Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Urapan & Firman Tuhan Kunci Pelayanan Berhasil




eBahana.com – Pdt. Glenn Gouw: hakikat melayani adalah memberikan yang terbaik untuk Tuhan. Namun, semuanya harus mempunyai landasan firman Tuhan yang kuat.

Beliau adalah mantan ketua sinode Gereja Kristen Maranatha Indonesia (GKMI) yang sudah pernah melakukan Musyawarah Besar. Suami Tjandra Tumbelaka dan ayah tiga anak ini banyak menuturkan pemikirannya tentang hakikat pelayanan. Berikut penuturan Ketua Yayasan Epiphania ini.

Apa yang kita rasakan dan alami inilah yang dapat kita berikan kepada orang lain. Kalau kita tidak alami, meskipun kita adalah pendeta dengan latar belakang pengetahuan theologia yang baik, akan sulit diteruskan
kepada jemaat. Pengalaman pribadi dengan Tuhan melebihi pengetahuan apa pun yang kita terima. Dalam hal ini pengalaman dengan Tuhan adalah hasil pembentukan karakter kita oleh Tuhan.

Sikap kita di sini juga adalah tindakan yang mampu membatasi imbas pengalaman itu agar tidak menjadi doktrin. Doktrin bukan merupakan pengalaman. Doktrin terbentuk dari keinginan. Keinginan kita untuk mencapai sesuatu yang belum kita rasakan dan belum terpenuhi. Pengalaman dengan Tuhan itu batasannya
adalah hal yang sudah kita alami dengan Tuhan. Sebagai contoh, ada teori hati gembala. Bagi saya, ini harusnya dialami. Harus ada pengalaman terlebih dahulu. Kalau tidak, sulit untuk saya impartasikan kepada jemaat.

Sikap ini pun saya terapkan dalam kepemimpinan di sinode. Doktrin di gereja itu tetap karena betul-betul sama dengan rambu-rambu Alkitab. Apa yang pernah menjadi pengalaman saya dalam kepemimpinan, saya terapkan juga dalam berorganisasi. Siapa pun di dalamnya tidak hanya menjadi pendengar, tetapi menjadi pelaku aturan.

Metode dan Urapan
Pelayanan tentu juga memerlukan metode. Apalagi untuk hamba Tuhan yang baru melayani. Metode dapat menjadi pegangan. Boleh dibilang semuanya sebagai pengetahuan tambahan. Muaranya jelas, yakni semua
pelayan yang baru ini dapat mengerti dan memahami keberadaan lingkup pelayanan.

Namun, secara umum metode dalam pelaksanaannya bukanlah menjadi suatu keharusan. Saya melihat urapan lebih penting. Urapan itu bukan diturunkan dari atas, tetapi ditarik dari bawah. Ini pengalaman saya. Dalam
suatu KKR mengapa orang sakit yang datang tidak semuanya sembuh? Paling hanya 40 % yang sembuh. Lalu yang lain kenapa? Orang yang sungguh-sungguh ingin disembuhkan itulah yang dikategorikan dapat menarik
urapan sehingga sembuh. Prasyarat ‘minyak yang meleleh ke janggut Harun’ atau urapan diawali dengan hidup rukun dulu. Bagaimana mau berdamai dengan Tuhan jika kita belum berdamai dengan orang lain atau bahkan belum berdamai dengan diri sendiri? Inilah yang saya maksud, urapan itu semuanya datang atau tergantung dari bawah. Kehidupan kita, pemberesan dengan Tuhan, kehidupan rukun, harus tercipta dahulu baru urapan itu akan turun. Ingat saja perempuan yang mengalami pendarahan 12 tahun. Dialah yang berusaha menjamah jubah Yesus. Kesembuhan karena diurapi itu datang dari usaha, kemauan, dan kerinduan yang keras dari si ibu yang sakit ini.

Jemaat Berkualitas
Kondisi jemaat kami dibentuk dari dasar-dasar firman Tuhan yang kuat. Jumlahnya tergolong belum banyak, tetapi terkontrol dan sangat kelihatan kedewasaan imannya. Kami tidak mengejar kuantitas sekalipun hal itu bagus juga. Bagi saya, kedewasaan itu bukan dilihat dari manifestasi roh, bukan pujian dan penyembahan
yang sempurna, tetapi ditentukan seberapa benar kita sudah melakukan firman Tuhan. Firman Tuhanlah
yang dapat membuat kita bertumbuh. Jika pelayanan firman itu tidak disampaikan dengan baik, jemaat tidak
akan bertumbuh dengan baik. Firman Tuhan itu kita gumuli. Setiap hari kita harus makan firman. Pujian
dan doa tanpa didasari atau diteguhkan oleh firman Tuhan, tidak akan kuat. Jemaat kami menekankan pengajaran firman Tuhan sekaligus tetap meluaskan Roh Allah untuk bekerja dengan cara-Nya.

Kitab Terbuka
Di sini saya dapat simpulkan barometer pelayanan yang berhasil adalah jemaat yang bertumbuh dan dewasa rohani. Kami bersyukur kalau satu orang mengenal Kristus. Namun, kami tidak akan bersyukur jika gereja kami menjadi besar dengan jemaat pindahan. Dalam komunitas gereja kami, semuanya lebih menekankan
agar kita menjadi ‘kitab yang terbuka’, yang sudah pasti dibaca oleh orang lain. Analoginya,
semua orang tahu siapa Nabi Isa. Namun, apakah mereka sudah mengenal Nabi Isa atau Yesus lebih dalam? Mungkinkah kita membagikan Alkitab kepada orang yang baru keluar dari Masjid atau Kelenteng? Tidak
mungkin. Lalu, bagaimana agar mereka dapat mengenal Yesus? Langkah yang baik adalah memberi teladan dari sikap hidup kita yang telah menjadi kitab terbuka tadi.

Dalam lingkup sinode, kami memiliki aturan yang sudah disepakati. Sinode meluaskan calon hamba Tuhan untuk menuntut ilmu dari sekolah Theologia atau Sekolah Alkitab dari gereja mana pun. Karena prinsipnya pembentukan karakter itu bukan terjadi di sekolah melainkan di pastori. Bahkan lebih jauh, kami yakin seorang gembala akan menurunkan apa yang diyakininya kepada pengerjanya. Keberhasilan pelayanan tidak ditentukan dari mana seseorang bersekolah.

Menyorot dinamika gereja akhir-akhir ini dengan segala kelebihan dan kekurangannya, saya hanya menyimpulkan, apa pun itu adalah seizin Tuhan. Ada perbedaan antara seizin Tuhan dan kehendak Tuhan. Yang saya tahu kehendak Tuhan itu agar semua orang mengenal Yesus. Dalam pelaksanaannya, gereja sebagai kesatuan tubuh Kristus pasti akan saling melengkapi. SO



Leave a Reply