Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

My Body is Perfect and I Love It (1)




Juli lalu, warganet dihebohkan dengan unggahan mantan artis cilik Marshanda, lantaran bentuk tubuhnya yang berisi. Maklum, sejak kecil ibu dari Sienna ini selalu tampil langsing. Beragam komentar lalu lalang akun Instagramnya. Ada yang mencibir, tapi lebih banyak yang memujinya.

Bukan hanya artis lokal, banyak juga selebriti internasional yang pernah dihujat warganet lantaran bentuk tubuh. Sebut saja Emma Watson, Demi Lovato, Kelly Clarkson, Kim Kardashian, dan masih banyak lagi.

Body Shaming (celaan fisik). Itulah yang mereka alami di dunia maya. Apa yang mereka alami juga banyak dialami orang awam.
“Wah, makin langsing aja say.” Sementara ia badannya gemuk.
“Ya ampun, kamu kok makin kurus sih!”
“Duh, jerawat kamu kok makin banyak sih?”
“Kamu iteman ya sekarang…”

 

Apa Itu Body Shaming?

Menurut para ahli dalam bukunya, body shaming merupakan sikap atau perilaku terhadap berat badan, ukuran tubuh dan penampilan diri maupun orang lain (Gilbert, 2007). Lebih lanjut Fredricson dan Robert (1997) menjelaskan bahwa body shaming merupakan bentuk perilaku mengevaluasi penampilan diri maupun orang lain terhadap internalisasi standar kecantikan ideal.

Sumber lain, body shaming adalah kegiatan mengejek atau berkomentar negatif terhadap keadaan fisik seseorang. Singkatnya, bullying terhadap kondisi fisik seseorang. Obyek body shaming itu sendiri antara lain: bentuk dan ukuran tubuh seseorang, wajah, kelainan fisik baik karena insiden atau genetis, dan tampilan yang berbeda dari mayoritas atau tidak memenuhi standar kecantikan.

Apa Bahaya Body Shaming?
Seperti halnya bullying fisik, body shaming menurunkan rasa percaya diri korban sehingga seseorang yang mengalaminya rentan mengalami rendah diri dan marah kepada dirinya sendiri. Mereka seolah terdoktrinasi oleh perkataan orang lain sehingga cenderung selalu melihat bentuk fisiknya dari sisi negatif. Hal ini memengaruhi kesehatan mental dan meningkatkan kerusakan citra diri korban. Fatalnya, body shaming meningkatkan resiko bunuh diri.

Dilansir dari cewekbanget.grid.id, seorang remaja Thailand (17) nekat bunuh diri di sekolah lantaran selalu dipanggil gendut oleh teman-temannya. Ia tak kuasa menahan ejekan dari teman-teman sekelasnya. Lama kelamaan ia mulai menarik diri dari pergaulan dan kehilangan kepercayaan diri. Mengutip laman worldofbuzz.com, pada Jumat 10 Agustus 2018 lalu, rekaman detik-detik pelajar ini melompat dari lantai lima gedung sekolahnya beredar di media sosial.

Dalam rekaman terlihat, pelajar ini berjalan di sepanjang pinggiran bangunan sekolahnya. Beberapa siswa melihatnya dari gedung lain, namun awalnya mengira itu hanya lelucon dan tidak terpikirkan remaja itu akan melompat. Para siswa yang melihatnya terus mengobrol tapi segera menyadari ada yang salah.

Tanpa menengok ke belakang, remaja itu terus berjalan hingga sampai di ujung bangunan. Para pelajar lain yang melihatnya mulai berteriak berusaha mencegahnya. Namun terlambat, pelajar yang depresi itu tetap melompat. Pelaku sekaligus korban bunuh diri ini lantas dilarikan ke rumah sakit, tetapi luka yang terlalu parah membuatnya tidak tertolong.

Apa Kata Alkitab?
Kalau kita telaah, penyebab utama terjadinya body shaming adalah kasih. Pelaku tak memahami konsep kasih terhadap diri sendiri dan orang lain, sehingga ketika melihat seseorang berbeda dari mayoritas, pelaku merasa berhak mengejeknya. “…marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih” (1 Yoh. 4:7-8).

Bersambung…



Leave a Reply