Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Anda Sering Lupa? Bisa Jadi Terkena Sindrom ‘Dory’




Yogyakarta, eBahana.com – “Hello, I’m Dorry, I suffer from short-term memory loss…

Siapa saja yang pernah menonton film Finding Dory keluaran rumah produksi Pixar ini mungkin tak asing dengan kutipan tersebut. Pasalnya, kalimat itu selalu ditekankan Dory setiap kali ia bertemu dengan makhluk laut lainnya. Ya, Dory, si ikan kecil berwarna oranye, cerewet, tapi menggemaskan. Namun, di balik kelucuannya, ia adalah seorang anak hilang yang terpisah lama dari orang tuanya.

Malangnya lagi, Dory memiliki penyakit ‘pelupa‘. Inilah yang membuat perjuangan ikan kecil tersebut semakin sukar dalam menemukan kembali orang tuanya. Short-term memory loss yang dialami Dory juga terjadi pada kehidupan manusia. Ini adalah kondisi seseorang tidak mampu mengingat kejadian yang baru saja dialaminya.

Melansir Kompas, 26/4/2017, short-term memory atau memori jangka pendek disebut juga sebagai memori aktif atau memori dasar. Letaknya di bagian otak depan (frontal lobe).

Pada dasarnya, semua peristiwa atau kejadian yang dialami dalam waktu 30 detik sampai beberapa hari ke depan akan disimpan dalam memori tersebut. Lantas, apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang mudah mengalami gangguan memori jangka pendek? Jawabannya banyak.  Mulai dari medis, psikologis, kondisi tubuh, cidera, hingga gaya hidup.

Menukil WebMd, Rabu (9/8/2017), ada banyak faktor yang menyebabkan hilangnya ingatan, baik itu yang lupa sesekali maupun kasus hilangnya memori jangka pendek. Faktor-faktor tersebut di antaranya, penggunaan obat-obatan, konsumsi rokok dan alkohol, kurang tidur, stres, depresi, kurang nutrisi, stroke, dan demensia.

Namun yang pasti, mengutip Healthline, Jumat (30/11/2018), short-term memory loss akan terjadi seiring bertambahnya usia seseorang. Meski dapat dialami oleh orang usia muda, tetapi belum tentu itu merupakan tanda penurunan kognitif, melainkan karena brain overload.

Dilansir Kompas.com, Sabtu (11/4/2015), dokter spesialis saraf Yuda Turana menjelaskan, brain overload terjadi ketika informasi yang diterima otak terlalu banyak atau penuh. Biasanya karena banyaknya pekerjaan atau pikiran, sehingga otak mengalami gangguan memori.

Hal kecil yang sering ‘terlupakan’

Dalam kehidupan nyata tak sedikit orang kerap mengalami gangguan memori, sehingga ia lupa akan suatu hal. Ilustrasi yang acap terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yaitu lupa membawa dompet saat hendak pergi ke Automatic Teller Machine (ATM).

Bila sudah begitu, mau tak mau Anda harus putar balik atau minta tolong orang lain untuk mengantarkannya. Buang-buang waktu dan merepotkan sekali, bukan? Namun, kalau pun hal tersebut kadung terjadi, Anda tak perlu pundung.

Contoh lainnya yang juga kerap terjadi adalah lupa meletakkan kunci kendaraan. Sekali dua kali, mungkin masih dapat dimaklumi. Namun jika sering terjadi, maka bersiaplah untuk menanggung rugi. Banyak cara bisa dilakukan untuk mengatasi perkara gangguan memori. Salah satunya dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti yang dilansir Kompas.com, Kamis (16/5/2019).

Adapun pola hidup sehat yang wajib diterapkan, di antaranya rajin berolahraga dan konsumsi asupan nutrisi yang dibutuhkan otak, seperti vitamin B1 dan B12. Sementara itu, cara lain untuk meminimalisir risiko akibat gangguan memori adalah dengan memanfaatkan buku agenda, disiplin menempatkan barang-barang ke tempat semula, dan menerapkan sistem double check. Akan tetapi, jika dampak gangguan memori dirasa cukup mengganggu, maka tak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan tenaga medis. MK. 

(sumber: kompas.com)



Leave a Reply