Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Adil Itu Tidak Harus Sama




eBahana.com – Semangat kepedulian dari pengikut Kristus yang telah menerima baptisan dan pengajaran rasul-rasul tidak pernah padam. Hal itu ditunjukkan dengan tindakan sebagai berikut:“Dan selalu ada dari
mereka yang menjual harta mereka lalu membagi-bagikan kepada semua orang sesuai dengan keperluannya masing-masing.” Kerelaan hati untuk mengikut Kristus dan memikul salib itu ditunjukkan mereka, tidak hanya dengan berteori tetapi dengan tindakan nyata, yaitu dengan cara menjual harta mereka lalu membagi-bagikan kepada semua sesuai dengan kebutuhan.

Apakah tujuan dari menjual harta dan membagi-bagikan kepada semua orang adalah, untuk membangun kesetaraan antar sesama pengikut Kristus, bukan untuk berfoya-foya untuk kesenangan dan kepuasan diri sendiri. Hal ini dilakukan supaya hidup setara satu dengan yang lain kelompok satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, yang kaya harus mau dan berani untuk menyesuaikan diri dengan cara seperti yang dilakukannya. Di samping itu mereka menjual harta miliknya dan dibagi-bagikan kepada semua bertujuan untuk membangun kekuatan solidaritas sesama umat Allah. Hanya dengan membangun kekuatan itulah maka kita bisa mengalahkan musuh baik yang datang dari diri sendiri, yaitu keinginan daging yang sudah jelas berkontradiksi dengan keinginan Roh, maupun yang datang dari luar diri kita, seperti Covid-19.

Kita sebagai para pengikut Kristus yang hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara harus menjadikan wabah virus Corona ini sebagai momentum supaya bisa menjadi teladan untuk mengembalikan kebiasaan yang baik yang dilakukan oleh nenek moyang kita yaitu hidup bergotong-royong, bertenggang rasa, berat sama dipikul ringan sama dijinjing, jangan ‘merasa bisa’ tetapi ‘bisalah merasa’. Setelah menjual hartanya lalu membagi-bagikannya kepada semua sesuai kebutuhan. Ketika mereka menjual harta miliknya sesudah itu membagikannya, secara otomatis ia tidak punya apa-apa lagi atau menjadi miskin, artinya memulai hidup dari awal lagi (dari nol). Itulah yang disebut komitmen yang hakiki dalam memperjuangkan kesetaraan dan membangun solidaritas atar pengikut Kristus dan sesama secara umum.

Yang dilakukan oleh jemaat mula-mula itu yang dinamakan membangun gerakan sosial tipe baru yaitu mengasihi sesama sesama seperti dirinya sendiri. Mau berkorban demi orang lain seperti Kristus juga terlebih dahulu berkorban demi kesejahteraan umat manusia yang percaya kepada-Nya. Bukan berarti ketika menjual harta milik kita dan dibagi-bagikan kepada orang lain, itu sebagai pengikut Kristus tidak boleh kaya, tokoh-tokoh yang diutus Allah itu banyak yang kaya seperti Abraham, Ishak dan Yakub. Tetapi faktor utama dari jemaat mula-mula menjual harta bendanya itu supaya hati dan pikirannya tidak melekat kepada duniawi lagi. Tuhan menghendaki bahwa harta itu berasal dari Dia, oleh Dia, dan untuk Dia bukan untuk kepentingan diri sendiri tetapi untuk kepentingan bersama. Dalam hal ini Abraham sudah teruji, manakala ia dipanggil Allah dari keluarganya di Ur Kasdim ke tanah perjanjian (Tanah Kanaan), ketika dia menerima panggilan-Nya, ditemani istrinya Sarai dan keponakannya Lot, meninggalkan orangtua dan saudara saudara serta handai tolan yang sangat dikasihinya. Di samping itu dia meninggalkan warisan yang sangat banyak. Sementara mereka belum tahu tanah perjanjian letaknya di mana, dan setelah sampai di sana nanti bagaimana dengan masa depannya. Tetapi Abraham tidak berpikir panjang langsung berangkat. Itulah mengapa dia disebut bapa orang beriman, karena memang Abraham menuju ke tempat yang Allah sebutkan belum tahu teritorialnya, masyarakatnya bagaimana, budaya mereka seperti apa ia belum tahu sama sekali. Perjalanan Abraham itu bukan nekat tanpa memperhitungkan segala sesuatunya. Tetapi dia melangkah dengan keyakinan, itulah yang disebut iman.

Begitu juga dengan jemaat mula-mula yang menjual hartanya lalu dibagi-bagikan kepada semua, paska itu tentu mereka juga belum tahu mau apa dengan diri mereka, namun itulah yang dinamakan kekuatan iman yang mampu menggerakkan orang-orang untuk melakukan kerja-kerja dan tindakan yang sangat sulit diterima akal pikiran sehat manusia. Dalam membagi-bagikan hasil penjualan harta jemaat mula-mula menurut keperluannya, maksud dari keperluannya karena antara satu dengan yang lain tidak sama karena berdasarkan keperluan dari setiap orang. Itulah yang disebut adil itu tidak harus sama. Bahwa adil itu bukan dibagi rata atau satu orang dapat satu atau lebih dengan jumlah yang sama. Tetapi hasil penjualan harta itu dibagi berdasarkan keperluannya masing-masing, sebab setiap orang mempunyai keperluan dan kebutuhan yang berbeda. Di era globalisasi dan kapitalisme seperti saat ini sangat sulit untuk merealisasikan hidup seperti yang jemaat mula-mula lakukan dalam kehidupan mereka sehari hari yaitu dengan menjual harta untuk dibagi bagikan kepada semua sesuai dengan keperluan.

Apa yang dilakukan mereka itu sangat sulit dibayangkan apa lagi dilakukan. Dari sebelumnya hidup dengan bergelimang harta lalu berubah menjadi miskin dan tidak punya apa apa lagi. Jemaat mula-mula pola hidupnya (pola pikir dan perilaku) menggunakan hukum kasih, kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia seperti diri sendiri. Sedangkan kehidupan globalisme itu pola hidupnya berpusat pada kekuatan kapital dan individualisme dengan implementasi hedonisme. Untuk mengukur kualitas dan kuantitas hidup, semakin individualis dan hedonisme seseorang akan disebut berhasil. Seperti yang dikatakan Yesus: “ Jangan menyembah dua tuan, Allah atau mamon.”

Mereka menuhankan uang atau harta benda, dengan kata lain mereka mengabdi kepada mamon. Sedangkan kehidupan jemaat mula-mula kehidupan mereka berpusat pada hukum kasih (kasih kepada Allah dan kasih kepada sesamanya). Sebagai Pengikut Kristus kita punya Allah Roh Kudus yang sanggup untuk menggerakkan dan membolak balikan hati dan pikiran anak anak-Nya untuk mengikuti jejak dari jemaat mula mula yang menjual hartanya lalu dibagikan kepada semua sesuai dengan kebutuhan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari hari era sekarang ini. Walaupun secara akal sehat manusia sangat sulit direalisasikan Tetapi di dalam nama Yesus dan penyertaan Roh Kudus semua permasalahan pasti bisa diatasi.

Oleh Markus S.



Leave a Reply