Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Pusing Pasca Operasi




eBahana.com – Trifena Juli Purwaningsih: Aku kerap merasa perut bagian atas sakit menekan ulu hatiku. Maag, pikirku. Maka aku tak ragu-ragu membeli obat maag di warung. Sakitku berkurang setelah meminumnya.

Setelah lulus SMA, tak lama kemudian aku dapat pekerjaan di sebuah laboratorium kesehatan. Oh, senangnya. Namun tak kusangka baru beberapa minggu menjalani training laborat di Jakarta sakit perutku kambuh. Ketika dicek, ternyata HB ku turun. Aku dipulangkan ke Solo. Menjalani transfusi darah. Kondisiku pun membaik. Tapi aku kehilangan pekerjaan

Beberapa tahun kemudian, aku mengalami hal yang sama. Perutku sakit bukan main. Karena tak tahan akupun ke rumah sakit. Menjalani transfusi darah tanpa penjelasan medis yang benar-benar jelas kumengerti. Kejadian itu berulang pada setiap tahun. Setiap buang air besar selalu berdarah. Bahkan dalam setahun bolak-balik 6 kali ke rumah sakit dengan keluhan dan tindakan medis yang sama. HBku cuma 3 sedangkan normalnya 12. Karena membutuhkan darah cukup banyak untuk transfusi, aku juga mencari donor darah. Syukurlah saudara dan temanku yang punya golongan darah sama denganku, rela menjadi donor. Aku pernah
membutuhkan hingga 8 orang pendonor.

Puncak Kesakitan
Puncaknya terjadi beberapa tahun kemudian. Selepas sore, serasa mau mati. Ini yang paling sakit dibanding tahun-tahun sebelumnya. Aku tak bisa menggambarkan rasa sakitku itu. Aku berteriak sekencang-kencangnya.
Mataku sulit kubuka, menahan sakit. Pipiku basah karena air mata kesakitan.

Gembala sidang gerejaku, bu Heny Gunawan dan suaminya, Pak Arif mengantarku dengan mobilnya. Aku
ditemani mama yang gundah melihatku.

“Bu Heny cepat…saya sudah nggak kuat,” kataku memohon. “Iya..ya Jul, sabar… berdoalah.” Mobil melaju menuju RS. Dr Oen.

Karena saking sakitnya terpikir hari itu adalah hari terakhir untukku. Kuserahkan tubuh, jiwa dan roh pada Tuhan. Ampuni aku. Ampuni aku, ya Tuhan. Di sisi lain, aku juga mohon kesembuhan. Turunlah belas kasihan-Mu pada ku, ya Tuhan.

Malam itu juga tim medis memeriksaku. Salah satunya adalah dokter ahli saluran pencernaan. Menurutnya kondisiku memang sudah berat. Diagnosa dokter, aku terkena tumor usus akut. Tiga kali suntikan tak mempan menahan rasa sakitku. Operasi tak dapat ditunda. Aku dibawa ke ruang yang sangat terang benderang, dipakaikan topi operasi. Tak lama kemudian, laaapppp. Aku tak sadar oleh obat bius total.

Aku menjalani operasi dari jam sebelas hingga jam dua dinihari. Dokter menunjukan pada mama usus yang akan dipotong.

Pagi hari, jam sepuluh aku terbangun. Seluruh perutku penuh perban. Bergerak sedikit saja terasa perih. Namun leganya, sakit yang menyiksaku sirna. Puji Tuhan.

Pertolongan Teman
Cemas dan khawatir menghantam batinku. Asuransi dari kantorku di sebuah partai politik masih belum selesai diurus. Artinya harus membayar sendiri biaya operasi itu. Waktu itu aku adalah anggota DPRD yang baru setahun. Gajiku selama ini habis untuk membayar hutang-hutang kewajiban di partai. Aku tak punya tabungan.

Setelah kuhitung–hitung, ternyata biaya rumah sakit besar juga. Banyak teman kantor, saudara, teman gereja datang menengokku memberi tanda kasih berupa uang. Tentu saja ini sangat membantu meringankan bebanku.

Delapan hari aku tidak boleh makan dan minum, kebutuhan tubuhku mengandalkan infus. Hari ke sepuluh, aku bisa pulang. Nah, ini dia masalahnya. Biaya rumah sakit kurang lima belas juta rupiah. Dari mana Pusssinggg…. Malam itu aku benar-benar tidak bisa tidur. Kepalaku nyut-nyutan, memutar otak, mencari jalan keluar, uang! Tuhan, tolonglah aku.

Dan suatu hari , “Jul, pakai dulu uang ini. Gampang, nanti kalau kamu sudah punya uang dituker,” kata bu Choti sambil menyerahkan uang 15 juta. Dituker yang maksudnya adalah dikembalikan. Aku kaget, karena bu Choti teman satu partai rela dan tergerak meminjamkan uang agar aku bisa ‘keluar’ dari rumah sakit.

Akupun tak menduga, pertolongan Tuhan datang kembali. Teman di kantor, pak Hari Rudianto memberikan uang lima juta. Uang itu sangat kubutuhkan membeli obat selama beberapa waktu pasca operasi.

Kebaikan mereka adalah salah satu bukti kasih Tuhan.

Oleh Niken Maria Simarmata.



Leave a Reply