Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

“Tuhan Ada dalam Setiap Peristiwa Tragis di Hidupku”




eBahana.com – Banyak keajaiban dalam hidup Gunardi Noerwono. Semua itu mengingatkan bahwa Tuhan bersamanya.

Dalam perjalanan ke kantor mengendarai mobil, Gunardi melintasi perlintasan kereta api tanpa palang pintu dan rambu-rambu lain. Saat melintas itulah ia sempat menengok ke kiri. Kereta api datang dengan jarak sangat dekat. Sekitar 2 meter. Saking kagetnya, ia pingsan.

Tertabrak Kereta
Pukul 10.30 WIB siang itu,  Gunardi yang tinggal di Darmo Permai Selatan, Surabaya hendak pergi ke kantor di daerah Merak dengan menyetir mobil kijang. Ia hanya sendirian dalam mobil, lewat tol keluar Dupak, dekat Pasar Turi. Kendaraan Gunardi berada di posisi paling kiri melintasi rel kereta. Pinggiran rel penuh dengan pedagang kaki lima. “Kami semua melintas karena memang tidak ada palang pintu. Di kanan saya ada taksi, di kanan taksi ada motor dan becak. Saat menengok ke kiri, saya kaget bukan main. Ada kereta sedang berjalan dengan jarak sangat dekat. Mungkin hanya dua meter. Saya shock dan langsung pingsan,” kisah suami Mariana Liman Santoso mengenang.

Ketika sadar dari pingsan, Gunardi berada di depan rel, tetapi pada posisi balik arah. “Awalnya saya bingung, kok saya di sini. Tapi, saya segera sadar apa yang telah terjadi. Ini mukjizat.” Orang-orang berkerumun. Suasana penuh kepanikan. Beberapa polisi sudah di sana. Orang-orang yang melihat Gunardi hampir tak percaya. Gunardi keluar mobil, berjalan dengan baik. Hanya tangan kiri yang terluka dan mengeluarkan banyak darah. Mobil Gunardi dalam keadaan rusak berat. Pintu kiri meringsek ke dalam. Penyokan ke dalam
inilah yang melukai tangan kirinya. “Orang-orang sibuk, ada yang menawari minum, tisu untuk ngelap darah. Saya hargai mereka. Saya lihat celana saya banyak darah. Lalu setelah yakin mobil ada yang nangani, saya naik becak ke rumah sakit terdekat, yaitu RS Ibu dan Anak untuk mendapatkan pertolongan pertama.”

Hanya Tergores
Di rumah sakit, ia menelepon kantornya yang bergerak di bidang akuntan publik. Hari itu ia harus ke kantor
karena akan menggaji para pegawainya. “Bukan saya yang ke kantor, tapi akhirnya merekalah yang menengok saya di rumah sakit. Waktu saya menelepon, mereka sangat kaget mendengar saya ketabrak kereta. Mereka
berpikir saya dalam keadaan berbaring dan kondisi berat. Tenyata hanya tergores. Tuhan telah meluputkan saya. Takut membuat keluarga panik, saya sengaja tidak ngabari istri dan anak bahwa saya mengalami kecelakaan. Orang pasti sudah membayangkan yang serem-serem, lha namanya ketabrak kereta,” ujarnya tertawa. Polisi dan wartawan mendatangi Gunardi di rumah sakit. Mereka mencari informasi mengenai
kecelakaan itu. Berita kecelakaan kereta yang menimpa 6 orang masuk koran dan TV.

Setelah menyelesaikan beberapa urusan berkaitan kecelakaan itu, Gunardi pulang ke rumah. Barulah ia menceritakan kejadian tersebut. Betapa besar rasa syukur pada Tuhan. Gunardi punya kenalan yang mengalami peristiwa mirip dengannya. Orang tersebut sempat linglung dan sebulan tidak bisa bekerja.
“Seminggu setelah kejadian, anak saya Yeni yang di Australia menelepon. Ia kaget karena tahu info tabrakan itu dari internet. Saya memang tidak memberi tahu anak-anak biar mereka nggak panik,” tutur ayah dari Yennita Gunardi dan Frida Gunardi serta kakek dari Jason Oliver Suwignyo. Untuk memastikan kondisinya,
beberapa hari setelah tertabrak kereta, Gunardi rontgen di Lab. Paramita untuk melihat tulang-tulangnya. Puji Tuhan, tulang tidak patah, hanya tergores.

Terjatuh dari Lantai 2
Gunardi mengaku bukan sekali itu saja mengalami keajaiban. Dulu, rumah di Sawahan Baru miliknya sedang diperbaiki karena bocor. Asbes diganti. Gunardi naik ke lantai dua. Tanpa sengaja ia menginjak eternit dan
langsung jebol. Tubuh Gunardi meluncur ke bawah. “Saya merasa ada yang menahan tubuh saya. Saya percaya itu malaikat Tuhan. Jatuhnya enak, persis di kursi plastik. Padahal di sebelah kursi ada ember berisi air panas. Posisi saya telentang. Tidak ada luka. Njarem sebentar saja.”

Ningsih Kesurupan
Satu kesaksian lagi. Gunardi semakin mengenal kuasa Tuhan lewat kejadian yang menimpa pembantu rumah tangganya bernama Ningsih. Pada waktu itu, pulang dari kantor, terjadi keramaian di rumahnya. Ningsih tiba-tiba berperilaku aneh. Ia bicara sendiri. Kadang emosinya tak terkendali. “Melihat ia sangat tidak tenang dan aneh, saya sampaikan ke teman-teman di lingkungan bahkan sampai wilayah. Lalu datanglah dr. F. X.
Hudiono. Ningsih disuntik valium 10 ml. Kami heran, suntikan itu tidak memberi reaksi apa-apa. Ia masih ngomyang, ngomong terus. Padahal biasanya dengan 10 ml, akan tertidur. Ada yang nggak beres, mungkin ia dirasuk setan.”

Gunardi mencoba tenang meskipun bingung. Ia pergi ke paroki, berharap romo bisa datang untuk mendoakan. Namun sampai 3 paroki, Romo nggak bisa datang. Ke mana lagi cari pertolongan? Inilah pertama
kali Gunardi menghadapi orang yang kerasukan setan. Beberapa orang membantu mencari pertolongan. Lalu datanglah hamba Tuhan Alex Landau yang memang di kalangan gereja Katolik dipakai Tuhan dalam karunia pengusiran setan. “Pak Alex mengusir setan dalam nama Tuhan Yesus. Mendengar nama Yesus, Ningsih
yang dalam kendali setan langsung ketakutan, ‘Iya… iya… aku pergi. Tapi, nanti kembali lagi bawa teman.’”
Ningsih langsung sadar dan tenang. Namun pukul 3 dini hari, Ningsih kumat lagi. “Saya nggak enak minta Pak Alex datang karena masih sangat pagi. Saya baru berani menelepon pukul 05.00 WIB. Pak Alex langsung datang untuk mengusir setan dalam diri Ningsih dan memutuskan ikatan dengan setan.” Ningsih kembali normal. Tiba-tiba ia ingin pergi ke gereja. Padahal ia bukan orang Katolik dan Kristen. “Lewat peristiwa itu, Ningsih menjadi murid Tuhan Yesus. Bagi saya sendiri, pengalaman rohani itu menunjukkan kuasa nama Yesus.”

Iman Gunardi makin teguh dengan peristiwa-peristiwa yang dialaminya.
(Niken Maria Simarmata)



Leave a Reply