The Power of Hope
eBahana.com – Nick Vujicic dilahirkan pada 4 Desember 1982 di Melbourne, Australia. Ia terlahir tanpa tangan dan kaki. Ayahnya adalah gembala di salah satu gereja. Ketika melihat anak pertama mereka lahir tanpa tangan dan kaki, perlu banyak waktu bagi orangtua Nick untuk dapat menerima keadaan tersebut dan mengucap syukur. Tuhan memberi mereka kekuatan dan kebijaksanaan. Ketika Nick mulai sekolah, teman-temannya menjauh darinya karena keadaannya yang dianggap “aneh” itu. Nick sangat sedih dan menjadi depresi. Akibatnya, pada usia 8 tahun ia pernah mencoba bunuh diri. Beruntung karena dukungan orangtuanya, sedikit demi sedikit ia mulai bisa menerima keadaannya.
Nick menerima Yesus sebagai Juruselamat pada usia 15 tahun. Peristiwa itulah yang memunculkan pengharapan dalam dirinya bahwa Tuhan mengasihinya dan memiliki rencana besar dalam hidupnya. Firman Tuhan yang menguatkannya antara lain dari Roma 8:28, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”
Meski memiliki berbagai keterbatasan, pada usia 20 tahun, ia meraih gelar sarjana dalam bidang Akutansi dan Perencanaan Keuangan. Dengan kaki kecilnya yang sering disebutnya sebagai “paha ayam”, Nick dapat mengetik 43 kata dalam 1 menit. Menyisir rambut, berenang, dan banyak hal lain dilakukannya sendiri. Nick kini sering diundang untuk menjadi pembicara motivasi di berbagai negara. Pesan utama yang selalu ia sampaikan ialah “Hope” alias Pengharapan. Nick juga bekerja sebagai investor real estate, dosen, dan penginjil. Selain itu, ia memiliki yayasan untuk membantu anak-anak putus sekolah di Kamboja serta yayasan rehabilitasi bagi para veteran yang mengalami cacat fisik, untuk memulihkan kembali semangat hidup mereka. Seluruh hidupnya telah menjadi berkat bagi banyak orang.
Memiliki pengharapan sangatlah penting. Tanpa itu, orang akan mudah frustrasi, bosan hidup, dan ingin cepat mati. Pengharapan mendatangkan kesehatan dan umur panjang. Saya mengenal seorang pria yang begitu sedih dan kehilangan harapan karena istrinya meninggal. Beberapa bulan kemudian ia pun meninggal, padahal selama ini ia sehat dan tidak mengidap penyakit berbahaya. Berbeda sekali dengan ibu mertua saya. Kini usianya 88 tahun dan telah empat kali terkena stroke. Karena semangat hidup dan harapannya untuk
sembuh besar, ia pulih kembali. Kini ia masih bisa pergi ke gereja, membaca Alkitab, bahkan setiap pagi berbincang-bincang dengan anak, cucu, dan cicitnya di luar negeri melalui program Skype.
Pengharapan mengembangkan sikap pantang menyerah dan membuat kita menang atas kesulitan. Pada 5 Agustus 2010, tambang San Jose di padang pasir Atacama, Chili runtuh sehingga 33 pekerja terjebak ratusan
meter dalam kegelapan perut bumi selama 69 hari. Tidak ada kepastian mereka bisa selamat. Namun, kepala tim yang ikut terjebak selalu memotivasi para rekannya untuk tidak berputus asa. Sementara itu selama dua bulan, anggota keluarga para penambang dan tim penyelamat berkumpul di lokasi penambangan. Mereka membentuk komunitas yang mereka sebut Camp Hope atau “Perkemahan Harapan”. Akhirnya melalui doa dan usaha luar biasa, pada 13 Oktober 2010 mereka semua bisa keluar dengan selamat.
Seberat apa pun masalah kita, kita akan sanggup mengatasinya bila memiliki pengharapan dalam Kristus. Hanya dalam Kristuslah kita memiliki pengharapan kekal akan jaminan keselamatan, bahwa setelah kehidupan sementara di dunia, kita akan hidup selamanya di surga mulia. Jangan pernah membuang pengharapan dalam hidup kita karena itulah yang membuat kita meraih perkara terbaik dari Tuhan. [RA]