Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Pesona Salib




eBahana.com – Yohanes Bretho: Dari Kak Vila, aku belajar murah hati. Melalui Kak Vila juga aku menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Banyak saudara dari bapak yang hanya kukenal lewat telepon. Salah satunya Theresia Avila Aser, aku memanggilnya Kak Vila. Mama dari Kak Vila adalah kakak bapak.

Berita Gembira
Setelah lulus SMA aku bekerja membantu orangtua di sawah milik tetangga. Saat aku sedang membajak sawah siang itu Kak Vila telepon. Hari itu Kak Vila bertanya apakah aku mau bekerja di Jakarta. Karuan saja senang. Sebab itulah yang ku tunggu-tunggu. Sudah lama aku ingin bekerja di ibukota. Kayaknya enak. Lihat banyak teman dekatku yang bekerja di Jakarta pulang kampung membawa banyak uang. Meskipun Tasikmalaya tak
jauh dari Jakarta belum pernah sekalipun aku ke Jakarta. Maka ajakan Kak Vila langsung kusambut dengan gembira. Asik!

Sore setelah pulang dari sawah, kusampaikan niatku ke Jakarta pada bapak dan mamak. Mereka tak keberatan
demi kemajuanku. “Di manapun kamu bekerja harus jujur. Pandai-pandailah membawa dirimu. Jangan bergaul dengan orang-orang nakal,” nasihat bapak dan mamak. Begitu juga ketika aku pamit pada emak dan aki (nenek-kakek), orangtua dari mamak. Kuterima nasihat yang sama.

Tiga hari kemudian aku berangkat ke Jakarta. Mamak dan adik menangis melepasku. Berat juga hatiku sebenarnya meninggalkan keluarga. Tapi keinginan untuk maju mengalahkan rasa sedihku.

Murah Hati
Lewat handphone Kak Vila memandu kendaraan yang kunaiki. Ia juga memberi arah dengan detail supaya sampai ke Jakarta tanpa nyasar. Betapa senang hatiku bertemu dengan Kak Vila. Ia membawaku ke kontrakannya di daerah Bekasi. Kak Vila seorang penjahit yang juga mendesain baju. Beberapa tahun
sebelumnya ia bekerja pada konveksi dan butik.

Aku membantu Kak Vila memasang payet, pasang kancing dan menyetrika pakaian. Sedangkan Kak Vila memotong dan menjahit. Kalau order banyak maka ada beberapa tenaga tambahan. Namun kadang sepi order. Inilah yang mendorongku bekerja di luar. Membantu Kak Vila mengurus jahitan setelah pulang kerja.

Kak Vila sangat baik. Ia sangat murah hati. Hatinya penuh belas kasih bila bertemu orang yang lanjut usia atau
anak-anak kecil hidup meminta-minta. Tangannya selalu terulur untuk mereka. Bahkan saat kakak sedang sulit uang ia tetap memberi.

Entah karena terlalu baik atau apalah banyak orang yang tak melunasi uang jahitan. Hingga jumlah piutangnya cukup banyak di luar. Beberapa orang malah tak bisa dihubungi setelah jahitannya diambil.

Pesona Salib
Setiap makan bersama, Kak Vila selalu berdoa. Sebelumnya membuat tanda salib. Beberapa hari setelah tinggal di rumahnya aku beranikan diri bertanya tentang salib. “Itu tanda kemenangan,” katanya. Salib Tuhan Yesus yang menebus dosa manusia. Ia memberiku Kitab Suci untuk ku baca-baca. Dengan sabar Kak Vila menjelaskan tentang iman kepada Yesus.

Hari Minggu tiba, Kak Vila mengajakku ke Gereja Santo Gabriel Pulo Gebang, Bekasi. Saat memasuki gereja, perasaanku begitu damai. Air mataku menetes. Kuingat dosa-dosaku. Saat itulah aku terpanggil mengikuti-Nya. Tak lama kunyatakan keputusanku pada orangtua saat aku pulang ke Tasikmalaya. Mereka menghargai keputusanku begitu juga dengan emak dan aki. “Tidak apa-apa yang penting kamu bertanggung jawab pada keputusanmu. Kamu sudah besar, sudah bisa menentukan pilihan.”

Hari itu adalah hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Aku dibaptis dengan nama Yohanes Bretho. Aku adalah anak pertama dari empat bersaudara. Setelah menikah bapak jarang ke gereja dan semua anak-anaknya mengikuti agama mamak. Termasuk aku. Namun sesungguhnya di hatiku yang terpaling penasaran. Ingin kutahu tentang Yesus Kristus. Rasa penasaran makin bertambah ketika nonton film The Passion di televisi. Mau bertanya tentang Yesus pada bapak, sungkan.Ternyata Tuhan memakai Kak Vila. Kisah Yohanes Bretho pada Niken



Leave a Reply