandum, mana yang lalang. Sebab lalang pohonya kurus dibandingkan gandum dan warnanya gandum akan kecoklatan. Sedangkan lalang warnanya menjadi hitam. Walaupun sudah diketahui yang mana gandum dan yang mana lalang, tetapi tuan pemilik ladang gandum tersebut tidak mengijinkan ketika hamba-hamba pemilik ladang gandum hendak mencabut lalang yang tumbuh bersama gandum. Dengan alasan sebagai berikut:
Tetapi ia berkata: “Jangan, mungkin gandum itu akan tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu.”
Bertumbuhnya lalang dan gandum tidak berjarak sehingga tuan pemilik ladang gandum itu tidak mengijinkan hamba-hambanya mencabut lalang yang tumbuh bersama dengan gandum. Dia khawatir jika gandumnya ikut tercabut bersama lalang. Tuan pemilik ladang yang telah menaburkan benihnya yang baik adalah gambaran dari Kristus. Sedangkan musuh yang telah menaburkan lalang pada waktu malam ialah musuh-Nya Allah, yaitu iblis. Sementara benih gandum adalah gambaran firman Tuhan, sedangkan lalang adalah gambaran dari perkatan perkataan iblis (duniawi).
Tanah adalah gambaran hati manusia. Di dalam kehidupannya pasti ada suara yang masuk ke dalam dirinya, bukan hanya yang baik dan yang benar saja, tetapi juga banyak sekali suara-suara yang kontradiktif yang datang dari ucapan-ucapan dunia yang bersumber dari keinginan daging dan suara iblis. Selama hidup kita masih berada di dunia ini maka suara kebenaran yang datang dari Allah dan suara kejahatan yang datang dari iblis akan selalu memenuhi kehidupan umat Allah. Sementara kita tidak akan bisa menghindarinya.
Hanya kuasa firman Tuhan dan kuasa Roh Kudus yang sanggup menghalaunya. Hal itu pernah diungkapkan rasul Paulus bahwa di dalam dirinya ada duri dalam daging yang membuat dirinya selalu kesakitan. Pertanyaanya, mengapa duri tersebut tidak diambil dari dagingnya? Karena dengan duri yang ada dalam dagingnya menjadikan dirinya tetap teguh berdiri dalam iman dan dalam pelayanan pekerjaan Tuhan. Ditengarai duri yang ada dalam daging itu bisa dimaknai karakternya yang temperamental, masa lalunya yang pernah melakukan penganiayaan, dan pembantaian terhadap pengikut jalan Tuhan.
Termasuk di dalamnya Stefanus. Sehingga secara terus-menerus dihantui rasa bersalah. Kepandaian dan pengetahuan yang dimiliki menjadikannya dihormati oleh orang lain. Rasul Paulus meyakini bahwa seiring perjalanan hidupnya, duri yang ada dalam dagingnya akan hilang dengan sendirinya. Demikian pula dengan lalang yang bertumbuh di antara gandum juga akan dicabut bersamaan mencabut gandum lalu memisahkan mana yang lalang mana gandum.
Setelah selesai memisahkan lalang lalu dibakarnya di dalam api, sedangkan gandum dibawa pulang dimasukan ke dalam lumbung sebagai persediaan pangan. Karena dunia ini sudah dikuasai oleh penguasa dosa maka dari itu hidup kita mau tidak mau, suka tidak suka, harus berdampingan dengan musuh (keinginan daging dan iblis). Kita hidup di dunia ini ibarat melakukan susur sungai yang sangat deras airnya, namun diri kita jangan sampai hanyut dan tenggelam. Kita mengikuti arus jaman tetapi jangan sampai hanyut oleh arus zaman. Kuat kuasa firman Tuhan dan Roh Kudus pasti melindungi dan menuntun kita.
(Markus Sulag)