Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Pernah Mengalami Cyber Bullying Ketika SMA dan Sekarang Membuat Seminar Cyber Bullying untuk Remaja Papua




Nama saya Yoice Aquarista Micibaroe, nama panggilan saya Jo. Saya perempuan asli Papua yang sedang menyelesaikan sarjana S1 di salah satu universitas swasta Tangerang, Banten. Tahun ini merupakan tahun ke-6 saya akan merayakan Natal di tanah rantau. Pertama kuliah saya telah berkomitmen untuk tidak pulang ke rumah sampai saya menjadi orang berhasil. Tahun ini juga merupakan tahun terakhir dalam studi, karena saya sedang menyusun tugas akhir. Selama kuliah saya belajar tentang otak, perilaku, fisiologi, anatomi dan psikologi manusia dalam bidang ilmu Biologi Neurosains. Saya menemukan banyak hal positif, salah satunya adalah merespon kalimat yang merendahkan, menyedihkan, dan menyakiti hati.

Saya menonton beberapa media dan melihat sebagian anak remaja melakukan tindakan yang menyakiti diri mereka karena faktor sakit hati dari ucapan orang-orang disekitarnya. Tindakan ini dikenal dengan nama Bullying. Saya tersentuh, karena saya pernah mengalami hal yang sama seperti mereka pada tahun 2012 lalu, dan saat itu saya masih siswi sekolah menengah atas. Perlakuan itu saya alami ketika perkenalan pertama melalui media sosial dengan salah satu anak Papua yang sedang kuliah di Luar Negeri. Saya melihat dia sebagai anak yang pandai, sehingga timbul rasa kagum. Awalnya kami berteman dengan baik, tetapi ada beberapa temannya yang juga berkenalan dengan saya melalui media sosial. Perkenalan saya dengan beberapa teman dari orang ini menjadi awal pemicu Bullying. Ketika itu saya dijadikan objek yang direndahkan, diremehkan, dan disakiti melalui beberapa postingan mereka. Waktu melihat itu saya mengalami ketakutan, karena media sosial merupakan tempat yang besar dan dilihat oleh banyak orang. Hati saya sangat sedih, karena orang-orang yang saya pikir pandai, mereka sangat mudah melukai perasaan orang lain. Semua itu saya menjadikannya sebagai motivasi, meskipun sangat sulit menyembuhkan luka batin dan melupakan kalimat-kalimat jahat dari mereka, tetapi saya tidak pernah berhenti untuk berusaha. Salah satu cara yang saya gunakan adalah membaca beberapa buku tentang banyak perempan biasa yang dipakai Tuhan menjadi luar biasa. Inspirasi saya datang dari Ratu Ester, perempuan yatim piatu yang dipakai Tuhan menyelamatkan semua orang Yahudi di Persia. Saya belajar untuk menjadi berani seperti Ester dan menolong orang lain.

Ketika saya menjadi mahasiswi tingkat akhir, saya juga bertemu dengan beberapa teman yang memiliki visi sama dengan saya. Kami mencoba untuk membentuk tim Mental Health yang bertujuan untuk memberi solusi-solusi terkait kesehatan mental manusia.

Suatu hari saya melihat tulisan Cyber Bullying di internet, dan saya mencari informasi tentang Cyber Bullying. Saya tertarik membuat seminar untuk remaja Papua tentang Stop Cyber Bullying, karena saya melihat ketergantungan remaja pada media sosial semakin hari semakin tinggi, dan sebagian remaja juga belum paham merespon Cyber Bullying. Kemudian saya mencoba menyampaikan ide saya kepada asisten deputi Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan UN Women Jakarta. Mereka menerima ide saya untuk membuat kegiatan ini pada tahun 2019 dan mereka juga memberikan dukungan dalam kegiatan ini.

Ketika ide saya diterima dan tim mulai bekerja, saya mulai menyadari bahwa apa yang terjadi pada saya ketika masih siswi Sekolah Menengah Atas bukan suatu kebetulan, Tuhan memberi saya hati yang kuat untuk merespon sesuatu yang buruk dengan positif, Tuhan menuntun saya masuk ke univeristas dan mempelajari otak manusia juga tidak kebetulan, tetapi dari kejadian buruk itu dapat saya pakai untuk menolong anak-anak Tuhan untuk merespon Bullying dengan cara yang positif. Saya berharap dengan apa yang saya lakukan dapat membuka hati para remaja bahwa mereka berharga di mata Tuhan dan mereka bisa menjadi hebat dengan potensi yang telah Tuhan berikan. Tuhan tidak pernah salah meletakkan kita dalam situasi, bahkan situasi yang buruk sekalipun. Pilihan yang saya ambil waktu itu adalah menjadikan Bullying sebagai motivasi, saya bersyukur tidak depresi atau bunuh diri karena sakit hati. Kepercayaan saya pada Tuhan Yesus membuat saya ada hari ini dan berkarya untuk kemuliaan nama-Nya.

Oleh Yoice Aquarista Micibaroe.



Leave a Reply