Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

“Saya Mengampuni Siapapun Dia yang Telah Menusuk Perut Saya”




eBahana.com – Sintua Asia Lumban Toruan Sihombing: “Saya tidak mengenal siapa yang menusuk saya. Ingat wajahnya pun tidak lagi. Tapi, yang pasti kalau dia mengenal Tuhan, saya yakin, ia tidak akan menusuk saya. Setelah sadar, saya berdoa dan juga mendoakan orang yang menusuk saya.”

Begitu pengampunan Sintua (St.) Asia Lumban Toruan Sihombing, sekretaris majelis jemaat HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) Pondok Timur Indah, Bekasi, sesaat setelah terbangun dari pingsannya di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Bekasi Timur akibat penusukan yang dialaminya.

Sintua Sihombing —demikian ia akrab disapa, merasa, bahwa apa yang dialaminya merupakan bagian dari
pelayanannya. Ia memaknai penderitaan itu sebagai pengorbanan dalam perjuangan mendirikan rumah Tuhan.

Akibat luka tusuk yang dialami, ayah 4 anak ini harus mendapat perawatan intensif selama 13 hari di rumah sakit. Penusukan itu melukai perutnya sedalalam 8 cm. Menurut keterangan dokter, akibat tusukan itu, bagian hatinya mengalami luka sedalam 3 cm.

Perintis Jemaat
Sintua Sihombing merupakan salah satu perintis pembangunan gereja HKBP Pondok Timur Indah. Bersama 25 keluarga HKBP —yang berarti telah memenuhi syarat berdirinya jemaat, ia mengajukan permohanan berdirinya jemaat ke Sinode HKBP. Perjuangan itu dilakukannya sejak tahun 1989.

“Awalnya kami melakukan ibadah dari rumah ke rumah. Setelah jumlah keluarga mencapai 25 keluarga, kami
mengusulkan pembentukan gereja ke Sinode HKBP. Sejak saat itulah saya menjadi sintua,” ujarnya dengan nada suara perlahan.

Sementara melangsungkan ibadah secara berpindah, majelis jemaat berusaha keras mengusahakan perizinan rumah ibadah kepada pemerintah kota Bekasi. Bersama Pdt. Luspida Simanjuntak, majelis berhasil menghimpun syarat guna mendirikan rumah ibadah.

Dalam menghimpun syarat yang dibutuhkan, Sintua Sihombing melakukannya dengan segala daya. Kerjaannya di jaringan multi level marketing termasuk memudahkan dirinya menghimpun dukungan masyarakat sekitar.

Memang aktivitasnya itu memberinya dorongan untuk bersosialisasi dan dekat dengan masyarakat. Ia kerap menyambangi masyarakat untuk menawarkan produk sekaligus menjaring anggota baru. Sosoknya yang ramah, mudah bergaul menjadikannya disenangi masyarakat.

“Sebelum peristiwa itu, saya merasa bahwa saya tidak memiliki musuh secara pribadi. Terkait perizinan gereja, saya pun selalu melakukan pendekatan kepada masyarakat secara baik-baik,” ujarnya.

Anak pun Jadi Korban
Peristiwa yang tidak mungkin dilupakan oleh suami dari Derlan Maria Pakpahan ini terjadi pada hari Minggu. Seperti biasa, jemaat bersama-sama menuju tanah kosong milik seorang jemaat untuk beribadah.

Dalam iring-iringan jemaat, Sintua Sihombing berjalan tiga baris dari depan. Di sisi kanan jalan. Kurang lebih 500 meter sebelum tiba di lokasi ibadah, beberapa pengendara motor melaju dari arah berlawanan.

“Rombongan motor itu sempat diam cukup jauh di depan kami. Lalu mereka melaju dengan pelan. Salah satu pengendara motor mendekati saya dan mencoba menabrak. Ketika si pengendara merubah arah laju motor,
saya merasakan ada sakit di bagian perut. Ketika saya lihat, ternyata perut saya sudah mengeluarkan darah,” tuturnya. Ia pun lantas berteriak minta tolong, rebah dan pingsan.

Ia tidak menyangka penusukan itu akan menimpanya. Sebelumnya, anak keduanya, Meryl Toruan terkena
lemparan batu. Peristiwa itu terjadi ketika kelompok tertentu yang menolak berdirinya gereja melakukan demonstrasi.

“Saya tidak tahu kenapa saya yang harus jadi korban. Tapi semangat saya tidak akan surut untuk terus berjuang membangun gereja ini. Entah sampai kapan. Hanya Tuhan yang tahu,” tukasnya. Gro



Leave a Reply