Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Covid-19 Pemantik Perkembangan Gereja




eBahana.com – “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah” atau disingkat ‘Jasmerah’ adalah semboyan yang terkenal yang diucapkan oleh Soekarno, dalam pidatonya yang terakhir pada Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia pada 17 Agustus 1966. Sejarah mencatat bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia lahir dengan perjuangan dan pengorbanan dari seluruh rakyat Indonesia. Tanpa perjuangan, tidak akan ada NKRI. Seirama dengan sejarah berdirinya bangsa Indonesia, berdirinya gereja di dunia ini juga merupakan fakta jelas yang dituliskan Alkitab, sebagai sumber informasi sejarah berdirinya gereja itu sendiri. Gereja juga lahir dari perjuangan, pengorbanan yang luar biasa. Sejarah mengajarkan begitu banyak hal kepada manusia, baik melalui hal-hal baik dan indah maupun tidak baik dan bencana sekalipun. Ada satu sejarah yang sangat penting yang tidak boleh kita lupakan sebagai umat Tuhan, yaitu sejarah gereja.

Melalui sejarah gereja, Allah menyatakan diri sebagai Allah yang memegang kuasa atas seluruh sejarah. Ketika membaca Alkitab, kita menemukan bahwa Tuhan Yesus mengatakan, “Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Mat. 16:18). Tuhan Yesus mendirikan gereja-Nya di dunia ini dan mengatakan bahwa alam maut tidak akan menguasainya. Apakah arti perkataan Tuhan Yesus ini? Hal ini adalah jaminan yang diberikan kepada gereja-Nya dan memang jaminan ini sudah dibuktikan kebenarannya di sepanjang sejarah gereja pada satu abad pertama sampai sekarang ini.

Sejarah mencatat bahwa gereja pada abad pertama berdiri menghadapi begitu banyak tantangan, yaitu serangan dari ajaran-ajaran sesat yang menyusup ke dalam gereja, penolakan-penolakan dari agama-agama lain, perpecahan di dalam gereja itu sendiri, dan tekanan serta penganiayaan dari politik atau negara. Namun sejarah mencatat bahwa ketika gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus mengalami tantangan-tantangan ini, G=gereja terus dipelihara oleh Tuhan sendiri sehingga bukan saja bisa bertahan tetapi malah berkembang dengan pesat sampai sekarang ini. Saat ini gereja sedang diperhadapkan dengan tantangan global. Covid-19 mengguncang kesadaran teologis banyak orang.

Tidak ada satu benua pun yang bebas dari pandemi ini. Bahkan, teritorial suci, seperti Mekah, Vatikan, Jerusalem, Badrinath, dan Karbala juga ikut terinfeksi virus aneh ini. Agama pun terguncang. Islam, Kristen kurang lebih sama akhir kata Corona ini menggoncang semua lini kehidupan termasuk kehidupan beragama. Gereja secara khusus bergerak untuk tetap melaksanakan fungsinya, memperhatikan kebutuhan rohani umat. Krisis yang diakibatkan Covid-19 ini sekaligus menjadi pemantik ide, gagasan dan terobosan baru bagi perkembangan gereja di masa pandemi. Tentu saja ada plus dan minus akibat dari Covid-19 ini. Namun kita harus mengimani bahwa Allah membuat segala sesuatu punya tujuan baik dan indah. Covid-19 memaksa gereja untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak terpikirkan, menggerakkan dan mendorong gereja kepada perubahan besar yang tidak pernah direncanakan. Berikut ini penulis melihat adanya terobosan-terobosan baru Gereja masa kini di tengah pandemi ini.

1. Gereja tidak lagi berfokus pada hari Minggu saja tetapi berkembang menjadi setiap hari sepanjang minggu.

Ibadah umum pada hari Minggu memiliki dan masih berperan bagi gereja di masa depan. Dan tentu saja kita rindu untuk berkumpul lagi dengan orang-orang yang kita kasihi dan rindukan. Sebelum Covid ini, sebagian besar gereja adalah organisasi analog di dunia digital. Namun, penutupan gedung dan fasilitas gereja telah mendorong ribuan pemimpin gereja untuk muncul secara daring di setiap platform media sosial yang ada hampir setiap harinya. Gereja-gereja yang memfokuskan pelayanannya hanya pada hari Minggu akan menjadi gereja-gereja yang berfokus pada pelayanan setiap hari sepanjang minggu, karena ada banyak orang yang perlu menjalankan iman mereka setiap hari.

2. Gereja tidak lagi hanya berfokus pada pelayanan terbuka tapi berkembang kepada pelayanan daring (dalam jaringan)

Selama bertahun-tahun, kita telah merasa alergi dan risih dengan istilah gereja daring itu “nyata” karena kurangnya pengetahuan dan malasnya mempelajarinya. Tentu saja daring adalah sesuatu yang nyata. Agar lebih jelas: Hanya karena kehidupan di luar internet nyata bukan berarti segala sesuatu yang daring tidak nyata, begitu pula sebaliknya. Keduanya sama-sama penting. Kalau sebelum Covid gereja menghabiskan 90-100% anggaran untuk pengalaman-langsung: pertemuan terbuka pada hari Minggu, persekutuan kelompok, acara-acara gereja, dll tapi setelah Covid ini Gereja haya menghabiskan 50% dari anggaran staf mereka untuk pelayanan daring karena semua orang yang ingin Anda jangkau dan pengaruhi ada di sana. Pelayanan digital dan tatap-muka akan berjalan bersama-sama dengan cara yang sama. Pelayanan Digital dan Analog membawa perkembangan gereja dengan cara yang berbeda. Pelayanan digital membantu gereja menjangkau lebih banyak orang dengan lebih cepat.

3. Gereja akhirnya aktif dan kreatif melihat Internet sebagai pintu masuk penjangkauan jiwa.

internet tidak lagi hanya berfungsi untuk bisnis tapi Internet pintu masuk atau sarana pendukung pelayanan di era teknologi. Gereja bergerak secara online melalui Youtube, Zoom, PowerPoint, dll dengan konten-konten yang kreatif, Pemberitaan kabar baik yang dapat menjangkau seluruh dunia.  Pelayanan ini akan  membantu gereja tetap terhubung kepada umat dan  memperlengkapi mereka setiap hari, tidak hanya pada hari Minggu, dimana saja, kapan saja dan kepada siapa saja yang melihat.

4. Persembahan digital akan menjadi default baru.

Memang agak sedikit aneh dan merasa risih tapi pada akhirnya, krisis akibat Covid mempercepat persembahan secara digital dan tidak lagi dilakukan secara manual. berbicara tentang memberi persembahan mungkin akan membuat sebagian orang merasa khawatir. Covid-19 menyadarkan gereja dan umat akan kebutuhan sosial, tentu saja hal itu bisa bergerak tidak lepas dari kebutuhan Dana. Persembahan digital mempermudah, memantik kesadaran kita untuk bermurah hati di masa krisis. Persembahan tidak lagi dilakukan secara tunai dan ini tentu mempercepat Gereja bergerak dan berkembang.

Oleh Pdt. Wijaya Naibaho B.Th, Gembala GPdI “Alhayat“.



Leave a Reply