Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

My Body is Perfect and I Love It (2)




 Masih dari perikop yang sama, “Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya” (1 Yoh. 4:20-21).

Kalau kita terjemahkan secara sederhana, keempat ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah adalah Kasih dan setiap orang yang beriman kepada-Nya pasti memiliki kasih, yang ditandai dengan kemampuan untuk mengasihi dirinya sendiri dan orang lain. Jadi, bagaimana kita dapat mengasihi orang lain secara benar sementara kita belum mengasihi diri sendiri dengan benar juga? “…Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini” (Mrk. 12:31).

Tak jauh berbeda, korban body shaming juga karena ia kurang mengasihi dirinya sendiri sehingga membiarkan dirinya didoktrin standar sempurna versi dunia – “apa kata orang tentang saya!” Sebuah kalimat bijak mengatakan, “Kita tidak bisa melarang burung terbang di atas kepala, tetapi kita bisa melarang burung untuk membuat sarang di atas kepala kita.”

Artinya, kita punya pilihan untuk menanggapi ejekan/hinaan yang menyerang kita. Pilihan pertama menggunakan standar versi dunia, tolok ukurnya adalah penampilan fisik yang memukau. Bagi wanita antara lain: wajah bersih bebas masalah kulit, rambut panjang lurus indah dan bervolume, berkulit putih mulus, dan tubuh langsing bak gitar spanyol. Demikian juga bagi pria: tinggi dengan tubuh atletis dan memiliki six packs, wajah rupawan, dan mengendarai kendaraan keren.

Pilihan kedua menggunakan standar versi Kristus tolok ukurnya adalah Kristus sendiri. “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh. 13:34). Jadi, standarnya bukan karena ada apanya, melainkan mengasihi karena Kristus lebih dulu mengasihi kita yang dibuktikan dengan karya salib. Jadi, standar yang benar adalah apa kata Kristus atas kita. Itulah identitas diri kita yang sesungguhnya!

Identitas kita adalah serupa dan segambar dengan Allah. “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia…” (Kej. 1:27). Di dalam Kristus, identitas kita adalah anak Allah. “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah,… Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia” (1 Yoh. 3:1).

Apa yang Harus Saya Lakukan?

Meminjam istilah Marshanda, “My Body is Perfect and I Love It.” Stop body shaming dengan kasih! Lawan body shaming dengan kasih. Bagaimanapun keadaan fisik orang lain, ia juga ciptaan Tuhan dan Allah memiliki rancangan indah bagi hidupnya. Jadi, kita dan dia itu sama-sama ciptaan Tuhan dan Dia punya rancangan indah bagi hidup kita masing-masing. “Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah” (Rm. 15:7).

Akhir kata, “Daripada insecure lebih baik bersyukur” (Imperfect, 2019). Bagaimanapun keadaan fisik kita itu sempurna, maka cintailah! Kalaupun kita harus menjalani diet menurunkan atau menaikkan berat badan, motivasinya adalah kesehatan bukan ingin tampil menawan di mata manusia.



Leave a Reply